.

I Have a Lover Ep 17 Part 1

Sebelumnya <<<



Jawaban Hae Gang mengejutkan  Seol Ri dan Baek Seok. Hae Gang berkata dirinya mulai terpengaruh. Ia mengaku, saat melihat Jin Eon, dirinya merasa sakit tanpa alasan. Ia tidak mengerti kenapa dirinya merasa seperti itu. Ia mengaku sudah berusaha mengendalikan dirinya.


“Kau merasa sakit? Kenapa? Memangnya kau siapa sampai kau harus merasa sakit? Jadi kau mau bilang kau akan terus melanjutkannya?” ucap Seol Ri.

“Kau bilang kau melihat kami? Dan karena kau bertanya, jadi aku menjawabnya dengan jujur. Entah akan kulanjutkan atau tidak, pikiran itu tak pernah terlintas dalam pikiranku.” Jawab Hae Gang.

“Hentikan sampai di sini. Jika kau masih berani melakukannya, entah apa yang akan kulakukan padamu. Aku akan menghancurkanmu.” Ucap Seol Ri, dengan tatapan yang penuh kebencian.


“Aku akan mengurus perasaanku sendiri. Seol Ri, jaga hatinya baik2, bukan dariku, melainkan dari istrinya yang sudah meninggal itu. Masalahmu bukanlah denganku, tapi dengan wanita yang sudah meninggal itu.” jawab Hae Gang.

Seol Ri pun terdiam seketika. Mungkin ia tidak menyangka dengan jawaban terakhir Hae Gang. Tanpa mereka sadari, Baek Seok menguping pembicaraan mereka. Ia terpukul, dan pergi begitu saja.


Di ruangannya, Gyu Seok sedang membaca e-mail yang baru saja diterimanya dari Yong Gi. Yong Gi juga melampirkan fotonya bersama Woo Joo. Gyu Seok lalu membaca kartu nama Yong Gi yang diberikan Hae Gang. Ia pun bingung. Tak lama kemudian, ia mendapat telepon dari Yong Gi.

“Ini siapa?” tanyanya.

“Ini ibunya Woo Joo. Anda Professor Min Gyu Seok kan?”


“Ah, Woo Joo. Woo Joo yang jauhnya melampaui langit itu? Ibu Woo Joo yang hebat, Dokgo Yong Gi. Suaramu ini tipuan kan?”

“Professor, saya kan sudah bilang saya Dokgo Yong Gi.”

“Nona Dokgo Yong Gi, jangan pernah menggangguku lagi.”


Gyu Seok pun menutup teleponnya.  Sementara itu, Yong Gi yang dimaksud Gyu Seok sedang menuntut perusahaan Jin Eon untuk mengakui efek samping Pudoxin. Ia melakukannya bersama Moon Tae Joon. Tiba2, hujan deras turun. Hae Gang pun langsung menutupi kepala Tae Joon dengan papan demonya.  Ia lantas menyuruh Tae Joon kembali ke rumah sakit. Namun Tae Joon menolaknya. Hae Gang pun berkata Tae Joon tidak boleh sakit. Kalau sampai Tae Joon sakit, mereka tidak akan bisa berjuang bersama2 lagi.

Jin Eon lalu datang, membawa payung dan memayungi Hae Gang. Hae Gang tertegun melihat Jin Eon. Jin Eon mengajak Hae Gang makan siang. Namun, Hae Gang tidak menjawab. Karena Hae Gang tidak menjawab, Jin Eon pun mengerti Hae Gang menolaknya. 




Jin Eon kemudian memberikan payung itu pada Hae Gang. Setelah itu, ia beranjak pergi dan membiarkan hujan membasahi tubuhnya. Namun baru beberapa langkah, ia berhenti. Hae Gang mengajaknya makan siang. Ia pun tertegun. Ia sama sekali tidak menyangka Hae Gang mau menerima ajakannya makan siang. Keduanya lalu saling menatap satu sama lain.

Di apartemennya, Seol Ri sedang mengerjakan sesuatu dengan komputernya. Lalu tiba2, ia teringat kata2 Hae Gang. Hae Gang bilang dirinya yang mulai terpengaruh oleh Jin Eon. Melihat Jin Eon, membuat dirinya merasa sakit. Lamunannya lalu buyar saat tiba2 terdengar bunyi bel. Ia pun bergegas membukakan pintu. Begitu pintu dibuka, Baek Seok pun langsung masuk ke dalam. Wajah Baek Seok tidak seceria biasanya.

