Temptation Of An Angel Ep 4

Sebelumnya <<<


"Ayah berkaki panjang!" seru Jae Hee begitu mengetahui sosok yang terbaring seperti mayat hidup itu adalah Hyun Woo. Dengan raut wajah sedih, ia bertanya2 kenapa Hyun Woo bisa seperti itu. Tangannya lalu hendak menyentuh wajah Hyun Woo, namun tiba2 ia teringat saat memergoki Ah Ran dan Joo Seung berciuman.

"Kalau begitu.... wanita itu adalah istrinya ayah berkaki panjang? Lalu kenapa dia melakukan itu dengan Dokter Nam?" gumamnya heran.


Adegan lantas berpindah ke Hyun Min. Setelah memohon pada pihak sekolah, akhirnya pihak sekolah mengizinkan Hyun Min melihat buku tahunan sekolah. Namun Hyun Min tak menemukan catatan tentang Ah Ran di sana. Hyun Min pun heran.

"Kenapa tidak ada? Apa Yeon Jae benar2 salah mengenali orang?" gumamnya.


Ah Ran bicara dengan Nyonya Jo di telepon. Ia memberitahu kalau dirinya dan Hyun Woo sudah tiba di villa dengan selamat. Ia juga berkata kalau Hyun Woo terlihat lebih nyaman berada di villa itu dan meminta Nyonya Jo tidak mencemaskan Hyun Woo.

Nyonya Jo pun merasa tidak enak karena membiarkan Ah Ran mengurus Hyun Woo sendirian.

"Aku akan pulang besok pagi. Supaya ibu tidak sedih, anggap saja kami pindah setelah menikah." ucap Ah Ran lagi.


Setelah Ah Ran selesai bicara dengan Nyonya Jo, Joo Seung yang duduk disamping Ah Ran pun bertanya apa Ah Ran serius mau menginap di vila itu?

Ah Ran pun tersenyum dan merangkul Joo Seung. Ia berkata sengaja mengatakan hal itu agar bisa bersama dengan Joo Seung. Namun Joo Seung justru terlihat tegang.

"Bukankah itu menarik? Sang menantu ingin bermalam dengan pria lain, sementara ibu mertuanya merasakan penyesalan." ucap Ah Ran lagi.


Ah Ran lalu mengajak Joo Seung pergi. Saat mereka hendak naik ke mobil, Jae Hee pun keluar dan memanggil mereka. Jae Hee berkata bukankah tidak ada dokter di dekat sana? Bagaimana dia akan mengurus Hyun Woo? Bukankah tidak ada obat selain suplemen vitamin biasa?

"Suster Yoon, bukankah sudah kubilang merawat pasien dan membersihkan lukanya adalah tugasmu." jawab Joo Seung.

"Bukankah kalian sangat dekat? Jika kau meninggalkannya seperti ini, tidak akan ada harapan sama sekali. Jika kita tidak memberikannya pengobatan dengan baik, dia tidak mungkin bisa pulih." ucap Jae Hee.

"Suster Yoon, rumah sakit sudah mengatakan suamiku tidak akan bisa pulih. Aku tidak ingin menyiksanya lagi dengan memberikannya beberapa pengobatan. Keputusan ini sudah disepakati semua orang. Jadi tolong terimalah." jawab Ah Ran.

Ah Ran dan Joo Seung pun bergegas pergi. Jae Hee tidak terima. Menurutnya, keputusan yang mereka buat tidak masuk akal. Jae Hee lalu bergumam, kenapa hal ini bisa menimpa ayah berkaki panjang? Dia adalah orang yang sangat baik.

Hyun Min kembali ke tokonya dan mencari2 Yeon Jae. Tapi ia tak menemukan Yeon Jae disana. Yang ia temukan hanyalah secarik pesan dari Yeon Jae. Hyun Min tak percaya kalau Yeon Jae benar2 serius ingin keluar dari tokonya.


Hyun Jae pun pergi ke ke rumah Yeon Jae. Melihat lingkungan tempat tinggal Yeon Jae, ia mengomel. Ia tidak percaya ada tempat seperti itu di belahan Kota Seol. Lalu tiba2, ia dikejutkan dengan teriakan Yeon Jae. Adegan pun berpindah pada Yeon Jae yang diganggu para penagih hutang. Para penagih hutang itu mencari ibu Yeon Jae.

