.

I Have a Lover Ep 10

Sebelumnya <<<


Hae Gang sedang berselfie ria di sebuah taman. Sepasang kekasih tampak bermesraan di belakangnya dan beranjak pergi. Hae Gang langsung mengambil foto pasangan kekasih itu dan pergi mengikuti mereka. Pasangan kekasih itu lalu duduk di tangga taman dan kembali bermesraan. Hae Gang kesal melihatnya. Hae Gang lalu mengambil ponselnya, kemudian duduk tak jauh dari pasangan itu dan pura2 berselfie ria. Pasangan kekasih itu tidak sadar ada yang mengambil gambar mereka dan terus bermesraan. Hae Gang pun semakin kesal dan terus mengarahkan kamera ponselnya pada mereka.

Kesempatan buat Hae Gang. Ia langsung mendekati wanita itu begitu kekasih wanita itu pergi. Hae Gang memuji gaya wanita itu dan meminta izin mengambil gambar wanita itu. Wanita itu mengizinkan dan mulai memasang gaya tanpa curiga sedikit pun. Hae Gang lalu memuji kalung yang dikenakan wanita itu dan menanyakan berapa harganya. Hae Gang terkejut mendengarnya. Hae Gang kemudian menanyakan harga jam tangan wanita itu. Ia pun kembali terkejut mendengar harganya.
“Pacarmu pasti punya banyak uang.” Ucap Hae Gang kesal.
Wanita itu mengiyakan.
“Pakaianmu, apa pacarmu membelikannya juga?” tanya Hae Gang lagi.

Wanita itu mengangguk. Hae Gang kesal dan memaki pria itu dengan kata bajingan. Wanita itu terkejut, bajingan? Hae Gang mengeles dengan mengatakan kalau ia tak mendapatkan apapun dari pacarnya.
“Aku harus memberikanmu ganjaran. Minumlah selagi dingin.” Ucap Hae Gang sambil memberikan sebotol coca cola yang sebelumnya sudah dikocok2nya. Wanita itu berterima kasih. Hae Gang pun beranjak pergi. Begitu wanita itu membuka tutup kalengnya, minuman bersoda itu pun langsung meluncur keluar mengenai wajahnya.
Hae Gang tersenyum puas melihatnya. Namun kekasih wanita itu menghadang jalan Hae Gang, serta menatap tajam Hae Gang. Pria itu hendak membalas Hae Gang, tapi sebelum itu terjadi Hae Gang menendang kakinya dan kabur. Hae Gang terus berlari dan berlari, hingga ia tiba di motornya. Hae Gang buru2 menaiki motornya dan melajukan motornya. Pria itu kesal karena gagal menangkap Hae Gang.

Hae Gang melajukan motornya dengan tenang. Saat tiba di lampu merah, ia dihadang oleh dua mobil. Hae Gang menatap heran ke mobil itu. Pria tadi turun dari salah satu mobil. Hae Gang terkejut melihatnya dan berusaha kabur, tapi telat karena pria itu keburu mencengkram kerah bajunya. Pria itu bertanya, siapa Hae Gang? Apa istrinya yang menyuruh Hae Gang mengambil fotonya? Hae Gang menggelengkan kepalanya. Pria itu memukul kepala Hae Gang.
“Lepaskan aku!” teriak Hae Gang. Hae Gang lalu berteriak ada polisi saat melihat polisi pengantur lalu lintas di depannya. Tapi apa yang terjadi? Pria itu malah memanggil polisi itu.

Kini Hae Gang dan pria itu ada di kantor polisi. Pria itu melihat ponsel Hae Gang dan menemukan foto2 pria itu bersama selingkuhannya di ponsel Hae Gang. Polisi itu pun berkata, kau penguntit atau apa? Kau melakukannya bukan hanya hari ini. Siapa namamu? Tapi Hae Gang diam saja, membuat polisi itu kesal dan kembali bertanya siapa nama Hae Gang. Hae Gang pun akhirnya menjawab, Dokgo Yong Gi.
Polisi itu tertawa, lalu berkata, baiklah Nona Dokgo Yong Gi. Kenapa kau mengambil fotonya?

Tapi Hae Gang diam saja. Pria itu menatap kesal Hae Gang dan menyuruh polisi memasukkan Hae Gang ke sel.
“Katakan sesuatu Nona Dokgo Yong Gi. Entah itu penjelasan atau alasan, kau harus mengatakan sesuatu agar aku bisa memprosesnya sebagai hukuman atau peringatan.” Ucap polisi itu.