“Pasti sulit kan?” tanya Baek Seok, membuat senyum Seol Ri hilang seketika.

“Oppa, apa kau tahu? Aku tersenyum saat mengetahui wanita itu sudah meninggal. Aku pergi ke kantor polisi untuk mencari tahu apa dia benar2 sudah meninggal. Ketika polisi memberitahuku dia meninggal empat tahun yang lalu, tanpa sadar aku mengucapkan terima kasih. Wanita itu sudah meninggal sekarang, jadi aku pun akan baik2 saja.” Jawab Seol Ri.


Baek Seok lalu memberikan Seol Ri sejumlah uang. Ia menyuruh Seol Ri segera menyiapkan pernikahan dengan uang itu. Seol Ri pun kaget, Oppa. Baek Seok juga meminta nomor telepon Nyonya Hong, untuk mengatur pertemuan dua keluarga. Tak hanya itu, Baek Seok juga berkata semuanya akan berjalan dengan baik setelah Seol Ri dan Jin Eon menikah.


Jin Eon mengajak Hae Gang ke sebuah warung kecil. Hae Gang pun terkejut, tidak menyangka orang kaya seperti Jin Eon akan mengajaknya makan di warung kecil begitu. Si pemilik warung pun datang. Ia mengenali Hae Gang. Hae Gang pun kesal saat si pemilik warung memanggilnya Hae Gang, sedangkan Jin Eon tersenyum.

Si pemilik warung terus mengoceh, kudengar kalian sudah menikah. Bagaimana dengan anak, berapa banyak anak kalian?


Hae Gang pun ingin menjelaskannya, namun belum sempat ia bicara, si pemilik warung mengoceh lagi. Ahjuma pemilik warung mengira mereka memutuskan menunda memiliki anak. Ahjuma itu lalu menyuruh keduanya makan dan beranjak pergi. Jin Eon terlihat melamun. Suara Hae Gang membuyarkan lamunannya. Hae Gang mengajaknya makan. Namun saat melihat mangkuk nasinya, ia terdiam karena ada kacang hitam di atas nasinya. Jin Eon yang mengerti, langsung memakan kacang hitam di nasinya, lalu menukar nasinya dengan nasi Hae Gang.

“Kau makan kacang merah, kacang polong dan kacang tanah. Tapi tidak dengan kacang hitam.” Ucap Jin Eon, yang membuat Hae Gang tertegun.

“Jika kau ingin mulai menyembuhkan ingatanmu, beritahu aku kapan saja, karena aku ingat dirimu.” Ucap Jin Eon lagi, yang kembali membuat Hae Gang tertegun.

Sementara itu, Baek Seok berniat memberitahu Jin Eon tentang kematian Hae Gang. Seol Ri pun memohon agar Baek Seok tidak mengatakannya pada Hae Gang. Hanya sampai mereka menikah, janji Seol Ri. Menurut Seol Ri, setelah mereka menikah, tidak akan jadi masalah jika Jin Eon mengetahui kematian Hae Gang. Seol Ri lalu meminta Baek Seok untuk tidak mempercayai Hae Gang. Di sisi lain, Hae Gang dan Jin Eon terjebak di warung kecil itu. Hujan yang mengguyur membuat mereka tidak bisa kemana2.


“Setelah hujannya reda, kita akan pergi?” tanya Hae Gang.

“Kalau begitu, hujannya tidak usah reda.” Jawab Jin Eon, membuat Hae Gang menghela napas.

“Aku penasaran, bagaimana rasanya makan bersama dirimu dan bagaimana perasaanku setelah makan bersama dirimu.” Ucap Hae Gang.

“Lalu bagaimana perasaanmu?” tanya Jin Eon.

“Aku tidak ingin makan denganmu lagi. Sebaiknya aku jangan melakukannya lagi.” Jawab Hae Gang.


“Seburuk itu?” tanya Jin Eon.

“Bukan karena dirimu, tapi karena diriku.” jawab Hae Gang.

“Artinya?” tanya Jin Eon.

“Kita akhiri saja sampai disini. Aku akan bilang tidak apa2 kita makan bersama. Aku akan memaafkan diriku karenanya. Aku ingin melindungi diriku sendiri dari dirimu, Choi Jin Eon. Tolong bantu aku, agar aku bisa melindungi diriku. Agar kita bisa melindungi orang2 yang kita sayang. Lupakan diriku. Apapun yang kau ingat tentang diriku, entah itu kebetulan atau tidak, entah itu nyata atau khayalanmu saja, satu hal yang pasti. Aku bukan istrimu.” Jawab Hae Gang.

