.

I Have a Lover Ep 13

Sebelumnya <<<


Jin Eon dan Hyun Woo berjalan menuju apartemen Seol Ri. Setibanya di sana, mereka tak langsung masuk. Mereka berdiri di luar dan Jin Eon menelpon Seol Ri. Hae Gang keluar dari apartemen Seol Ri. Hyun Woo pun terkejut melihat Hae Gang. Dengan terbata2, ia memberitahu Jin Eon ada Hae Gang di sana. Hae Gang sendiri marah2. Ia kesal dengan perlakuan Seol Ri tadi. Jin Eon pun hanya diam menatap Hae Gang.
Hae Gang berbalik dan terkejut melihat Jin Eon. Hyun Woo bahkan sampai menjatuhkan plasticnya saking terkejut melihat Hae Gang. Hae Gang pun berlari, memungut buah2an yang dijatuhkan Hyun Woo dan mengembalikan buah itu pada Hyun Woo. Hyun Woo sendiri masih tertegun.
“Kau bukan Hae Gang?” tanya Hyun Woo terbata2.
Hae Gang pun mengiyakan.
“Kau benar2 mirip dengannya.” Ucap Hyun Woo.
Jin Eon lalu mengajak Hyun Woo masuk. Tapi Hae Gang mengajak Jin Eon bicara. Kamera pun berpindah pada Seol Ri yang merasa tidak enak pada Baek Seok karena sudah memarahi Hae Gang. Seol Ri berkata akan minta maaf lagi pada Hae Gang.
“Kau tahu kan bagaimana diriku saat aku pergi? Aku tidak tahu hal2 yang lain, tapi seseorang melihat foto kami, aku masih tidak nyaman dan sangat sensitive.” Ucap Seol Ri.
“Aku mengerti, tapi kau harus minta maaf pada Yong Gi. Aku akan membiarkanmu kali ini, tapi lain kali aku tidak akan membiarkan siapapun menyakiti Yong Gi.” Jawab Baek Seok.
Seol Ri pun mengangguk. Seol Ri kemudian menanyakan masa lalu Yong Gi.
“Kau bilang dia cinta pertamamu, tapi kau berpisah dengannya di bangku SMA. Tidak ada catatan kecelakaan dan dia berlumuran darah. Jika itu bukan kecelakaan, bagaimana?  Kau tidak takut?” ucap Seol Ri.
“Aku tidak takut.” Jawab Baek Seok.
“Bagaimana kalau dia sudah menikah? Bisa saja kan dia memiliki suami dan anak? Bisa saja dia orang yang sangat kejam.” Ucap Seol Ri.
“Dia tidak memiliki suami, apalagi anak.” Jawab Baek Seok.
Baek Seok lalu teringat percakapannya dengan Mi Ae. Mereka bertemu di sebuah kafe. Mi Ae memberitahu Baek Seok kalau pria yang akan menikah dengan Yong Gi mati bunuh diri karena sebuah skandal. Mi Ae juga bilang Yong Gi dibully tanpa henti setelah ketahuan sebagai pengungkap masalah.
“Dia dikucilkan di tempat kerja dan pengkhianat perusahaan. Seorang pengungkap masalah tidak lebih baik dari seekor anjing. Setiap hari seperti di neraka baginya. Tapi dia masih bertahan. Dia bilang padaku, dia bertahan demi anaknya. Tapi melihat bagaimana dia menghilang, meninggalkan semuanya…”
Baek Seok terkejut mengetahui Yong Gi sudah punya anak. Ia salah paham, mengira anak yang hadir di mimpi Hae Gang adalah anak Hae Gang. Baek Seok lalu menanyakan keluarga Yong Gi. Ia mengaku sudah mendatangi alamat yang tertulis di identitas Yong Gi, namun rumah itu sudah diruntuhkan.
“Aku juga sudah pergi ke sana, tapi neneknya sudah meninggal dan rumahnya hancur begitu saja tanpa ada yang tahu penyebabnya. Tidak ada yang tahu apa yang terjadi pada Yong Gi Eonni. Seharusnya dia masih hidup, kan?” ucap Mi Ae.
“Bukan hanya hidup, dia memiliki semuanya dan hidup bahagia.” Jawab Baek Seok.
“Kau bilang kau teman sekelasnya? Kenapa kau mencarinya?” tanya Mi Ae.
“Karena aku mencintainya.” Jawab Baek Seok yang membuat Mi Ae kaget.
Flashback end…

Suara Seol Ri membuyarkan lamunan Baek Seok. Seol Ri bertanya seperti apa masa lalu Yong Gi sehingga Baek Seok berusaha menutupinya. Baek Seok pun berkata dia mencintai Yong Gi jadi dia akan melindungi Yong Gi. Seol Ri kaget mendengar kata2 Baek Seok. Baek Seok lalu meminta Seol Ri merahasiakan percakapan mereka.
Tiba2, sebuah bel berbunyi. Seol Ri bergegas membukakan pintu. Hyun Woo pun langsung masuk ke dalam begitu pintu dibuka. Baek Seok memperkenalkan dirinya sebagai kakak Seol Ri. Hyun Woo pun ingat Baek Seok adalah pria yang dipukulnya di rumah sakit waktu itu. Awalnya, Baek Seok tidak mengingat Hyun Woo, namun tak lama kemudian ia ingat dan mereka menjadi akrab. Hyun Woo mengajak Baek Seok minum bersama. Baek Seok menolak dengan alasan seseorang menunggunya.