Tapi Hae Gang tetap diam saja. Polisi itu kesal bukan main. Hae Gang tetap menutup mulutnya. Sampai akhirnya, Baek Seok datang. Baek Seok memberikan kartu namanya pada polisi. Setelah itu Baek Seok menyuruh Hae Gang meminum obat. Polisi dan pria itu terkejut. Pada polisi dan pria itu, Baek Seok menjelaskan kalau Hae Gang gila. Hahahahaha....

“Ini obatnya. Dan ini air, untuk diminum. Bukan untuk disembur.” Ucap Baek Seok pada Hae Gang.
Hae Gang menurut dan menelan obatnya. Baek Seok tersenyum dan mengatakan Hae Gang melakukannya dengan baik. Baek Seok juga mengelap mulut Hae Gang yang basah oleh air dengan tissue. Pria itu semakin heran. Baek Seok kemudian meminta ponsel Hae Gang dari polisi. Baek Seok pun memeriksa ponsel Hae Gang.
“Astaga. Dia mengambil foto lagi. Dia pasti menyukaimu.” Ucap Baek Seok pada pria itu.
Pria itu cengo.
“Jika dia menyukai sesuatu, sekali pun itu lalat atau kecoa, dia mengikutinya kemana2 dan mengambil fotonya.” Ucap Baek Seok lagi.

Pria itu mengangguk2, lalu menatap Hae Gang. Hae Gang menatap jahil pria itu, kemudian bangkit dan berteriak kalau dirinya tidak menyukai komunisme dan Korea Selatan adalah republik demokrasi. Hahahahah,, Hae Gang mengerjai polisi dan pria itu.

Sekarang Hae Gang dan Baek Seok duduk di taman sambil menikmati ice cream.
“Bajingan itu, tunggu saja aku akan membuatnya menderita.” Rutuk Hae Gang.
“Bajingan itu seluruh asetnya sudah berada di bawah nama istrinya.” Jawab Baek Seok.
“:Kita bisa menemukan aset2 tersembunyi.” Ucap Hae Gang.
“Dia membelikannya kalung dan jam tangan.” Jawab Baek Seok.
“Tampaknya dia membelinya dengan uang tunai lantaran tidak mempunyai kartu kredit. Dia menghabiskan 30 juta won. Jadi dia pasti menyembunyikan sesuatu di suatu tempat.” Ucap Hae Gang.
“Berapa banyak hutangnya pada karyawan?” tanya Baek Seok.
“15 juta won per orang jadi totalnya 45 juta won. Dasar bajingan. Dia membelikan gadis itu jam tangan seharga 20 juta won. Tapi dia tidak membayar karyawannya? Karena siapa mereka kini berada di jalanan? Haruskah kuberitahukan istrinya saja kalau dia berselingkuh?” sewot Hae Gang.

Tapi Baek Seok malah tersenyum melihat kesewotan Hae Gang. Hae Gang menatap Baek Seok dan bertanya kenapa? Baek Seok berkata kalau sekarang Hae Gang terlihat seperti Yong Gi yang ia kenal.

“Kenapa? Aku bahkan tak ingat Yong Gi yang kau kenal.Aku hanya berusaha menjadi Yong Ki yang kau ingat. Seperti berusaha mengerjakan potongan 10.000 puzzle. Aku tidak tahu harus melakukan apa. Aku tidak tahu apa yang akan muncul setelah menaruh seluruh potongan 10.000 itu bersama2, jadi aku takut. Bagaimana kalau aku orang yang mengerikan? Bagaimana kalau aku diselimuti darah?” ucap Hae Gang sedih.
“Yang penting bagimu dan diriku adalah dirimu yang sekarang. Kau yang ada di hadapanku saat ini. Dan kau yang kucintai.” Ucap Baek Seok.

Baek Seok lalu mengajak Hae Gang pergi mencari motor Hae Gang. Hae Gang terkejut saat Baek Seok menggenggam tangannya. Tapi kemudian mereka tersenyum dan beranjak pergi. Sementara itu di kediaman Presdir Choi, Nyonya Hong melihat2 sebuah ruangan kosong. Ia lalu masuk ke sebuah kamar kosong, diikuti oleh Jin Ri.