“Kau tahu? Jantungku berdebar kencang bahkan saat sedang ditolak. Ayo kita pergi ke Busan. Untuk makan malam.” Ucap Jin Eon.

Hae Gang pun mendengus kesal. Melihat kekesalan Hae Gang, Jin Eon pun langsung meralat ucapannya. Ia berkata dirinya hanya bercanda. Hae Gang pun menghela napas. Jin Eon tersenyum menatap Hae Gang. Hae Gang membalas senyum Jin Eon itu. Jin Eon kemudian berkata, dirinya merasa gugup karena Hae Gang.  Hae Gang pun kembali tertegun.


Hujan turun semakin deras. Baek Seok menunggu Hae Gang di depan Cheon Nyeon Farmasi. Sementara itu, Hae Gang berjalan dipayungi Jin Eon. Keduanya bertemu. Baek Seok terkejut melihat Hae Gang bersama Jin Eon. Sementara wajah Jin Eon dan Hae Gang menegang. Baek Seok lalu mendekati Hae Gang sembari menatap Jin Eon dengan tajam. Hae Gang semakin tegang. Kemudian dengan kasar, Baek Seok menarik Hae Gang ke dekatnya.

Jin Eon masuk ke ruangannya bersama Baek Seok. Jin Eon lantas menyuruh Baek Seok duduk. Namun Baek Seok menolaknya dengan alasan tubuhnya yang basah kuyub. Baek Seok lalu meminta Jin Eon mendengarkan kata2nya.

“Dokgo Yong Gi yang bahkan tidak kau kenal, tidak juga kau pedulikan. Dokgo Yong Gi yang tidak ingat, yang ingatannya hilang, yang kehilangan segala2nya, akhirnya bisa tersenyum kembali. Akhirnya dia bisa tidur lagi. Akhirnya dia bisa melupakan masa lalunya agar dia bisa hidup lagi. Aku tidak tahu apa yang kau pikirkan, tapi di mataku, kau masih seperti orang berbahaya yang memanfaatkan orang lain demi keuntunganmu sendiri. Kenapa kau melakukan itu? Apa yang kau inginkan dari Yong Gi? Kalau kau terus seperti ini, Yong Gi bisa terluka. Aku baru saja membebaskannya. Aku baru saja mengeluarkannya. Bagiku dan Yong Gi, setiap hari terasa seperti jam pasir yang tak kunjung selesai. Wanita itu, dia milikku! Jangan mendorongnya ke dalam air yang dingin! Tentu saja kau tak boleh ke sana, tapi meskipun kau ke sana, kau hanya menemui jalan buntu. Tak ada apa2 selain jurang. Pada akhirnya, kau, Yong Gi, aku dan Seol Ri akan jatuh bersama2.” Ucap Baek Seok.


Jin Eon tertegun mendengarnya.

“Istrimu tidak akan pernah kembali. Dia tak kan pernah kembali. Jadi tolong, lepaskan dia! Lepaskan istrimu dan wanitaku!” ucap Baek Seok lagi.

Setelah mengatakan hal itu, Baek Seok pun beranjak pergi. Jin Eon menghela napas. Wajahnya terlihat frustasi.


Sementara itu, seol ri pergi menemui mi ae. Ia terkejut saat mi ae mengatakan tentang kehamilan yong gi. Mi ae lalu memberitahu seol ri tentang kim sun young. Mi ae bilang sun young adalah peneliti baru yang bekerja di tim pengembangan obat dan sun young meninggal bunuh diri karena korupsi. Seol ri pun semakin terkejut.

“Dimana yong gi eonni sekarang? karena besok hari libur, jadi aku bisa menemuinya. Lalu, bagaimana dengan anaknya? Seharusnya anaknya sudah berumur 5 tahun sekarang.” ucap mi ae.

“Anak? Dia tidak punya anak. Aku tidak tahu bagaimana ceritanya. Yang kutahu kakakku menemukannya pingsan dan dia hilang ingatan.” Jawab seol ri.