"Apa kalian berpikir masih bisa hidup setelah membawa kabur uangku!" teriak si penagih hutang.
Penagih hutang itu pun menjambak rambut Yeon Jae. Mereka pun semakin geram karena Yeon Jae mengaku tidak tahu keberadaan sang ibu. Yeon Jae berteriak ketika si penagih hutang mau memukulnya. Tepat saat itu, Hyun Min datang. Hyun Min mengancam akan melaporkan si penagih hutang pada polisi jika mereka tidak mau melepaskan Yeon Jae.

"Memangnya kau siapa! Apa kau mau membayar hutang2nya! Tapi tunggu, mungkinkah kau pacarnya?" ucap si penagih hutang itu.

Dikira pacar Yeon Jae, Hyun Min pun mau menyangkal. Tapi belum sempat ia mengatakan sesuatu, para penagih hutang itu keburu mendorongnya hingga ia terjerembab ke tanah dan wajahnya mencium batu bata. Melihat boss nya disakiti, Yeon Jae tak terima. Adegan berikutnya cukup bikin ngakak. Yeon Jae mengangkat barbel dan mengusir para penagih hutang itu dengan barbelnya. Hyun Min pun melongo melihatnya. Ia tak menyangka gadis yang tadi ditolongnya memiliki tenaga super kuat.

"Kau baik2 saja direktur?" tanya Yeon Jae sambil menatap Hyun Min dan dengan tangannya yang masih mengangkat barbel.

Hyun Min diam saja. Ia ketakutan kalau2 barbel itu jatuh menimpanya.


Yeon Jae mengobati luka di wajah Hyun Min di sebuah coffee shop. Hyun Min pun berteriak kesakitan saat Yeon Jae mengobati lukanya. Yeon Jae lantas meledek Hyun Min karena insiden tadi. Hyun Min lalu memberitahu Yeon Jae kalau tadi ia pergi ke sekolah Yeon Jae. Yeon Jae pun kaget. Hyun Min berkata kalau ia hanya mau memastikan soal Ah Ran.


Hyun Min lalu membujuk Yeon Jae untuk kembali bekerja di tokonya. Semula Yeon Jae menolak. Tapi Hyun Min memaksa. Hyun Min meminta Yeon Jae bekerja di tokonya hanya sampai kakaknya sembuh saja. Hyun Min lantas beranjak pergi. Yeon Jae memanggil Hyun Min, tapi Hyun Min mengacukannya dan terus berjalan pergi.


Ah Ran dan Joo Seung sedang membicarakan rencana mereka selanjutnya. Mereka membicarakannya di apartemen Joo Seung. Ah Ran meminta Joo Seung membuat keluarga Hyun Woo pergi keluar negeri untuk memuluskan rencana mereka. Joo Seung pun berkata meski sangat sulit membuat mereka pergi keluar negeri tapi ia akan mengusahakannya.

"Minumlah susumu." ucap Joo Seung lagi sambil menyodorkan segelas susu pada Ah Ran.

"Tunggu sebentar. Aku ingin mengganggu tidur ayah mertuaku malam ini." jawab Ah Ran lalu mengirimkan sebuah pesan pada Presdir Shin.


Setelah pesan itu terkirim, Ah Ran pun meminum susunya. Namun baru seteguk ia meminumnya, ia merasa mual. Joo Seung cemas melihatnya. Ah Ran berpikir hal itu karena ia sangat gugup. Ah Ran lalu pergi berbaring. Namun sepertinya Joo Seung berpikir lain. Sepertinya Ah Ran hamil....


Presdir Shin yang bersiap2 untuk tidur menerima pesan dari Ah Ran. Ia kaget dan marah membaca pesan itu.

[Apa yang kau rasakan melihat putramu terbaring tak berdaya seperti itu? Pekerjamu yang mati 25 tahun yang lalu akan datang dan meminta keadilan]

"Siapa orang ini sebenarnya! Siapa yang berani mempermainkanku!" teriak Presdir Shin.

Presdir Shin lalu berkata lagi, "Tapi tunggu dulu. Dia tau Hyun Woo sedang sakit. Apakah kecelakaan itu ada hubungannya dengan yang terjadi pada Hyun Woo sekarang? Ini tidak mungkin! Tidak mungkin!"