“Cepat datang. Ibumu sangat kesepian.” Ucap Nyonya Hong.
“Bukankah Jin Eon bilang dia akan tinggal denganmu.” Ucap Jin Ri membuat Nyonya Hong kaget.
Nyonya Hong pun marah, kau mengagetkanku!
“Tak ada yang lebih menakutkan setelah kematian adik ipar akibat kecelakaan di China. Cerita akan lain jika adik ipar kembali dari kematian.” Ucap Jin Ri.
“Kenapa kau membicarakan orang yang sudah meninggal lagi? Kau lupa bahwa kita tidak boleh membicarakannya? Kita sudah putuskan bersama2 bahwa takkan pernah membicarakannya lagi.” Jawab Nyonya Hong.

“Itu lantaran aku khawatir karena Jin Eon kembali. Dia akan pingsan kalau tahu istrinya meninggal.” Ucap Jin Ri.
“Siapa istrinya? Mereka sudah lama bercerai.” Jawab Nyonya Hong.
“Baiklah, mantan istri. Puas?” ucap Jin Ri.
“Ucapkan satu kata saja pada Jin Eon dan kita berdua akan mati. Aku tak main2. Jika kau mengganggu putraku, maka aku...”
“Aku takkan berkata apapun. Ayah dan menantumu baru saja mengatasi rasa syok.” Ucap Jin Ri.
“Tolonglah Jin Ri. Jin Eon tak boleh tau kalau Hae Gang meninggal.” Pinta Nyonya Hong. Jin Ri pun mengangguk.

Sementara di kamarnya, Tae Seok sedang melamun. Ia merasa menyesal untuk kematian Hae Gang. Tae Seok lalu teringat saat memeriksa mobil Hae Gang. Ia menemukan dokumen perceraian Hae Gang dan Jin Eon, serta koper Hae Gang yang di dalamnya berisi foto Jin Eon, Hae Gang dan Eun Seol. Tak Seok terduduk lemas. Ia tidak menyangka kalau yang dibunuhnya adalah Hae Gang, bukan Yong Gi.

Kembali ke masa sekarang, dimana Tae Seok tidak menyadari ada Jin Ri di belakangnya. Jin Ri diam2 berjalan ke arah Tae Seok dan mengintip berkas perjalanan Yong Gi dari China ke Korea yang dilihat Tae Seok.
“Dokgo Yong Gi?” gumam Jin Ri, membuat Tae Seok melonjak kaget.

“Bukankah Dokgo Yong Gi si pengungkap masalah Pudoxin?” ucap Jin Ri lagi lalu merampas berkas itu dan melihatnya.
“Kudengar dia menghilang tanpa jejak. Jadi dia diam2 meninggalkan negara ini. Jika ini September 2011, 4 tahun sudah berlalu. Kau masih mencarinya? Kenapa? Apa yang akan kau lakukan setelah menemukannya?” ucap Jin Ri.
“Tutup mulutmu. Bisakah kau tutup mulutmu!” bentak Tae Seok, lalu merebut kembali berkas itu.

“Yeobo...” ucap Jin Ri kaget karena Tae Seok membentaknya.


Nyonya Kim pergi ke rumah abu Hae Gang. Kesedihan menghiasi wajahnya. Ia teringat saat Hae Gang pamit mau ke China. Air mata Nyonya Kim pun menetes. Ia benar2 terpukul dengan kematian Hae Gang.

Sementara itu, adik2 Baek Seok tampak sedang belajar. Salah seorang dari mereka bertanya, apa yang akan terjadi jika Yong Gi tidak mendapatkan ingatannya kembali? Apa itu artinya Baek Seok tak bisa menikahi Yong Gi?
Bocah yang lain menjawab apa hubungan daya ingat dengan pernikahan? Tidak bisa kah mereka menikah saja?
Bocah yang satu lagi menyahut, kalau mereka menikah bagaimana kalau keluarga Yong Gi Noona yang asli datang? Bagaimana kalau Noona sudah memiliki suami dan anak?
Bocah perempuan tadi pun berkata jadi itu sebabnya Yong Gi Eonni terus menolak lamaran Baek Seok Oppa?

Pembicaraan anak2 itu pun berhenti tatkala Hae Gang datang. Hae Gang memarahi mereka yang bukannya belajar tapi malah mengobrol. Anak2 itu pun kembali belajar. Hae Gang lalu duduk dibelakang anak2 itu, dan mengelap rambut bocah lainnya yang baru saja selesai mandi. Tak lama, Baek Seok pun datang. Diam2 Baek Seok mencium pipi Hae Gang. Hae Gang tersenyum karena mengira Jun Hee yang menciumnya. Namun saat menyadari Baek Seok yg menciumnya, ia marah.