“Panggil temanmu dan kita akan minum bersama.” Suruh Hyun Woo.
“Apa kau datang sendirian? Dimana Sunbae?” tanya Seol Ri.
“Dia ada di bawah. Dia bertemu seseorang yang dikenalnya.” Jawab Hyun Woo.

Hae Gang mengganti uang Jin Eon yang dicuri Baek Ji. Ia juga meminta maaf atas kesalahpahaman yang terjadi pada mereka. Jin Eon pun menerima uang pemberian Hae Gang. Ia berharap mereka tidak akan bertemu lagi setelah itu. Jin Eon pun berbalik, hendak pergi. Namun langkahnya langsung terhenti saat mendengar dering ponsel Hae Gang. Ia terkejut. Tak lama, ponsel Jin Eon juga berdering. Hae Gang terkejut mendengar dering ponsel Jin Eon.

Jin Eon mendekati Hae Gang dan terus menatap Hae Gang. Hae Gang ingin menjawab teleponnya, namun Jin Eon merampas ponsel Hae Gang. Hae Gang semakin terkejut. 


Sementara itu, Baek Seok heran karena Hae Gang tidak menjawab ponselnya. Dan Seol Ri cemas Jin Eon tidak menjawab ponselnya.

Hae Gang mengambil ponselnya dari tangan Jin Eon dan bergegas lari ke mobilnya. Jin Eon membisu menatap Hae Gang dengan mata berkaca2. Hae Gang menatap Jin Eon dan merasakan perasaan yang aneh di hatinya.  Jin Eon terus menatap Hae Gang. Sementara di apartemen, Seol Ri semakin cemas karena tidak bisa menghubungi Jin Eon.

Seol Ri akhirnya berlari menyusul Jin Eon. Ia cemas Jin Eon bertemu Hae Gang. Bersamaan dengan itu, Jin Eon masuk ke mobil Hae Gang. Hae Gang pun terkejut dibuatnya.

“Bunyi ponselmu, apa itu cuma kebetulan? Ingatan yang kumiliki, apa itu hanya sebuah ilusi? Tangisanmu, ketertarikanku padamu, kau mau bilang semua itu hanya kebetulan?” tanya Jin Eon.

Sementara yang ditanya sedang serius menatap pasangan selingkuh di depan mereka.
“Kenapa kau melakukan ini?” tanya Jin Eon lagi.
“Tolong diamlah… si brengsek itu..” ucap Hae Gang.

Pasangan selingkuh itu pun akhirnya pergi. Hae Gang langsung menjalankan mobilnya mengikuti si pasangan selingkuh. Begitu Hae Gang pergi, Seol Ri tiba di luar. Ia cemas karena tidak menemukan Jin Eon.
“Apa ini? Apa yang kau lakukan? Kemana kita akan pergi? Apa yang kau lakukan!” ucap Jin Eon panic pada Hae Gang.
“Tidak bisakah kau diam!” teriak Hae Gang.

Jin Eon lalu meminta Hae Gang menyetir dengan pelan. Tapi Hae Gang malah semakin mempercepat laju mobilnya. Jin Eon pun panic. Mereka akhirya berhenti di lampu merah. Si pasangan selingkuh tidak sadar mereka diikuti seseorang.
“Katakan padaku. Setidaknya kau harus memberitahuku kemana kita akan pergi.” Protes Jin Eon.
“Tolonglah! Aku juga tidak tahu, aku harus kesana untuk mengetahuinya.” Jawab Hae Gang.
“Apa kau akan tetap melakukan yang kau inginkan!” teriak Jin Eon.
“Apa aku menyuruhmu masuk ke mobilku? Kau sendiri yang melakukannya, jadi berhentilah bicara agar aku bisa focus menyetir.” Jawab Hae Gang.
“Apa alasanmu mengikuti mobil itu?” tanya Jin Eon.
“Si brengsek itu… ia mengambil semua uang dan menyebabkan kebangkrutan dan itu sudah setahun sejak ia lari tanpa membayar gaji karyawannya. Dia bilang dia tidak punya uang, tapi dia menghabiskan uangnya seperti dia menggunakan air. Dia membeli pakaian, perhiasan dan jam tangan untuk pacarnya. Dia jahat dan cabul! Dia harusnya pergi ke neraka. Aku ingin memberitahu istrinya, tapi aku tidak tega menyakiti hati istrinya jadi aku diam saja. Apa itu masuk akal menipu seorang istri yang manis dan cantik. Dia jatuh cinta pada gadis yang usianya 10 tahun lebih muda dari darinya. Bukankah itu memalukan?” jawab Hae Gang panjang lebar.