“Mungkin dia kehilangan bayinya. Suatu saat ibu kim sun young datang dari gangneung untuk mencari sun young. Di hari ketika Yong Gi Eonni semestinya pergi ke Gangneung, malam itu seharusnya dia mengambil rekaman lengkap yang seharusnya ditayangkan. Rencananya dia akan meninggalkannya di makam Sun Young.” Ucap Mi Ae.

“Jadi pada akhirnya acara itu ditayangkan?” tanya Seol Ri.

“Ya, acaranya tidak ditayangkan dan Yong Gi Eonni pun tidak muncul. Semua ini terlalu aneh. Bahkan ada telepon, dari rest area di Woojoo, katanya dia akan segera tiba, tapi dia tak pernah datang.” Jawab Mi Ae.


Presdir Choi sedang dalam perjalanan. Sepanjang perjalanan, ia terus melihat foto2 Yong Gi dan Woo Joo.


Hae Gang masih melakukan aksi protes di depan Cheon Nyeon Farmasi. Di depan pintu masuk, Jin Ri mengomeli dua staf keamanannya karena membiarkan seseorang melakukan aksi protes. Dua staf keamanan itu pun berkata mereka tidak bisa berbuat apapun karena aksi protes itu sudah mendapatkan izin resmi. Jin Ri pun marah, ia menyuruh dua staf keamanannya menghabisi Hae Gang. Dua staf keamanan itu pun berkata Jin Eon memerintahkan mereka untuk melindungi Hae Gang. Mendengar hal itu, Jin Ri pun kaget.


Jin Ri lalu mendekati Hae Gang. Dengan tatapan tajam, ia memperhatikan Hae Gang dari atas ke bawah. Hae Gang pun menatap aneh Jin Ri. Jin Ri lalu menyuruh Hae Gang melepaskan masker. Hae Gang menolak melepaskan maskernya karena dia tengah melakukan unjuk rasa. Jin Ri yang kesal, akhirnya melepaskan masker Hae Gang. Ia pun syok melihat wajah Hae Gang. Saking syoknya, ia bahkan sampai terjatuh.

“K… kau hantu kan? Kau roh Do Hae Gang, benar kan?” ujar Jin Ri dengan wajah ketakutan.

“Kurasa itu benar. Dia terus menempel padaku dan mengikutiku kemana2. Membuatku gila. Do Hae Gang yang terus menerus menempeli punggungku itu, bisakah kau melepaskannya dari tubuhku dan membawanya pergi?” jawab Hae Gang.

“Kau bilang dia menempeli punggungmu? Apa yang dikatakan Do Hae Gang padamu? Apa dia menyuruhmu balas dendam?” tanya Jin Ri takut.


“Ya, dia menyuruhku balas dendam terutama padamu. Pasti banyak sekali kesalahanmu. Do Hae Gang marah sekali padamu.” Jawab Hae Gang.

Jin Ri pun semakin ketakutan. Hae Gang lalu menghela napas dan menyuruh Jin Ri berdiri. Ia mengulurkan tangannya, ingin membantu Jin Ri berdiri. Namun Jin Ri yang berpikir hantu Hae Gang ingin membalas dendam padanya, bergerak mundur. Hae Gang pun akhirnya berkata dirinya tidak ada hubungan apapun dengan Hae Gang. Barulah Jin Ri mau menerima uluran tangan Hae Gang, meski masih dengan perasaan takut.

“Lalu siapa namamu?” tanya Jin Ri.

“Aku? Namaku Dokgo Yong Gi, bukan Do Hae Gang.” Jawab Hae Gang.

“Dokgo Yong Gi.” Ucap Jin Ri dengan wajah syok. Beberapa detik kemudian, ia pun menyadari sesuatu dan langsung menatap Hae Gang dengan sadis.


Sementara itu, Manajer Byeon lagi ngomongin Yong Gi. Di belakang, rekannya mendengar ocehannya sambil minum kopi. Manajer Byeon mengira Yong Gi datang untuk balas dendam. Manajer Byeon lalu bertanya pada rekannya, kenapa waktu itu Hae Gang memaki Jin Eon. Mengatakan Jin Eon brengsek, bajingan dan sebagainya.

“Dia bukan anak buahmu, tapi mantan istrinya Presdir. Presdir bahkan memberikan pakaiannya agar dia pakai selagi berunjuk rasa.” Jawab rekannya.

“Apa kau gila? Kalau dia mantan istrinya, kenapa dia berunjuk rasa di depan kantor mantan suaminya? Apalagi soal efek samping Pudoxin. Kuberitahu padamu, dia itu Dokgo Yong Gi.” Ucap Manajer Byeon.