Malam pun tiba... mereka sedang menyantap makan malam bersama. Seorang anak perempuan bertanya, kenapa Baek Ji Eonni belum pulang? Anak laki2 di sebelahnya menjawab karena Baek Ji merupakan pelajar SMA. Hae Gang lalu berjanji akan membelikan anak2 itu daging steik jika mereka mendapatkan nilai sempurna di ujian semester.
“Ya! Noona, tidak semua orang berotak pintar. Di rumah ini yang pintar hanya Baek Seok Oppa dan Seol Ri Eonni.” Ucap anak laki2 yang tadi.
Mendengar nama Seol Ri, Tuan Baek dan Baek Seok langsung diam. Sedangkan Hae Gang bertanya, siapa itu Seol Ri? Anak perempuan yang tadi menegur si anak laki2 karena membicarakan Seol Ri depan ayah mereka. Tuan Baek pun menyuruh anak2 makan, lalu beranjak pergi. Hae Gang heran melihatnya.

Selesai makan malam, Hae Gang menyisirkan rambut salah satu anak perempuan. Hae Gang lalu menanyakan Seol Ri pada anak perempuan itu. Anak perempuan itu berkata, Seol Ri pergi ke Amerika bersama seorang pria. Hae Gang terkejut. Anak itu lalu mengambil sebuah buku dan menunjukkannya pada Hae Gang. Ada foto Seol Ri disana.

“Baek Seok  Oppa bilang Seol Ri Eonni mencintai pria yang tidak boleh dicintai. Dalam hati ayah dan Oppa tertancap peluru yang sangat besar.” Ucap anak perempuan itu.
“Pria yang tak boleh dicintai?” tanya Hae Gang bingung.
“Kau tak boleh bicara soal Seol Ri Eonni di depan ayah atau pun Oppa. Hati mereka bisa meledak. Kau mengerti kan?” ucap anak perempuan itu.
Hae Gang tersenyum dan mengangguk, lalu kembali menatap foto Seol Ri.

Dalam tidurnya, Hae Gang bermimpi buruk. Ia berteriak, Jangan! Jangan! Baek Seok yang duduk di depan kamar Hae Gang, segera masuk ke kamar Hae Gang dan menenangkan Hae Gang. Baek Seok menepuk2 pundak Hae Gang. Hae Gang pun kembali tenang.

Flashback, saat Hae Gang lompat ke sungai. Jin Eon melompat ke sungai untuk menyelamatkan Hae Gang—Flashback end.
Hae Gang berteriak dalam tidurnya. Ternyata itulah yang muncul di mimpi Hae Gang. Baek Seok memeluk Hae Gang dengan erat. Tak lama, Hae Gang terbangun. Keringat membasahi sekujur tubuh Hae Gang. Baek Seok menghapus air mata Hae Gang. Hae Gang berkata lirih, selalu saja mimpi yang sama.

“Seseorang menabrakku dari belakang. Bukan aku, tapi seorang gadis meninggal. Dan di sungai yang dalam, seorang laki2 mencariku. Kupikir aku yang membunuh anak itu. Jadi pria itu berusaha membunuhku. Dia berusaha membunuhku dalam air.” Ucap Hae Gang sambil menangis.
“Berapa kali harus kuberitahu. Tak peduli berapa kali kuperiksa di setiap kantor polisi, tidak ada kecelakaan seperti itu.” Jawab Baek Seok.
“Anak itu, anak perempuan itu. Bagaimana kalau dia meninggal karena diriku?” tanya Hae Gang lirih.
“Tidak ada kecelakaan yang melibatkan anak perempuan.” Jawab Baek Seok.
“Lalu siapa pria itu? Dia rajin muncul dalam mimpiku setiap malam. Pria yang menderita itu.” Ucap Hae Gang.
“Aku cemburu. Belum pernah aku masuk dalam mimpimu, tapi dia mengamuk melalui mimpi selama 1460 hari. Apakah pria itu yang jahat atau kau yang jahat? Jika kau merasa menyesal, maka biarkan aku tidur disini sekarang.” Ucap Baek Seok lalu tidur memeluk Hae Gang.
Baek Seok lalu bangkit dan pergi meninggalkan Hae Gang sendiri. Hae Gang berkaca2 memikirkan mimpinya.
Presdir Choi keluar dari kamarnya. Begitu menutup pintu kamarnya, ia mendapati Tae Seok yang baru saja turun dari tangga. Presdir Choi menatap kesal Tae Seok, lalu pergi begitu saja tanpa mengatakan apapun. Tae Seok menatap kesal ayah mertuanya itu, lalu pergi menyusul ayah mertuanya.