Gadis yang usianya 10 tahun lebih muda. Perkataan Hae Gang ini membuat Jin Eon terdiam. Diamnya Jin Eon membuat Hae Gang bertanya apa cuma dirinya yang berpikir hal itu memalukan. Jin Eon pun mengalihkan pembicaraan dengan mengatakan lampu hijau sudah menyala.

Sekarang… Hae Gang dan Jin Eon ada di sebuah gudang terpencil. Hae Gang mengeluarkan alarm merah dari tasnya dan meminta Jin Eon membunyikan alarm itu jika dia tidak kembali dalam 15 menit.
“Kau mau bilang kau ingin masuk ke dalam sendirian!” teriak Jin Eon.
“Pelankan suaramu.” Jawab Hae Gang.
Hae Gang lalu bertanya haruskah mereka masuk bersama?
“Kenapa harus aku? Jelaskan.” Jawab Jin Eon.
“Kalau begitu tetap disini dan jangan kemana2.” Ucap Hae Gang.
“Kenapa kau tidak menghubungi polisi?” tanya Jin Eon.
“Kau tidak tahu, semua uang yang ditemukan di tempat perjudian akan disita di tempat kejadian? Tidak peduli apa yang diperlukan, aku harus membuatnya membayar hari ini.” Jawab Hae Gang.

Hae Gang pun beranjak pergi. Namun baru beberapa langkah, Hae Gang dibuat panic karena deringan ponsel Jin Eon. Jin Eon pun langsung mematikan ponselnya.
Sementara itu, Seol Ri kecewa Jin Eon tidak menjawab teleponnya. Seol Ri lalu mengirimi Jin Eon pesan.
[Hyun Woo bilang kau bertemu seseorang di bawah. Apa sekarang kau sedang bersamanya] – Seol Ri.
[Benar, kami sedang bersama. Aku akan menjelaskan detailnya nanti] – Jin Eon.

Seol Ri pun langsung kesal mengetahui Jin Eon dan Hae Gang sedang bersama. Saking kesalnya, ia sampai membanting ponselnya. Ckckckck… Nih cewek emang gengges banget ya, ngejar2 cowok ampe segitunya, udah tau cowoknya gk cinta ama dia… sementara itu, Baek Seok menunggu Hae Gang di luar.
Hae Gang merekam aktivitas perjudian yang terjadi di dalam. Jin Eon menatap Hae Gang dari kejauhan. Setelah menimbang2, Jin Eon akhirnya memutuskan menyusul Hae Gang.

Hae Gang masuk ke dalam dan membuat kaget komplotan judi itu. Hae Gang mengaku dirinya bukan polisi atau pun reporter jadi komplotan judi itu bisa tenang. Hae Gang juga bilang dia akan pergi setelah mendapatkan uang dari Presdir Lee.
“Aku berharap kalian tidak akan terluka dengan membuatku menembakkan pistol gas ini dan membuat meja judi kalian berantakan.” Ancam Hae Gang.

Hae Gang pun menyalakan alat setrumnya, membuat komplotan judi itu takut. Presdir Lee marah. Hae Gang juga mengancam akan menjebloskan mereka ke dalam penjara jika mereka tidak mau bekerja sama. Presdir Lee tidak takut dan mendekati Hae Gang. Hae Gang langsung menodongkan alat setrumnya. Presdir Lee sama sekali tidak takut. Ia menyuruh Hae Gang menyetrumnya. Hae Gang kemudian menyebutkan nominal yang harus dibayar Presdir Lee.

Presdir Lee lalu menyuruh komplotannya mengeroyok Hae Gang. Hae Gang langsung menyalakan alat setrumnya membuat komplotan judi itu takut. Hae Gang pun mengaku sudah mengirimkan foto mereka ke pengacaranya. Ia juga mengancam akan mengirim foto perselingkuhan Presdir Lee ke istri Presdir Lee jika Presdir Lee tidak memberikan uangnya.
“Apa? Foto perselingkuhan apa?” ucap Presdir Lee lalu mendorong Hae Gang.