Sementara itu, Jae Hee sedang menemani Hyun Woo. Ia bertanya, apa yang harus ia lakukan?

"Kau satu2nya orang yang memberikanku semua yang ingin kumiliki. Kau yang telah membuatku menjadi seorang perawat. Jadi bangunlah. Jangan seperti ini. Aku mohon padamu. Kau seperti malaikat bagiku. Karena dirimu, aku lupa kalau diriku seorang yatim piatu..." ucap Jae Hee.


Ingatannya pun melayang ke masa lalunya... saat ia pertama kali melihat Hyun Woo. Ketika itu Hyun Woo datang ke panti asuhannya untuk memberikannya sesuatu. Ia melihat Hyun Woo dari kejauhan.

"Apa kau tahu? Saat itu, ketika kau datang, aku sangat gugup. Aku bahkan tidak bisa melakukan apapun. Jadi aku hanya melihatmu dari kejauhan. Jantungku berdetak sangat cepat." ucap Jae Hee.

Jae Hee lalu tersenyum dan mengelus wajah Hyun Woo.

"Aku tidak pernah membayangkan, bisa melihat wajahmu sedekat ini. Aku janji padamu, aku akan melakukan sebisaku untuk menolongmu. Sudah waktunya aku membalas semua kebaikanmu." ucap Jae Hee lalu memegang erat tangan Hyun Woo.


Keesokan harinya... Jae Hee menata kamar menjadi senyaman mungkin untuk Hyun Woo. Ia juga mengganti baju Hyun Woo dan mengelap kening Hyun Woo dengan handuk basah. Setelah itu ia memijit kaki Hyun Woo dan membacakan cerita untuk Hyun Woo. Jae Hee lalu membawa Hyun Woo jalan2 ke taman.

"Bukankah udara diluar sangat segar? Hari ini aku sedikit berdandan. Apa aku terlihat cantik? Dulu kau sering membawakanku alat makeup. Seandainya saja kau membuka matamu dan melihatku sekarang. Aku memang tidak tahu apa yang terjadi padamu, tapi kau tidak perlu merasa sedih. Aku akan selalu berada di sisimu." ucap Jae Hee.


"Kau sudah menemukan sesuatu tentang orang itu? Apa dia benar2 sudah mati?" tanya Presdir Shin pada Seketaris Kang.

"Mereka tewas dalam insiden 25 tahun yang lalu. Aku sudah memastikannya. Setelah itu, kedua putri mereka diasuh oleh pamannya. Tapi yang aku dengar, dia mengambil uang kompensasi mengirim kedua anak itu ke panti asuhan. Aku sudah mencarinya ke semua tempat, tapi aku tidak menemukan panti asuhan itu." jawab Seketaris Kang.

Tanpa mereka sadari, Ah Ran mendengar semuanya. Ah Ran yang hendak mengantarkan minuman untuk mereka pun kaget mendengarnya.

"Lalu bagaimana dengan pamannya?" tanya Presdir Shin.

"Dia dan istrinya ditangkap karena kasus penipuan. Tapi mereka akan segera dibebaskan." jawab Seketaris Kang.

"Lalu apa yang terjadi? Tidak mungkin kan mereka mengirim pesan2 itu dari penjara?" ucap Presdir Shin.
Presdir Shin lalu teringat kedua putri Joo Chul Min.

"Tidak mungkin anak itu yang melakukannya. Mereka masih kecil dan tidak tahu apa2. Cepat temukan anak itu, bagaimana pun caranya. Juga paman mereka. Kirim seseorang untuk mengawasinya setelah ia bebas dari penjara." perintah Presdir Shin.


Di belakang, Ah Ran mendengarnya sambil menatap tajam Presdir Shin. Ah Ran lalu mengendalikan perasaannya dan pergi mengantarkan minuman untuk mereka. Melihat sikap ayah mertuanya, Ah Ran pun pura2 bertanya apa yang terjadi.

"Bagaimana aku tidak sakit kepala? Bajingan itu terus menggangguku! Kalau sampai aku menemukannya, aku tidak akan pernah melepaskannya! Berani sekali dia menggangguku! Dia pikir aku akan takut dengannya! Aku tidak melakukan kesalahan apapun!" ucap Presdir Shin marah2.