Mereka sarapan bersama. Saat Nyonya Hong mengatakan tentang Jin Eon dan Seol Ri yang akan kembali Jumat depan, Presdir Choi terkejut. Nyonya Hong heran dan bertanya kenapa Presdir Choi begitu terkejut? Presdir Choi sepertinya merasa bersalah pada Hae Gang. Tae Seok lalu berkata kalau Jin Eon harus menikah sekarang karena telah menyelesaikan studinya. Nyonya Hong membalas perkataan Tae Seok dengan mengatakan kalau Jin Eon harus sesegera mungkin menikahi Seol Ri.

“Jika kau ingin menikahkan mereka, maka kau harus melakukannya cepat2. Kalau dia tahu, maka pernikahan ini akan batal. Seberapa bersalah yang akan dirasakannya? Dia akan merasa bersalah karena kematian Hae Gang. Jika mereka tidak bercerai, maka Hae Gang tidak akan pergi ke China. Dan jika dia tidak pergi ke China, dia tidak akan mengalami kecelakaan seperti itu.” Ucap Jin Ri.
Nyonya Hong mendengus kesal mendengar perkataan Jin Ri. Sementara Presdir Choi merasa bersalah.
“Aku akan menyuruh mereka tinggal di rumah tamu saat mereka kembali. Rumahnya masih dalam perbaikan.” Ucap Nyonya Hong.
“Tidak boleh!” larang Presdir Choi.

Nyonya Hong kaget. Presdir Choi lalu pergi dari meja makan tanpa mengatakan sesuatu lagi. 


Di ruangannya, Presdir Choi melihat pena yang dia berikan pada Hae Gang. Ia teringat kata2nya pada Hae Gang, kalau ia akan menelantarkan Hae Gang jika Hae Gang menelantarkannya. Presdir Choi berkata Jin Eon tak bisa menjalankan perusahaan sendiri. Ia bisa menjalannya jika bersama dengan Hae Gang. Presdir Choi lalu melihat paspor Hae Gang.
Flashback...

Tae Seok berlutut dan berkata Yong Gi masuk ke dalam mobil yang berbeda. Jadi yang meninggal adalah Hae Gang. Tae Seok memohon agar Presdir Choi tidak memberitahu siapapun tentang tewasnya Hae Gang. Tidak pada Nyonya Hong dan juga Jin Ri. Presdir Choi syok. Tae Seok lalu berkata melakukan itu, berusaha menyingkirkan Yong Gi demi Presdir Choi.
“Siapa dia?” tanya Presdir Choi.
“Dia adalah putri Dokgo Ji Hoon.” Jawab Tae Seok.

Presdir Choi terkejut.
“Direktur Do meninggal di China. Kita hanya membutuhkan jasadnya. Aku akan menyiapkan pemakamannya.” Ucap Tae Seok lagi.
Presdir Choi tampak terpukul.
Flashback end....
Presdir Choi masih terpukul dengan tewasnya Hae Gang. Tae Seok lalu masuk menghampiri ayahnya. Tae Seok berkata akan aman jika Presdir Choi menyingkirkan paspor Hae Gang. Presdir Choi menatap kesal Tae Seok. Tae Seok berkata kalau Presdir Choi tidak boleh bereaksi seperti itu. Mereka bisa mengecoh orang lain, tapi tidak dengan Jin Eon. Jin Eon tidak akan tinggal diam kalau tau kematian Hae Gang, jadi Jin Eon tidak boleh tahu kematian Hae Gang.
Hae Gang sudah rapi dan bersiap pergi. Tepat saat itu, Baek Ji pulang. Hae Gang pun memarahi Baek Ji. Baek Ji tidak terima dan mendorong Hae Gang. Setelah mendorong Hae Gang, Baek Ji beranjak pergi dari rumah. Hae Gang mengejar Baek Ji dan mengomeli Baek Ji yang memakai riasan lagi. Baek Ji berkata dengan jutek kalau ia juga merokok dan minum alkohol. Hae Gang semakin kesal. Baek Ji meminta Hae Gang tidak usah mencampuri urusannya. Setelah mengatakan itu, Baek Ji pun pergi.