Begitu Hae Gang jatuh, komplotan Presdir Lee langsung mengeroyok Hae Gang. Tepat saat itu, Jin Eon membunyikan alarmnya. Komplotan judi itu panic dan bergegas pergi. Sedangkan Presdir Lee dan Hae Gang memperebutkan uang2 itu. Presdir Lee marah dan mau menampar Hae Gang. Tepat saat itu, Jin Eon datang dan memukul Presdir Lee. Hae Gang bengong melihatnya.
“Apa yang kau lakukan! Cepat pergi!” teriak Jin Eon.
Presdir Lee memukul Jin Eon. Hae Gang pun mengambil alat setrumnya dan menyetrum Presdir Lee. Presdir Lee pun terkapar. Hae Gang terkejut melihat luka di kening Jin Eon.
Jin Eon keluar dari gedung dengan wajah kesal. Hae Gang yang berjalan di belakang Jin Eon pun hanya bisa diam saja sambil menatap Jin Eon dengan pandangan bersalah. Hae Gang lantas membuka kunci mobilnya. Jin Eon merebut kunci mobil Hae Gang. Hae Gang terkejut, tapi diam saja. Di mobil, Hae Gang memberikan plester pada Jin Eon, tapi Jin Eon yang masih kesal tidak mau menerimanya.

Hae Gang dan Jin Eon kembali ke apartemen Seol Ri. Hae Gang sudah tertidur. Kepalanya menyender ke kaca mobil. Jin Eon tertegun melihat Hae Gang tidur. Baek Seok masih menunggu Hae Gang. Saat Hae Gang kembali, ia tertegun melihat pria yang bersama Hae Gang. Jin Eon membenarkan posisi tidur Hae Gang. Baek Seok teringat kata2 Seol Ri.
“Yong Gi Eonni pergi dengan Sunbae. Karena Sunbae bersamanya, jadi jangan cemas.”

Baek Seok pun mendekati mobil Hae Gang. Jin Eon memejamkan matanya. Baek Seok menatap Jin Eon. Jin Eon pun menoleh ke samping dan terkejut melihat Baek Seok. Keduanya lalu teringat mereka pernah bertemu di kantor polisi. Jin Eon lantas turun dari mobil Hae Gang dan menghampiri Baek Seok.
“Aku kakaknya Seol Ri, Choi Jin Eon. Namaku Baek Seok.” Ucap Baek Seok sambil menatap tajam Jin Eon.
“Aku Choi Jin Eon.” Jawab Jin Eon sambil menatap tajam Baek Seok.

Seol Ri sedang menyiapkan obat2an untuk mengobati luka Jin Eon. Sementara Jin Eon ada di dapur, mengambil minuman. Seol Ri berkata Jin Eon sudah melakukan hal yang benar.
“Kakakku tidak akan memaafkan dirinya jika sesuatu terjadi pada Yong Gi Eonni. Mereka berdua benar2 terlihat seperti pasangan yang sudah menikah. Mereka sudah hidup bersama selama 4 tahun. Mereka cinta pertama masing2, jadi mereka lebih saling mencintai.” Ucap Seol Ri.

Mendengar omongan Seol Ri, Jin Eon pun kesal. Saking kesalnya, ia sampai meremuk kaleng minumannya. Jin Eon lantas beranjak pergi. Tapi Seol Ri menahannya. Seol Ri ingin membersihkan luka Jin Eon terlebih dulu. Jin Eon menolak dan mengaku bisa melakukannya sendiri. Tapi Seol Ri tetap kekeuh mau membersihkan luka Jin Eon. Jin Eon pun menuruti permintaan Seol Ri pada akhirnya.
“Kakakku adalah orang yang baik, menyenangkan dan perhatian. Kau akan bersikap baik dengan kakakku kan?” tanya Seol Ri sambil membersihkan luka Jin Eon.
Jin Eon diam saja. Seol Ri pun meminta Jin Eon juga bersikap baik pada Hae Gang. Jin Eon diam saja dan teringat saat Hae Gang menyetrum Presdir Lee. Ia juga teringat dengan bunyi ponsel Hae Gang. Seol Ri meletakkan plester di luka Jin Eon. Jin Eon menatap Seol Ri sambil terus memikirkan Hae Gang. Seol Ri pun kesal, ia tahu apa yang ada di pikiran Jin Eon.

Hae Gang tidak bisa tidur. Ia terlihat gelisah. Berkali2 ia merubah posisi tidurnya. Tiba2, terdengar suara Baek Seok. Baek Seok yang duduk di depan kamar Hae Gang, mengajak Hae Gang menikah. Baek Seok berkata tidak peduli siapa Hae Gang. Meski Hae Gang sudah menikah, meski Hae Gang memiliki suami, bahkan meski Hae Gang memiliki anak, ia tidak peduli. Hae Gang sendiri diam saja. Baek Seok masih terus memohon pada Hae Gang.