“Dia melakukannya untuk balas dendam. Kau tidak tahu kan bagaimana menyeramkannya Direktur Do? Secara diam2, dengan elegan dia menghancurkan dan meremukkan seseorang.” jawab rekannya.

Mereka lalu berhenti bergosip saat Jin Ri datang. Dengan muka sengak, Jin Ri menanyakan Tae Seok. Rekan Manajer Byeon pun berkata Tae Seok sedang pergi. Jin Ri pun masuk ke ruangan Tae Seok. Lalu tiba2, di belakang muncul lah Hae Gang yang diseret2 oleh staf keamanan. Hae Gang berteriak, menyuruh staf keamanan melepaskannya. Tapi staf keamanan tidak peduli dan terus menyeret Hae Gang. Jin Eon pun datang meminta staf keamanan melepaskan Hae Gang. Jin Eon pun memarahi staf keamannya.

“Siapa yang menyuruhmu melakukannya!” bentak Jin Eon.

“Aku, Presdir Choi.” Jawab Jin Ri, membuat Jin Eon kaget.


Jin Ri menanyakan alasan Jin Eon yang menyuruh keamanan melindungi Hae Gang. Jin Eon pun berkata Hae Gang tidak melakukan hal yang illegal dan melarang Jin Ri menyakiti Hae Gang. Hae Gang pun kesal mendengar jawaban Jin Eon, sementara Jin Ri tidak percaya dengan alasan Jin Eon.

“Kudengar kau adalah pacarnya kakak Seol Ri.” Tanya Jin Ri.

“Ya itu benar, aku adalah pacarnya. Memangnya kenapa?” jawab Hae Gang.

“Memangnya kenapa? Bukan itu yang seharusnya kau katakan. Kenapa kau menentang besanmu? Ini membingungkan. Tanpa tata krama, tanpa isyarat dan tanpa rasa takut.” Ujar Jin Ri.

“Karena kesehatan dan hidup seseorang tidak boleh dihancurkan tanpa alasan. Karena kau telah membuat orang yang sudah sakit menjadi lebih sakit. Semudah kau menginjak rumput, aku tak bisa membiarkanmu menginjak hidup seseorang dengan uang dan kekuasaan.” Jawab Hae Gang.

“Dia pasti bukan Do Hae Gang kan, Jin Eon? Hanya penampilannya saja yang sama. Sejauh yang kulihat, dia adalah malaikat maut yang dikirimkan Do Hae Gang padamu. Kutukan setan, titisan balas dendam. Pencabut nyawa yang dikirimkan Do Hae Gang untuk mencabut nyawamu, Choi Jin Eon.” Ucap Jin Ri.


Jin Eon lalu menyuruh Hae Gang pergi. Jin Ri pun terkejut karena Jin Eon bicara dengan Hae Gang menggunakan bahasa yang tidak formal. Sementara Hae Gang terlihat kesal. Jin Ri terus mengoceh, Jin Eon pun menyuruh Hae Gang pergi. Namun belum lagi langkahnya sampai di pintu, Hae Gang berhenti melangkah karena kata2 Jin Ri.

“Dia itu Dokgo Yong Gi si pembuat masalah. Pengkhianat perusahaan. Sampai empat tahun yang lalu, dia bekerja di pabrik. Dia menuduh kami melakukan sesuatu, lalu menghilang tanpa jejak.” Ucap Jin Ri pada Hae Gang.

Jin Eon terkejut, apa?

Hae Gang juga terkejut. Ia pun membalikkan badannya, dan menanyakan hal itu pada Jin Ri. Jin Ri yang mengira Hae Gang sedang berpura2 pun menanyakan alasan Hae Gang melakukan itu. Kenapa Hae Gang tiba2 muncul setelah 4 tahun menghilang dan menuntut mereka mengakui efek samping Pudoxin. Mendengar itu, Hae Gang syok. Jin Eon menatap Hae Gang dengan cemas.

Hae Gang meninggalkan ruangan Jin Eon dengan wajah syok. Jin Eon pun menyusulnya. Jin Eon datang saat dirinya sudah berada di lift. Jin Eon pun meminta Hae Gang mempercayai kata2nya. Ia menjelaskan, yang dimaksud Jin Ri tadi bukanlah Hae Gang melainkan wanita bernama Dokgo Yong Gi yang dulunya bekerja di perusahaan mereka. Jin Eon pun berjanji akan mencari tahu Dokgo Yong Gi. Ia berkata, Dokgo Yong Gi mungkin saja mengetahui penyebab hilang ingatannya Hae Gang.