Bel rumah Nyonya Kim berbunyi. Nyonya Kim terkejut melihat Nyonya Hong yang datang. Nyonya Kim membukakan pintu untuk Nyonya Hong. Nyonya Kim tampak kesal. Nyonya Hong berkata ia datang karena mendengar adiknya Tae Seok tinggal di sana. Nyonya Kim menyewakan rumahnya untuk adik Tae Seok.
“Aku cemas kalau kau tinggal sendiri. Bagus sekali ada seorang dokter di rumah ini.”  Ucap Nyonya Hong.
Nyonya Kim geram, lalu mengirim SMS ke ponsel Nyonya Hong.
Katakan saja apa yang mau katakan, lalu pergilah.
“Oh baiklah. Kudengar kau tak bisa bicara karena syok. Kau masih belum bisa bicara?” ucap Nyonya Hong.
Nyonya Kim mengirimi SMS Nyonya Hong lagi.
Berhenti bersikap bodoh dan katakan apa yang mau kau katakan!
“Bodoh? Apakah itu yang ingin kau katakan setelah 4 tahun kita tidak bertemu? Baiklah akan langsung kukatakan. Jin Eon pulang ke Korea.” Ucap Nyonya Hong.
Nyonya Kim terkejut.
“Dia tidak tahu apa2. Dia pikir Hae Gang sehat2 saja di China. Jangan beritahukan dia. Sekalipun kau bertemu dia, jangan beritahu dia kalau Hae Gang sudah meninggal. Orang2 yang hidup harus menjalani hidup. Setelah kematian Eun Seol, dia menjalani hidup seperti di neraka. Terlalu kejam baginya jika ia melalui hal itu sekali lagi.” Pinta Nyonya Hong.
Nyonya Kim menatap tajam Nyonya Hong.
“Aku tidak berhak mengatakan hal ini, dan aku tahu tak seharusnya aku melakukannya. Tapi aku ingin melindungi putraku. Tolong lindungi dia, Gyu Nam. Jika kau melakukannya, maka aku akan melakukan apapun untukmu. Aku akan jadi pembantumu jika kau menyuruh aku melakukannya. Dan aku akan berpura2 mati jika kau menyuruhku mati.” Ucap Nyonya Hong.

Nyonya Kim terluka dengan kata2 Nyonya Hong, tapi ia menuruti permintaan Nyonya Hong. Nyonya Kim lalu berdiri dan menyuruh Nyonya Hong pergi. Begitu Nyonya Hong keluar, Nyonya Kim melemparinya dengan kacang merah. Nyonya Hong terkejut dan bergegas keluar.
Hae Gang ada bandara. Ia sedang menunggu kedatangan pria itu. Saat Hae Gang berjalan ditengah2 kerumunan orang yang menunggu di pintu kedatanga sambil mengarahkan kamera ponselnya ke arah pintu kedatangan, ia melihat Jin Eon. Namun bukan Jin Eon yang menarik perhatiannya, tapi Hyun Woo dengan tulisan2 yang dibuatnya.
Aku telah menunggumu. Selama ribuan hari. Aku telah merindukanmu. Aku rindu padamu. Aku tak pernah melupakanmu. Aku masih mencintaimu.

Hyun Woo lalu merentangkan kedua tangannya. Dan Jin Eon memeluknya erat. Hae Gang terkejut, apakah itu laki2? (Hahahahahahaha)
Hae Gang lalu beranjak pergi. Jin Eon tak menyadari keberadaan Hae Gang.
“Aku hampir jatuh cinta padamu.” Ucap Jin Eon.
“Jangan takut. Ayo kita coba dari awal.” Jawab Hyun Woo.
“Sudah terlambat.” Ucap Jin Eon.
“Apakah aku tidak cukup baik?” tanya Hyun Woo sedih.
“Ada saat2 ketika kau dimabuk cinta.” Jawab Jin Eon.
“Itu cinta bodoh.” Ucap Hyun Woo.
“Cinta yang menyesakkan.” Jawab Jin Eon.
“Cinta, hal itu...”
“Hentikan.” Ucap Jin Eon. Mereka lalu tertawa geli. (kalau gue jijik)
Sementara Hae Gang dengan mobilnya masih membuntuti pria itu. Kini ia ada di hotel. Ia melihat pria itu masuk ke hotel bersama selingkuhannya. Hae Gang berencana mengambil gambar pria itu. Namun tiba2, Baek Seok menelponnya. Hae Gang mendengus kesal saat Baek Seok mengingatkannya kalau ia harus datang ke pengadilan. Hae Gang pun berkata akan segera ke sana, lalu memutus telponnya begitu saja.