Keesokan harinya… Nyonya Hong membawakan segelas juice untuk Presdir Choi. Nyonya Hong lalu membicarakan Jin Eon yang mulai bekerja di perusahaan. Ia cemas orang2 di perusahaan akan menentang semua yang dilakukan oleh Jin Eon. Presdir Choi menyuruh Nyonya Hong mengambil tongkatnya.
“Apa yang harus dilakukan? Karena kau seperti ini, anakmu tidak dihormati di hari pertamanya bekerja.” Ucap Nyonya Hong.

Presdir Choi diam saja. Nyonya Hong terus mengoceh. Ia heran dengan sikap Presdir Choi yang memberikan posisi tinggi pada Tae Seok. Nyonya Hong yakin ada yang terjadi. Presdir Choi marah. Ia memukulkan tongkatnya ke meja dan menyuruh Nyonya Hong mengambil koran. Nyonya Hong pun keluar dari ruangan Presdir Choi dengan wajah kesal.

Nyonya Hong pergi ke dapur sambil mengomel. Ia merasa hidupnya seperti manekin.
“Kami sudah hidup bersama selama 35 tahun tapi kami tidak pernah saling bicara. Aku tidak ingat kapan terakhir kali kami bicara.” Ucap Nyonya Hong.
Jin Ri pun meledek Nyonya Hong. Ia berkata pembicaraan hanya milik istri pertama. Nyonya Hong terlihat seperti istri kedua. Nyonya Hong pun kesal. Jin Ri berkata lagi. Jin Ri bilang jika Nyonya Hong datang dengan tangan kosong, merampas hidup seseorang dan begitu menikmati hidup, itu belum cukup. Jin Ri juga bilang tidak ada akhir untuk orang yang serakah.
“Jaga mulutmu!” ucap Nyonya Hong kesal.
“Baiklah, aku akan menjaga mulutku. Kau juga harus menjaga mulutmu dengan baik.” Jawab Jin Ri.

Jin Ri lalu menanyakan soal Seol Ri. Apa Nyonya Hong sudah minta maaf pada Seol Ri.
“Masih belum, tapi apa aku benar2 memanggilnya Hae Gang?”
“Jika aku yang mengatakannya, kau akan mengira aku berbohong. Jadi tanyakan saja pada Jin Eon atau ayah.”
“Ini gila, aku benar2 gila. Bagaimana bisa aku mengatakannya?”
“Kang Seol Ri terlihat seperti sedang menelan kotoran. Dalam kasus ini, aku rasa kau dan menantumu tidak akan akur setelah mereka menikah. Hubunganmu dengannya sudah hancur karena kau menyebutnya Hae Gang.”

Jin Ri pun beranjak pergi. Namun langkahnya terhenti saat mendengar ocehan Nyonya Hong. Nyonya Hong bertanya2, apa yang harus ia lakukan. Nyonya Hong lalu teringat kalau dia harus memberi Presdir Choi teh hijau. Jin Ri pun terkejut karena Nyonya Hong baru saja memberikan teh hijau pada ayahnya.
“Apakah dia benar2 mengalami demensia?” batin Jin Ri.

Pelayan pun datang memberitahu kalau Nyonya Hong sudah membuat teh hijau. Nyonya Hong pun kaget. Jin Ri malah meledek Nyonya Hong. Ia mengatakan Nyonya Hong sudah semakin tua. Ia lalu berkata Nyonya Hong tidak perlu cemas karena semua orang juga terkadang suka lupa. Nyonya Hong pun tersenyum lega. Jin Ri lalu memeluk Nyonya Hong, membuat Nyonya Hong merasa aneh dengan sikap Jin Ri yang tiba2 memeluknya.

Tae Seok sedang berolahraga di kamarnya. Pikirannya terus tertuju pada seorang pria yang dirawat di rumah sakit. Pria itu menderita patah tulang pada kakinya. Pria itu adalah salah satu korban pudoxin. Jin Ri masuk ke kamarnya. Ia heran melihat suaminya yang berlari begitu kencang.
“Apa karena Jin Eon? Kau takut Jin Eon mengancam posisimu? Kekhawatiranmu cukup beralasan karena Jin Eon tiba2 meminta posisi di departemen bisnis, bukan penelitian.” Ucap Jin Ri.
“Apa kau tidak bisa menutup mulutmu?” jawab Tae Seok kesal.

Jin Ri pun kembali berolahrga. Ia bergelantungan di udara dan menyuruh Tae Seok menggunakan Hae Gang untuk membuat Jin Eon goyang. Jin Ri berkata akan bagus untuk mereka jika berhasil menggoyangkan Jin Eon. Tae Seok turun dari alat treadmill nya dan mengangkat mini barbell.
“Jika kau ingin olahraga, olahraga saja.” Jawab Tae Seok.
Tae Seok lalu menoleh ke Jin Ri dan terkejut. Ia berkata Jin Ri membuatnya takut dengan bergelantungan begitu. Jin Ri lalu berkata dia sedang melakukan yoga. Tae Seok lalu menoyor2 kepala istrinya. Sang istri pun mendelik kesal. Tae Seok juga berkata haruskah meletakkan mini barbell itu di bahu Jin Ri.