Ah Ran pun semakin geram. Ia pergi ke dapur dan melampiaskan emosinya.


Jae Hee pergi menemui seorang dokter. Ia datang meminta resep obat untuk Hyun Woo. Dokter itu pun berkata, Shin Hyun Woo. Pasien itu bukankah sudah dipindahkan ke rumah sakit lain?

"Sekarang dia dirawat di rumah. Karena keluarganya sangat sibuk, jadi aku yang datang untuk mengambil resepnya." jawab Jae Hee.

"Aku percaya padamu karena kau adalah perawatnya." ucap si dokter.

"Apakah ada cara untuk menyembuhkannya?" tanya Jae Hee.

"Memijatnya terus menerus dan sering berbicara dengannya juga merangsang kaki dan tangannya. Itu salah satu cara untuk membantu." jawab dokter.


Jae Hee pun girang. Ia berterima kasih pada dokter itu, kemudian mengambil resepnya dan beranjak pergi.
Sementara itu, Ah Ran sedang berada di kantor. Ia bertanya pada seketarisnya tentang karyawan yang akan mengikuti program trainee. Ah Ran lalu menyuruh seketarisnya menghandle para peserta traine dengan baik. Seketarisnya pun mengangguk. Ah Ran lalu bangkit dari duduknya dan beranjak pergi. Seseorang tiba2 menabraknya. Orang itu, Yeon Jae! Ah Ran pun kaget melihat Yeon Jae. Yeon Jae mengaku sebagai salah satu peserta trainee.

"Kau masih belum mengerti apa yang kubicarakan? Bukankah aku sudah menyuruhmu keluar dari pekerjaanmu!" ucap Ah Ran kesal.

"Bukankah menurutmu kita tidak saling mengenal satu sama lain? Bosku sedang pergi mengunjungi saudaranya di rumah sakit. Dia memintaku untuk ikut program trainee." jawab Yeon Jae, lalu beranjak pergi.


Ah Ran kaget tapi bukan karena Yeon Jae. Ia kaget karena Hyun Min pergi mengunjungi Hyun Woo ke vila. Sementara itu, Jae Hee sedang menebus obat Hyun Woo. Ponselnya tiba2 berdering. Telepon dari Ah Ran. Ah Ran memberitahu kalau keluarganya akan datang ke villa. Jae Hee pun kaget.

Joo Seung sedang mengecek tekanan darah Presdir Shin. Ia lalu berkata tekanan darah Presdir normal, tapi secara keseluruhan kesehatan Presdir Shin tidak terlalu bagus.

"Benarkah?" tanya Presdir Shin.


Presdir Shin lalu bertanya darimana Joo Seung mendapatkan uang untuk membeli rumah sakit. Joo Seung mengaku uang itu ia dapatkan dengan menjual tanah ayahnya. Presdir Shin pun lantas berkata tidak menyangka Joo Seung benar2 mampu melakukannya.

"Anda pasti sangat kelelahan mengurus Hyun Woo. Kenapa anda dan Nyonya tidak melakukan perjalanan ke Jepang untuk liburan?" ucap Joo Seung.

"Apa kau pikir dia tipe wanita yang bisa berlibur disaat anaknya terbaring sakit?" tanya Presdir Shin.

"Jika anda membujuknya, dia pasti mau ikut denganmu. Kalian berdua tidak boleh stress. Kalau kalian stress, kalian bisa sakit. Aku mendengar dari Hyun Min, ada sebuah pameran di sana. Kalian bisa pergi ke sana untuk melihat2." jawab Joo Seung.

Joo Seung pun memberikan dua tiket pesawat pada Presdir Shin.

"Benarkah ada pameran dagang di sana? Dokter Nam, kau benar2 anak yang baik." puji Presdir Shin.


Hyun Min dan keluarganya baru saja tiba di villa. Hyun Min pun heran karena tidak ada seorang pun di sana. Mereka lantas masuk ke kamar Hyun Woo. Mereka pun kaget karena mencium bau tidak enak yang berasal dari tubuh Hyun Woo.

"Bau aneh apa ini? Ya Tuhan. Sudah berapa lama dia seperti ini? Dia sangat cerewet soal kebersihan." ucap Nyonya Jo.