Baek Seok ada di pengadilan.
“Jumlah uang yang di dapat oleh penggugat sehari dengan mengumpulkan kertas bekas selama dua belas jam hanyalah 8.900 won. Tapi dia tidak menggunakan uangnya. Dia tidak makan dan tetap berhemat. Dalam 5 tahun, ia bisa menabung sebanyak 249 won. Ini adalah seluruh tabungan penggugat, Tuan Lee Geum Bok. Karena penipuan pada seseorang yang mengaku sebagai Jaksa Agung, dia kehilangan seluruh uangnya. Terdakwa Um Dong Eun menerima uangnya. Ketika tabungan hidup penggugat dicuri, aku mendapatkan catatan kartu dan bank mu. KUHP Pasal 760 Ayat 3 menyatakan bahwa mereka yang menyebabka kejahatan, langsung maupun tidak langsung sebagai kaki tangan, harus memberikan kompensasi pada korban. Terdakwa membuka rekening atas namanya, maka membantu dalang penipuan.” Ucap Baek Seok.

Hae Gang yang baru datang tersenyum menatap Baek Seok. Namun tiba2, ia merasakan sesuatu saat melihat gedung pengadilan.

Terlihat seorang pria muda yang duduk sambil membaca sebuah buku di teras Nyonya Kim. Lalu tak lama, Nyonya Kim keluar dan berjalan ke arah pintu pagar. Seorang kurir mengantarkan sesuatu. Nyonya Kim mengambilnya lalu kembali ke dalam. Tak lama setelah Nyonya Kim kembali ke dalam, ponsel pria itu berbunyi. Pria itu pun beranjak ke dalam. Di dalam, Nyonya Kim sedang memunguti kacang merah yang berserakan di lantai.
“Sudah jam tujuh.” Kata pria itu ke Nyonya Kim.

Nyonya Kim menunjuk ke arah meja makan. Pria itu duduk di meja makan dan makan. Sementara Nyonya Kim duduk melamun di ruang tengah.

Sekembalinya ke kantor, Baek Seok mengajak Hae Gang berkencan. Hae Gang menolak dan berkata ia harus pergi ke sekolah Baek Ji. Wali Kelas Baek Ji menelponnya, memberitahu kalau Baek Ji sudah tidak masuk sekolah beberapa minggu. Hae Gang juga mengatakan kalau Baek Ji sering pergi ke klub. Baek Seok pun bingung karena dulu Baek Ji tidak seperti itu. Hae Gang berkata akan mencari Baek Seok ke seluruh klub yang ada di Seoul dan meminta Baek Seok fokus pada persidangan Lee Geum Bok saja. Baek Seok lantas mengajak Hae Gang jalan2.

Jin Eon dan Hyun Woo berada di keramaian, seperti pasar tradisional gitu. Hae Gang dan Baek Seok juga ada di sana. Namun tiba2, langkah Hae Gang terhenti. Begitu pula Jin Eon yang berdiri di belakang Hae Gang. Hae Gang diam terpaku, begitu pula Jin Eon. Lalu, Hae Gang dan Jin Eon sama2 pergi karena mereka mendengarkan sebuah lagu. Hmmm.. sepertinya itu lagu favorit mereka. Baek Seok mengikuti Hae Gang. Dan Hyun Woo mengikuti Jin Eon.  Mereka berhenti di depan sebuah konser. Jin Eon berdiri tak jauh dari Hae Gang berdiri. Mereka hanya dipisahkan oleh Baek Seok. Sayangnya, Hyun Woo tidak melihat Hae Gang.

Hae Gang dan Jin Eon sama2 terpaku mendengarkan alunan musik itu.

Baek Ji juga berada di sana. Ia bersama teman2nya. Kedua temannya menyuruh Baek Ji mengambil dompet pria berbaju merah yang tak lain Hyun Woo. Baek Ji ragu melakukannya, tapi temannya itu marah dan menyuruh Baek Ji kembali ke sekolah. Baek Ji yang tidak mau kembali ke sekolah pun bersedia melakukan itu.
Dengan takut2, Baek Ji mencoba mengambil dompet Hyun Woo. Tapi sayangnya tidak berhasil. Akhirnya sasaran Baek Ji pun berpindah pada Jin Eon. Jin Eon yang terpaku mendengar musik tak sadar dompetnya diambil.
Mata Hae Gang berkaca2. Baek Seok bingung melihat Hae Gang.

Hyun Woo  dan Jin Eon kini ada di klub. Hyun Woo bertanya musik apa yang tadi itu? Jin Eon menjawab, Howl Moving Castle.
“Ah, kartun itu. Dan Eun Seol...?” tanya Hyun Woo.
“Mungkin menontonnya 100 kali.” Jawab Jin Eon.
(Ternyata itu musik kesukaannya Eun Seol toh).