“Kenapa harus dirimu?” ucap Hae Gang terluka, “… berhentilah sok tahu soal hidupku padahal kau tidak tahu apapun. Tinggalkan aku sendiri! Bukankah sudah kubilang aku tidak mengenalmu!”

Jin Eon pun terhenyak dengan perkataan Hae Gang. Lalu, perlahan2 ia menyingkirkan tangannya dari tombol lift. Pintu lift pun tertutup dan Jin Eon tertunduk sedih.


Di kantornya, Baek Seok menatap kursi Hae Gang dengan tatapan kosong. Hae Gang lalu datang dengan wajah lesu. Baek Seok pun menatap Hae Gang dan teringat saat melihat Hae Gang yang berjalan dipayungi oleh Jin Eon. Kata2 Seol Ri pun terngiang2 di telinga, tentang Hae Gang dan Jin Eon yang mendengarkan music bersama dan berpegangan tangan. Hae Gang menatap Jin Eon.

“Sudah lama aku mencarimu.” Ucap Hae Gang lesu.

“Aku juga mencarimu.” Jawab Baek Seok.

“Kenapa kau tidak menghubungiku? Aku harus pergi ke perpustakaan. Aku harus mencari dokumen tentang gugatan malpraktik.” Ucap Hae Gang.


“Perpustakaan sudah hampir tutup. Mulai besok, aku sendiri yang akan berunjuk rasa dan menghadapi perusahaan farmasi itu bersama Moon Tae Joon. Jangan libatkan dirimu dalam kasus Pudoxin lagi. Tuan Choi Il Jong secara resmi menerima gugatan nama baik oleh Nona Lee So Young. Lalu pembatalan gugatan Nyonya Kim Jung Hwa dan gugatan permintaan tunjangan Nona Kim Hye Jin, susunlah draf petisinya dan serahkan padaku besok di akhir jam kerja.” Jawab Baek Seok.

“Baiklah, akan kulakukan. Aku juga tidak ingin pergi ke sana besok.” Ucap Hae Gang.

Hae Gang lalu duduk di bangkunya, namun wajahnya masih terlihat sedih. Baek Seok lantas memberitahu Hae Gang kalau akhir pekan mereka akan menemui keluarga Jin Eon untuk membahas pernikahan Jin Eon dan Seol Ri. Baek Seok pun menyuruh Hae Gang membantu Seol Ri dalam menyiapkan pernikahan. Hae Gang mengangguk, tanpa sedikit pun melihat Baek Seok. Baek Seok lalu berkata kalau ia sangat marah pada Hae Gang. Hae Gang lagi2 mengangguk tanpa menatap Baek Seok. Baek Seok pun semakin marah, barulah Hae Gang menatap wajah Baek Seok.

“Untuk pertama kalinya, aku membencimu. Aku sangat membencimu!” teriak Baek Seok.

“Aku menyesalinya sekarang. Tak akan kulakukan lagi hal2 yang akan membuatku menyesal.” Jawab Hae Gang berkaca2.


Baek Seok yang masih kesal pun akhirnya memilih pergi. Sebelum pergi, ia memberikan kunci mobilnya pada Hae Gang.  Di sisi lain, kita melihat Jin Eon yang juga sedang galau. Hyun Woo lalu datang membawakan obat2an yang baru dikembangkan. Jin Eon pun bertanya apa Hyun Woo sudah memeriksa catatan peniliti. Hyun Woo menjawab, seperti yang dikatakan Jin Eon, ada satu peneliti yang hilang. Peneliti itu bernama Kim Sun Young. Jin Eon lantas menyuruh Hyun Woo menyelidiki penyebab hilangnya Sun Young. Jin Eon kemudian mengajak Hyun Woo melakukan penyelidikan epidemiologi. Hyun Woo terkejut, kau serius? Ini tidak akan mudah.

“Aku tahu, tapi hidup dan kesehatan seseorang tidak boleh dihancurkan tanpa alasan. Orang yang sakit, tidak boleh menjadi lebih sakit. Semudah kau menginjak rumput, kita tak boleh membiarkan mereka menginjak hidup seseorang dengan uang dan kekuasaan.” Jawab Jin Eon menirukan ucapan Hae Gang.