"Ada apa dengan orang2 disini? Kakakku terbaring disini dan mereka pergi bersenang? Suruh kakak ipar memecatnya!" sewot Hyun Ji.


Sebuah taksi memasuki halaman villa. Jae Hee turun dari taksi dan terkejut melihat mobil Hyun Min. Jae Hee pun langsung berlari ke dalam. Setibanya di dalam, ia langsung dimarahi Nyonya Jo. Jae Hee pun minta maaf. Namun tanpa sengaja, ia menjatuhkan bungkusan plastiknya. Hyun Ji langsung menuduh Jae Hee pergi belanja. Hyun Min mengambil bungkusan plastik itu dan melihat isinya.

"Bukankah ini alat terapi frekuensi rendah? Jadi kau pergi untuk membeli ini? Kenapa kau tidak bilang pada kami jika kau membutuhkan ini?" ucap Hyun Min.

"Tapi dimana dokternya? Kenapa aku tidak melihatnya?" tanya Nyonya Jo.

"Dokter pergi ke Seoul untuk mengambil obat." jawab Jae Hee.


Jae Hee sedang menukar pakaian Hyun Woo. Ia minta maaf karena meninggalkan Hyun Woo sendirian.
"Kau pasti merasa tidak nyaman kan? Aku janji tidak akan pergi lagi. Aku tidak akan meninggalkanmu sendirian lagi." ucap Jae Hee lembut.


Jae Hee lalu memasangkan alat itu di tubuh Hyun Woo dan berkata alat itu bagus untuk mempercepat kesembuhan Hyun Woo. Tak lama kemudian, Hyun Min dan keluarganya pun masuk ke kamar Hyun Woo.

"Hyun Woo, apa kau baik2 saja? Maaf karena ibu tidak bisa bersamamu." ucap Nyonya Jo berkaca2.


"Hyung, kapan kau akan bangun? Apa kau tidak merindukan kami? Bahkan jika itu hanya sesaat, tidak apa2. Bangunlah dan katakan siapa yang melakukan ini padamu! Siapa wanita itu!" teriak Hyun Min berkaca2.


"Oppa, kau harus bangun demi kakak ipar. Kau tidak tahu kan bagaimana kerasnya kakak ipar melakukan semuanya untukmu." ucap Hyun Ji sambil meletakkan foto Hyun Woo dan Ah Ran di meja.


Tiba2, Hyun Woo kejang! Mereka pun panik. Jae Hee pun langsung mematikan alat terapi itu dan menyuntikkan obat penenang ke infus Hyun Woo. Jae Hee minta maaf, ia mengaku itu salahnya karena menyetel alat itu dengan frekuensi yang tinggi. Hyun Ji pun langsung memarahi Jae Hee. Jae Hee pun kembali meminta maaf.

"Sudahlah! Aku yakin dia tidak bermaksud melakukan itu." bela Nyonya Jo.


"Tapi tunggu! Bukankah itu bagus karena Hyung merespon alat terapi itu? Aku baca di buku, menggunakan gelombang listrik untuk merangsang otak dapat membangunkan seseorang dari komanya." ucap Hyun Min.

"Itu benar! Aku juga pernah membacanya! Dia mengalami kecelakaan belum terlalu lama jadi sel2 otaknya masih aktif." jawab Jae Hee.


Nyonya Jo menyerahkan beberapa suplemen untuk Hyun Woo pada Jae Hee. Tidak hanya itu, Nyonya Jo juga meminta Jae Hee mengurus anaknya dengan baik. Tapi lucunya, Hyun Ji malah menatap Jae Hee dengan pandangan benci. Nyonya Jo pun kembali menangis.

"Karena itu kalian tidak boleh menyerah. Aku yakin dia akan segera sadar." jawab Jae Hee.

"Kami lega dengan adanya dirimu disini. Kau sangat peduli pada kakakku." ucap Hyun Min.

Jae Hee pun tersenyum. Hyun Min lalu menyerahkan kartu namanya dan meminta Jae Hee menghubunginya jika memerlukan sesuatu.