Tae Seok sudah berada di ruangannya. Produser Kim pun masuk dan menemui Tae Seok. Produser Kim bertanya apa mereka harus membuat perayaan untuk Jin Eon yang sudah mulai bekerja hari itu. Tae Seok dengan sinisnya berkata kalau Jin Eon bukan Presiden Korea, jadi mereka tidak perlu membuat perayaan.
“Dia adalah anak Presdir. Jika kita tidak melakukan apapun, akan muncul kesalahpahaman denganmu.” Ucap Produser Kim.
Tapi Tae Seok tidak peduli. Ia kekeuh tidak mau membuat perayaan menyambut Jin Eon.

Tae Seok meninggalkan ruangannya dan terkejut melihat para karyawan membungkuk pada Jin Eon. Jin Eon juga terkejut dan langsung meminta penjelasan Manajer Byeon. Manajer Byeon pun mengaku tidak tahu menahu soal itu. Tak lama, Presdir Choi datang menghampiri Jin Eon. Tae Seok terkejut dan kesal menatap mereka. Presdir Choi lalu mengajak Jin Eon ke ruangannya. Tae Seok pun terpaksa ikut membungkuk. Presdir Choi dan Tae Seok saling melemparkan tatapan tajam.

 
Mi Ae dan yang lain sedang bergosip tentang Presdir Choi yang muncul tiba2. Manajer Byeon yakin Presdir Choi datang untuk mendukung Jin Eon. Manajer Byeon juga yakin akan ada perang antara Jin Eon dan Tae Seok.  Mereka pun berhenti bergosip saat Jin Eon datang.
“Tidak perlu begitu, santai saja.” tegur Jin Eon saat mereka membungkukkan badan padanya.

Manajer Byeon pun berkata itu sudah tugas mereka.  Jin Eon lalu menanyakan apa Tae Seok keluar. Manajer Byeon pun mengiyakan. Jin Eon lalu masuk ke ruangan Tae Seok. Ia meletakkan berkasnya di meja Tae Seok. Saat itulah ia melihat sesuatu di meja Tae Seok. Ia melihat berkas di meja Tae Seok.

Tak lama kemudian, Tae Seok datang. Jin Eon langsung menutupi berkas yang dibacanya agar Tae Seok tidak curiga. Jin Eon lalu memberikan berkasnya pada Tae Seok. Setelah itu, ia keluar dari ruangan Tae Seok. Begitu Jin Eon pergi, Tae Seok langsung melihat berkasnya yang tadi dibaca Jin Eon. Ia menarik napas lega karena mengira Jin Eon tidak melihat berkasnya itu. Tae Seok lantas menyembunyikan berkasnya di laci.
Jin Eon yang sudah kembali ke ruangannya memikirkan soal berkas Tae Seok tadi. Berkas Tae Seok tadi tentang efek samping Pudoxin.

Di kantornya, Baek Seok terkejut ketika seorang pria melaporkan tentang Pudoxin. Pria itu mengaku tidak ada satu pun pengacara yang mau menangani kasusnya. Tak lama, Hae Gang datang. Pria itu bilang salah satu pasien yang dirawat di rumah sakit tempatnya dirawat menyuruhnya menemui Baek Seok. Hae Gang pun ikut bicara. Ia bertanya apa pria itu menderita patah tulang setelah mengkonsumsi Pudoxin. Pria itu mengiyakan. Pria itu juga berkata dirinya menjadi cacat dan hidupnya hancur.
“Jika kata2mu benar, itu artinya akan sangat berbahaya bagi siapapun yang mengkonsumsi Pudoxin. “ ucap Hae Gang.
“Kau akan mengambil kasus ini kan?” tanya pria itu.
Baek Seok menolak dan menyuruh pria itu mencari pengacara lain. Hae Gang pun terkejut.
Sementara itu, Gyu Seok mengirimkan email pada Yong Gi. Gyu Seok berkata dia harus melakukan beberapa pemeriksaan pada Woo Joo untuk memastikan penyakit Woo Joo. Tepat saat itu, Tae Seok datang. Tae Seok melihat berkas2 Woo Joo. Ia pun terkejut membaca nama Woo Joo.
Tae Seok lalu menyuruh adiknya itu berhenti meneliti penyakit langka. Menurutnya itu hanya akan menyia2akn kemampuan yang dimiliki Gyu Seok. Gyu Seok pun berkata ia melakukannya karena tidak ada satu pun yang melakukannya. Tae Seok lalu menyuruh Gyu Seok menemui Jin Eon jika ada waktu. Gyu Seok menanyakan alasan kenapa ia harus menemui Jin Eon. Tae Seok pun kesal karena Gyu Seok selalu menanyakan alasan dan alasan. Tae Seok lalu berkata karena Gyu Seok tidak punya teman. Tae Seok lalu beranjak pergi.
Baek Seok memberitahu Hae Gang jika Cheon Nyeon Farmasi adalah perusahaan milik ayah tunangan Seol Ri. Hae Gang pun terkejut. Baek Seok mengajak Hae Gang mengenalkan pria itu pada pengacara lain. Hae Gang pun bertanya apa yang akan terjadi pada pria bernama Moon Tae Joo itu jika tidak ada satu pun pengacara yang mau menerima kasusnya. Apakah mereka akan mengabaikannya. Baek Seok pun mengangguk. Hae Gang mengerti dan kembali ke mejanya untuk memeriksa file yang lain.