“Apa yang kau bicarakan?” tanya Hyun Woo bingung.

“Itulah yang dikatakan Hae Gang.” Jawab Jin Eon.

“Bukankah kau seharusnya menghentikan unjuk rasa? Meskipun mereka melakukannya secara resmi tapi Min Tae Seok tidak mungkin diam saja dan membiarkannya berlanjut.” Ucap Hyun Woo.

“Dia akan melanjutkannya meskipun kita mencoba menghentikannya. Aku sudah mempekerjakan pengawal yang mengikutinya dan juga Moon Tae Joon.” Jawab Jin Eon.

“Apa? Pengawal?” tanya Hyun Woo kaget.

“Kau tak pernah tahu, untuk berjaga2. Ayo kita tunggu dan lihat apa yang akan dilakukan kakak ipar.” Jawab Jin Eon.


Tae Seok dan Produser Kim menemui Moon Tae Joon di sebuah restoran. Tae Joon diam saja, ia jamuan yang diberikan Tae Seok. Tae Joon lantas berkata ia hanya ingin Cheon Nyeon Farmasi mengakui kebenarannya. Tae Seok pun berkata ia juga menginginkan hal yang sama dari Tae Joon.

“Aku hanya ingin memberitahukan kebenaran yang tidak pernah kau ketahui Moon Tae Joon. Nona Dokgo Yong Gi, dia pernah menjadi karyawan kami. Tunangannya terlibat korupsi, lalu kemudian bunuh diri. Nona Dokgo Yong Gi menyimpan dendam dan memberikan informasi tidak benar pada stasiun penyiaran. Dia berusaha membuat keributan dengan menjadi pengungkap masalah tapi saat kebohongannya terungkap, dia menghilang begitu saja. Unjuk rasa itu, mungkin dia ikut campur di dalamnya, berucap harus menggunakan media. Ini perkara yang dijamin 100% akan kalah, itulah sebabnya tidak ada satu pun yang menerima kasus ini. Hanya Nona Dokgo Yong Gi yang mau mengambil kasus ini. Moon Tae Joon, kau adalah korbannya.” Ucap Tae Seok.

Moon Tae Joon pun sepertinya mulai terpengaruh. Produser Kim lantas bertanya, bagaimana Tae Joon akan membuktikan kalau Pudoxin lah penyebab kerapuhan tulangnya. Produser Kim juga meyakinkan bahwa Tae Joon tidak akan menang. Tae Joon pun terdiam. Entah dia benar2 terpengaruh atau tidak. Tae Joon lalu beranjak pergi. Tae Seok menyuruh Produser Kim mengantar Tae Joon ke rumah sakit, namun ditolak oleh Tae Joon. Setelah Tae Joon pergi, Tae Seok menyuruh Produser Kim menghabisi Tae Joon.

Nyonya Hong menyuruh Seol Ri datang ke rumahnya. Begitu Seol Ri datang, Nyonya Hong langsung mengomelinya. Nyonya Hong berkata, apa seperti itu gaya hidup Seol Ri dan Jin Eon di Amerika? Meskipun ia tidak menyuruh Seol Ri datang, tapi Seol Ri harus tetap pulang ke rumah untuk makan malam. Tidak peduli seberapa sibuknya Seol Ri, tapi Seol Ri harus menyempatkan diri menyapa Jin Eon.

Seol Ri pun duduk di sofa, depan Nyonya Hong. Ia pun bertanya apa Jin Eon belum pulang. Nyonya Hong berkata dirinya sudah menelpon Jin Eon, tapi Jin Eon bilang masih ada urusan kantor yang harus diselesaikan. Nyonya Hong lalu menyodorkan catalog pernikahan pada Seol Rid an menyuruh Seol Ri memilih gaun pengantin.

“Ini cantik sekali.” Ujar Seol Ri saat melihat2 gaun pengantin di catalog itu.

“Jin Eon belum menyampaikan apapun padamu?” tanya Nyonya Hong.

Raut wajah Seol Ri langsung menegang begitu mendengar pertanyaan Nyonya Hong. Seol Ri pun berkata, Jin Eon memang ingin mengatakan sesuatu padanya, tapi ia menghindarinya karena tidak ingin mendengarnya.

“Kalau begini, aku tidak tahu apakah pertemuan keluarga mempelai wanita dan pria akan berjalan baik atau tidak, apalagi pernikahan.” Jawab Nyonya Hong.