Malam semakin larut... Hyun Woo mulai mendapatkan kesadarannya kembali. Ia gelisah dalam tidur panjangnya karena bayangan Ah Ran hadir dalam mimpinya. Dalam mimpinya, ia teringat saat dirinya menikahi Ah Ran. Ia juga ingat saat menemukan kenyataan pahit tentang Ah Ran dan Joo Seung.


Sementara itu, Ah Ran tidur bersama Joo Seung. Tiba2, seseorang masuk ke kamar mereka. Orang itu, Hyun Woo!! Tangan Hyun Woo memegang sebilah pisau. Hyun Woo menatap tajam keduanya, sebelum akhirnya menusuk mereka dengan pisau yang dibawanya.


Tepat saat itu, Ah Ran terbangun dari mimpinya. Semua itu hanya mimpi. Ah Ran bermimpi Hyun Woo menusuknya dengan pisau. Joo Seung pun ikut terbangun karena teriakan Ah Ran. Dengan wajah syok, Ah Ran pun berkata ia harus pulang untuk mengambil sesuatu.

"Bukankah kau bilang akan menginap di villa? Jika kau kembali, mereka bisa curiga." jawab Joo Seung.

"Aku harus pulang. Perasaanku tidak enak. Kau disini saja. Aku akan menelponmu nanti." ucap Ah Ran.


Sementara itu anggota keluarga Shin masih terjaga. Hyun Min sangat senang dengan perkembangan sang kakak. Tapi Hyun Ji malah meragukan Jae Hee hanya karena Jae Hee pergi meninggalkan Hyun Woo dan menyebabakan Hyun Woo kejang2 karena alat itu.

"Dari yang kulihat, dia pribadi yang hangat dan pintar. Bukankah kita tidak menyuruhnya membeli alat itu? Tapi dia berinisiatif membeli alat itu. Dia benar2 peduli pada kakakmu." bela Nyonya Jo.


Tanpa mereka sadari, Ah Ran sudah berdiri di pintu. Namun Ah Ran tidak jadi masuk. Ia kesal karena Jae Hee membeli alat terapi dan bergegas pergi. Sementara itu, Jae Hee sedang memijat2 tangan Hyun Woo. Sejurus kemudian, ia mencium tangan Hyun Woo.

"Jangan salah paham. Aku hanya ingin mengetahui reaksimu. Meskipun ini bukan keahlianku, tapi akan melakukan sebisaku untuk menolongmu." ucap Jae Hee.


Jae Hee lalu berdiri dan hendak mencium bibir Hyun Woo. Namun tiba2, ia terkejut karena sebuah cahaya yang berasal dari luar jendela. Jae Hee langsung menyembunyikan alat terapinya. Ia pun terkejut saat orang itu masuk ke dalam kamar Hyun Woo.

"Jadi kau orangnya yang mengurus anakku dengan baik?" tanya Presdir Shin.

Ya, orang itu Presdir Shin! Bukan Ah Ran. Jae Hee tersenyum lega karena yang datang bukanlah Ah Ran. Jae Hee langsung menyapa Presdir Shin dengan ramah. Namun seperti biasa, wajah Presdir Shin tetap dingin. Presdir Shin pun mendekati ranjang anaknya. Ia menyuruh Jae Hee keluar.


Ah Ran akhirnya sampai di villa. Ia turun dari mobil dengan wajah emosi dan masuk ke dalam. Kakinya terus melangkah menuju kamar Hyun Woo. Namun langkahnya terhenti saat mendengar suara Presdir Shin dari kamar Hyun Woo.

"Aku datang karena aku memerlukan persetujuan darimu. Aku merasa seolah2 aku berusaha merebut sesuatu darimu disaat dirimu terbaring seperti ini. Aku berencana mengembalikan perusahaan kembali atas namaku...."

Ah Ran pun terbelalak mendengar omongan Presdir Shin.


"... bagiku Soul Funiture adalah segalanya. Aku tahu istrimu sangat pintar dan memiliki kemampuan. Tapi kalau dia meninggalkan keluarga kita, bukankah dia akan mengambil semuanya? Istrimu manusia juga. Kau tidak bisa menjamin dia tidak tertarik dengan bisnis ini. Setelah kau sadar, aku akan mengembalikannya padamu." ucap Presdir Shin.