“Baek Jo memberitahuku kalau Seol Ri pergi ke Amerika karena dia jatuh cinta pada pria yang tidak seharusnya ia cintai. Apa dia mencintai pria yang sudah menikah?” tanya Hae Gang.
Baek Seok mengangguk.
“Sudah kuduga. Tapi kenapa dia melakukannya? Kenapa harus pria yang sudah menikah dari sekian banyak pria?” ucap Hae Gang.


Hae Gang lalu beranjak pergi. Sementara itu, Nyonya Kim sedang menyelidiki Yong Gi. Pemilik panti asuhan berkata Yong Gi anak yang menyenangkan. Dia memiliki wajah yang cantik juga hati yang baik. Si pemilik panti juga menunjukkan buku tahunan Yong Gi.
“Dia bilang bahwa dia harus mematuhi nama yang diberikan orang tuanya jadi dia selalu berusaha untuk memiliki keberanian. Dia sangat dekat dengan ketua kelas kami. Kita mungkin bisa mengetahui informasinya jika kita menanyakannya pada ketua kelas kami.” Ucap si pemilik panti.
Si pemilik panti pun berjanji akan membantu Nyonya Kim. Nyonya Kim mengangguk dan berterima kasih.
Tuan Baek ada di rumah Nyonya Kim. Ia melihat2 buku tahunan Yong Gi. Nyonya Kim pun datang dan menutup buku tahunan itu. Tuan Baek mengatakan sesuatu, tapi Nyonya Kim masih bersikap dingin pada Tuan Baek.
Seol Ri pergi ke rumah Tuan Baek. Namun ia tak langsung masuk. Ia berdiri di depan rumah sambil menatap rumah itu penuh arti. Baek Jo yang baru pulang sekolah terkejut melihat Seol Ri. Tangisnya keluar dan ia pun langsung memeluk Seol Ri. Seol Ri meminta maaf pada Baek Jo. Baek Jo berkata kalau ia sangat merindukan Seol Ri.

Seol Ri pun masuk ke dalam dan melihat2 rumahnya. Baek Jo memberikan Seol Ri segelas juice. Seol Ri lalu terdiam saat Baek Jo menyebut nama Yong Gi. Seol Ri lalu bertanya saat pertama kali Yong Gi datang ke rumah mereka. Baek Jo pun bilang Hae Gang seperti putri es.
“Dia tidak menyukai kami dan tidak pernah menjawab saat kami bertanya. Dia hanya membaca buku2 milik Oppa.” Ucap Baek Jo.
“Buku seperti apa?” tanya Seol Ri.
“Buku Pengacara. Dia mampu menghafalnya hanya dengan sekali baca. Dia sangat pintar. Dia bahkan lebih pintar dari Oppa. Sekarang, Yong Gi Eonni sangat baik. Dia sangat menyayangi kami.” Jawab Baek Jo.
Seol Ri pun terkejut.
“Tapi dia banyak terluka. Dia menangis setiap malam dalam tidurnya.” Ucap Baek Jo lagi.

Seol Ri pun teringat kata2 terakhir Hae Gang padanya.
“Kau pikir ini sudah berakhir? Kau pikir kau sudah menang? Ini belum berakhir. Kau harus menjaganya dengan baik. Jangan sampai kau kecurian seperti aku kecurian. Orang yang mencuri itu buruk, tapi orang yang membiarkannya kecurian lebih buruk. Bukan begitu?” ucap Hae Gang.
Seol Ri pun masuk ke kamar Hae Gang. Ia memeriksa semua barang2 Hae Gang. Tapi tak menemukan apapun. Saat ia sedang membuka lemari Hae Gang, Hae Gang datang. Seol Ri pun buru2 menutup lemari Hae Gang.
“Kenapa kau menyentuh barang2ku tanpa permisi?” sindir Hae Gang.
“Maafkan aku. Aku hanya teringat masa laluku. Dulu ini adalah ruanganku.” Jawab Seol Ri.