“Kurasa kita bisa mengatakan ini pertemuan keluarga. Ibu bisa mempercayakannya padaku. Jadi kita tidak perlu mengatakan apapun padanya.” Ucap Seol Ri.

“Apa rencanamu?” tanya Nyonya Hong.

“Ada satu cara untuk membuatnya keluar.” Jawab Seol Ri.


Jin Eon masih memeriksa beberapa dokumen. Manajer Byeon lalu datang. Dengan mata tetap meneliti dokumen2 itu, Jin Eon pun menyuruh Manajer Byeon pulang jika Manajer Byeon hanya ingin mengawasinya dan melaporkannya kembali. Manajer Byeon pun pamit pulang. Namun saat ia hendak melangkah ke pintu, Jin Eon bertanya tentang data2 karyawan yang sudah berhenti.

“Kecuali sudah dihapus, yang saya tahu data itu akan tetap disimpan selamanya.” Jawab Manajer Byeon.

Manajer Byeon pun lalu menatap Jin Eon dengan tatapan curiga. Ia bertanya, data siapa yang ingin diketahui Jin Eon. Jin Eon pun mengelak, ia berkata menanyakan itu karena ingin tahu saja. Manajer Byeon pun beranjak pergi. Jin Eon menatap kepergian Manajer Byeon dengan tatapan curiga.


Di kantor, Hae Gang sedang memikirkan kenyataan dirinya yang pernah bekerja di Cheon Nyeon Farmasi dan dituduh sebagai pengungkap masalah. Hae Gang lalu berdiri, dan menatap kertas2nya ttg Pudoxin yang ia tempelkan di dinding. Ia lalu teringat kata2 Jin Eon.

“Bukan kau, bukan. Dia membicarakan orang lain. Tolong percayalah padaku.” Ucap Jin Eon.

Hae Gang juga teringat saat ia makan siang bersama dengan Jin Eon di warung kecil itu.

Flashback…

Jin Eon menukar nasinya dengan nasi Hae Gang, karena ada kacang hitam di sana.

“Kau makan kacang merah, kacang tanah dan kacang polong tapi tidak kacang hitam. Jika kau ingin mulai menyembuhkan ingatanmu, katakan padaku. Aku ingat dirimu. Aku tahu semua tentang dirimu.”

Flashback end…

Hae Gang pun mulai terpengaruh. Ia semakin terpengaruh saat melihat tahi lalat yang ada di pergelangan tangannya, persis seperti yang dikatakan Jin Eon. Ia pun menghela napas. Ia tidak mengerti semua itu. Yang ia tahu, istri Choi Jin Eon sudah meninggal dunia. Seseorang lalu menghubungi Hae Gang. Kakaknya Moon Tae Joon. Kakak Moon Tae Joon memberitahu sesuatu ttg Moon Tae Joon. Hae Gang pun kaget mendengarnya. Sama halnya dengan Hae Gang, Jin Eon juga kaget mendapat kabar Tae Joon kecelakaan.

Jin Eon pun keluar dari ruangannya. Di luar, ia bertemu Tae Seok. Sambil menatap Tae Seok dengan curiga, ia berkata akan melakukan penyelidikan epidemiologi pada Pudoxin.  Tae Seok pun meyakinkan Jin Eon dengan berkata tidak ada hal serius seperti patah tulang yang disebabkan Pudoxin.

“Kalau begitu syukurlah.” Ucap Jin Eon.

Jin Eon pun beranjak pergi, begitu pula dengan Tae Seok. Namun langkah Tae Seok terhenti seketika saat Jin Eon menyebutkan nama Hae Gang. Ia tercengang. Mereka lalu saling menatap. Jin Eon bertanya jika secara kebetulan ia menemukan Hae Gang, apakah hal itu akan membahayakan Tae Seok dan ayahnya.

Tae Seok pun berlagak tidak tahu. Jin Eon lantas membalik pertanyaannya. Ia berkata, jika hal itu tidak berbahaya bagi Tae Seok dan sang ayah, apakah hal itu akan membahayakan dirinya dan Hae Gang. Tae Seok pun meminta Jin Eon berhenti mengatakan hal yang aneh. Setelah itu, Tae Seok beranjak pergi, Jin Eon menatap kepergian Hae Gang dengan wajah curiga.


Tae Seok masuk ke ruangannya. Wajahnya pun langsung menegang begitu sudah berada di ruangannya.

Post a Comment

0 Comments