Lalu, Seol Ri menelpon. Mereka melakukan video call. Seol Ri senang melihat Hyun Woo. Begitu pula Hyun Woo. Hyun Woo juga memuji kecantikan Seol Ri. Senior Seol Ri lalu datang menyerahkan sebuah berkas pada Seol Ri. Seol Ri berkata pada Hyun Woo, sebenarnya ia masih ingin bicara dengan Hyun Woo tapi tidak bisa. Hyun Woo lalu memberikan ponselnya pada Jin Eon. Jin Eon menyemangati Seol Ri, karena Seol Ri akan melakukan presentasi pertamanya. Pembicaraan itu selesai karena Seol Ri harus pergi presentasi.
Hae Gang tengah mencari seseorang di kerumunan. Baek Seok juga kebingungan mencari orang. Hae Gang hendak masuk ke sebuah klub. Tapi dihalangi petugas. Sementara Baek Seok melihat dua siswi. Ia mengira itu Baek Ji, ternyata bukan. Rupanya mereka sama2 mencari Baek Ji.
Baek Ji di sebuah sudut, tengah menikmati hasil copetannya bersama kedua temannya. Baek Ji jadi terpaku saat melihat foto Jin Eon dan Eun Seol di dompet Jin Eon. Hae Gang datang. Kedua teman Baek Ji langsung kabur, tapi Baek Ji tak sempat kabur.

Hae Gang sedang menyita semua aksesori dan peralatan make up Baek Ji. Baek Ji datang dan marah. Baek Ji mengualiahi Hae Gang tentang ingatan Hae Gang yang hilang. Baek Ji bertanya kenapa Hae Gang bisa begitu sombong? Padahal Hae Gang tidak ingat apapun. Kenapa Hae Gang mengacau di rumahnya? Hae Gang pun terdiam mendengar kuliah Baek Ji. Setelah Baek Ji setelah bicara, Hae Gang menyuruh Baek Ji membersihkan kamar itu, lalu pergi.
Setelah Hae Gang pergi, Baek Ji membuka tasnya dan mengambil dompet Jin Eon. Ia bingung bagaimana cara mengembalikan dompet Jin Eon.

Jin Eon yang baru sadar telah kehilangan dompetnya bergegas mencari dompetnya di tempat ia mendengarkan musik tadi. Tapi ia tak menemukannya. Hyun Woo mengusulkan agar mereka melaporkan kejadian ini pada polisi. Jin Eon setuju. Dan mereka bergegas pergi.

Baek Ji masih melihat foto di dompet Jin Eon. Begitu Hae Gang datang, ia langsung menyembunyikannya. Hae Gang berkata mulai hari ini ia akan mengawasi Baek Ji. Hae Gang lalu mengambil tempat untuk tidur. Baek Ji terlihat kesal. Hae Gang mulai berbaring dan tidur. Sementara Baek Ji diam2 melihat foto Jin Eon dan Eun Seol.
Keesokan harinya, Hae Gang berada di sekitar rumah Jin Eon. Ia menemukan mobil pria itu dan berharap akan menemukan sesuatu. Begitu pria itu keluar, Hae Gang buru2 pergi. Begitu pria itu pergi, Hae Gang langsung membuntutinya. Bersamaan dengan itu, sebuah taksi berhenti di depan sebuah rumah. Jin Eon yang turun dari taksi itu. Saat hendak masuk ke rumah, tiba2 Hae Gang nongol.
“Ahjussi, minggir!” teriak Hae Gang pada Jin Eon.

Hae Gang menabrak koper Jin Eon. Jin Eon terkejut, tapi masih belum menyadari itu Hae Gang. Hae Gang langsung meminggirkan motornya. Sebuah bola kaca menggelinding ke arahnya. Bola kaca itu ternyata kotak musik. Hae Gang terpaku mendengar alunan musik yang keluar dari bola kaca itu. Ia pun turun dari motornya dan menatap bola kaca itu. Sedangkan Jin Eon memunguti barang2nya yang berserakan di jalanan.

Hae Gang terpaku melihat bola kaca itu. Ia mengambilnya. Matanya berkaca2 mendengar musik di bola kaca itu. Jin Eon mendekati Hae Gang dan meminta bola kacanya. Namun Hae Gang diam saja dan terus menatap bola kaca itu. Beberapa detik kemudian, Hae Gang berdiri dan menghadap Jin Eon. Jin Eon terpana menatap Hae Gang. Sedangkan Hae Gang menatap Jin Eon berkaca2.

Post a Comment

0 Comments