Hae Gang lalu mengajak Seol Ri bicara. Hae Gang bertanya kenapa Seol Ri membawa begitu banyak hadiah. Seol Ri berkata dia juga membelikan hadiah untuk Hae Gang. Seol Ri membelikan Hae Gang dua pasang sepatu. Ia beralasan sengaja membeli dua karena tidak tahu ukuran kaki Hae Gang. Hae Gang pun langsung memakainya. Ia tersenyum senang. Seol Ri meneliti wajah Hae Gang. Ia merasa wanita yang ada di hadapannya adalah Hae Gang.
Di ruangannya, Jin Eon mencari tahu tentang Pudoxin dan Hae Gang di internet. Tapi ia tak menemukan apapun.
Baek Seok dan Seol Ri duduk2 di halaman depan rumah.
“Apa kau bahagia?” tanya Baek Seok.
“Aku bahagia. Aku harus bahagia. Aku akan bahagia.” Jawab Seol Ri.

“Kenapa kau tidak bahagia? Bukankah kau yang memilih jalan ini? Kau bilang kau mencintainya. Kau bilang jika kau memilikinya, semua akan baik2 saja.” Tanya Baek Seok.
“Itu karena dia tidak mencintaiku. Bagi dirinya, aku adalah juniornya. Junior yang dia perhatikan. Dia benar2 baik padaku. Dia peduli padaku, tapi dia tidak mencintaiku. Dia tidak melihatku sebagai wanita. Baginya hanya ada satu wanita, mantan istrinya.” Jawab Seol Ri.

Tepat saat itu, Hae Gang datang membawakan minuman.
“Lalu kenapa dia menceraikannya?” tanya Baek Seok.
Pertanyaan Baek Seok membuat langkah Hae Gang terhenti.
“,,, istrinya tidak menginginkan hal itu tapi dia bersikeras menceraikannya.” Ucap Baek Seok.
“Putri mereka meninggal karena istrinya.” Jawab Seol Ri.
Baek Seok dan Hae Gang pun sama2 terkejut.
Seol Ri lalu membujuk Baek Seok untuk menikahi Hae Gang. Baek Seok berkata Hae Gang membutuhkan waktu. Tapi Seol Ri memaksa. Seol Ri bilang Baek Seok tidak boleh menunggu lagi. Ia harus segera menikahi Hae Gang. Hae Gang pun menatap Seol Ri dengan heran.
Ckckckkc… dasar penyihir.

Sementara itu, Jin Eon datang ke rumahnya yang ia tempati bersama Hae Gang dulu. Ingatannya pun melayang ke masa lalu, dimana ia masih hidup bahagia dengan Hae Gang.
Flashback…
“Yeobo!” teriak Hae Gang sembari keluar dari dalam rumah menyambut Jin Eon yang baru saja pulang. Jin Eon yang berdiri di depan rumah meminta Hae Gang memanggilnya yeobo lagi. Hae Gang pun memanggil Jin Eon yeobo. Jin Eon tersenyum dan memandangi wajah Hae Gang. Ia lalu memuji kecantikan Hae Gang.  Hae Gang tersenyum dan mendekati Jin Eon.
“Aku mencintaimu. Kau tahu kan?” tanya Jin Eon.

Hae Gang mengangguk.
“Aku akan mencintaimu lebih dalam lagi dan lebih dari yang kau bayangkan.” Ucap Jin Eon.
“Aku tahu. Aku tahu itu dengan baik. Jadi cepatlah masuk ke dalam, yeobo.” Jawab Hae Gang.
Jin Eon lantas mencium bibir Hae Gang. Hae Gang kaget. Jin Eon lalu memegang wajah Hae Gang dan mereka pun kembali berciuman.
Flashback end…
Nyonya Kim sedang mengelap foto Hae Gang. Nyonya Kim lalu terkejut melihat sosok Jin Eon di depan rumah.

Hae Gang sedang melihat penjualan Pudoxin di internet sambil melahap jagung. Baek Seok membaca sebuah majalan sambil tidur dan makan jagung. Baek Seok meminta Hae Gang berhenti mencari tahu soal Pudoxin. Hae Gang pun menatap Baek Seok. Ia lalu menyuruh Baek Seok duduk dan makan. Tapi Baek Seok tetap tiduran sambil makan. Hae Gang yang kesal akhirnya menarik tubuh Baek Seok agar Baek Seok bangun. Namun tiba2, Baek Seok menarik Hae Gang ke dalam pelukannya.
“Tetaplah seperti ini. Jangan katakan apapun. Jangan pikirkan apapun. Dengan begini, jantungmu akan berdegup kencang. Seperti jantungku yang berdegup kencang sampai aku merasa akan gila. Jantungmu akan berdegup kencang.” Ucap Baek Seok.

Hae Gang pun tertegun mendengarnya. Sementara itu, Jin Eon keluar dari rumahnya dengan wajah sedih. Entah apa yang sudah terjadi di dalam.

Post a Comment

0 Comments