Ah Ran kesal mendengarnya. Ia pun hendak pergi. Namun saat ia membalikkan badannya, ia dikejutkan dengan Jae Hee yang tiba2 datang membawa minuman. Jae Hee juga terkejut melihat Ah Ran. Tak lama setelah itu, Presdir Shin keluar dari kamar Hyun Woo.

"Jadi kau datang kesini setiap hari? Kau pasti merasa lelah setelah bekerja seharian." ucap Presdir Shin.
"Aku merasa nyaman jika berada di sisi Hyun Woo." jawab Ah Ran.

"Besok aku akan melakukan perjalanan keluar negeri bersama istriku. Jaga Hyun Woo baik2 selama aku pergi." ucap Presdir Shin.


Begitu Presdir Shin pergi, wajah Ah Ran langsung berubah kesal. Ia masuk ke kamar Hyun Woo dan menemukan alat2 terapi itu. Ah Ran pun memarahi Jae Hee.

"Apa ini? Bukankah sudah kubilang jangan memberikan obat apapun tanpa persetujuan dariku!"

Ah Ran lalu menghancurkan alat2 terapi itu.

"Kau pikir mainan2 ini bisa menyembuhkan suamiku! Kau ingin jadi pahlawan! Kembalikan semua uang yang kau pinjam dari Dokter Nam dan pergilah!"

Ah Ran lantas menelpon Joo Seung. Tapi belum sempat ia bicara, Jae Hee merebut ponselnya dan meminta maaf. Jae Hee meminta Ah Ran memberinya satu kesempatan. Tapi Ah Ran tidak mau. Jae Hee pun membuang semua alat2 terapinya dan berjanji akan mematuhi perintah Ah Ran.

"Aku ingin membawa Hyun Woo jalan2. Tolong bantu aku." ucap Ah Ran dingin sambil menatap tajam Hyun Woo.


Ah Ran membawa Hyun Woo jalan2 keluar. Dengan wajah dingin ia berkata, ayahmu ingin mengambil semuanya dariku. Kau pikir aku akan mengembalikannya semudah itu? Kenapa aku hidup seperti ini! Siapa yang membuat diriku seperti ini! Siapa yang membunuh ayahku! Dia ayahmu! Darah kotornya juga mengalir di tubuhmu. Kau tidak bisa menyalahkanku!


Ah Ran pun mendorong kursi roda Hyun Woo. Hyun Woo pun terjatuh. Kepalanya membentur tanah. Tepat saat itu, Jae Hee datang dan menolong Hyun Woo. Tak lama, Ah Ran juga datang. Dengan wajah dingin, Ah Ran mengaku ban kursi roda Hyun Woo rusak. Ia menyuruh Jae Hee membeli kursi roda yang baru. Setelah mengatakan itu, ia pun pergi. Jae Hee pun tersenyum kesal.


Jae Hee keluar dari kamar Hyun Woo. Diluar, Ah Ran sudah menunggunya dengan wajah sedih. Jae Hee menemui Ah Ran dan berkata sudah mengganti pakaian Hyun Woo dan membasuh tubuh Hyun Woo.

"Apa kau mau pergi?" tanya Jae Hee.

"Apa pernah menderita sepanjang hidupmu? Apa kau pernah merasakan tidak memiliki tempat tinggal? Pernahkah kau membenci seseorang? Kau tidak tahu rasanya, karena kau bukan diriku." ucap Ah Ran berkaca2.

Ah Ran lalu menatap Jae Hee.

"Aku mengandalkanmu. Jangan hancurkan hidupku lagi." ucap Ah Ran lagi, lalu beranjak pergi.


Hyun Woo lagi2 teringat sesuatu dalam tidurnya. Ia ingat pertengkarannya dengan Ah Ran di mobil yang menyebabkan mereka kecelakaan. Karena hal itulah, Hyun Woo akhirnya membuka matanya.
Ah Ran melajukan mobilnya di tengah guyuran hujan deras. Tiba2, ia dikejutkan dengan sosok Hyun Woo yang muncul begitu saja di depannya. Hyun Woo menatapnya dengan dingin. Ah Ran pun langsung menginjak remnya. Ia lalu turun dari mobil dan mengecek keadaan diluar, tapi ia tak menemukan sosok Hyun Woo. Tangisnya pun keluar.


"Aku takut... aku sangat takut.." ucapnya lirih.

Ia lalu teringat masa lalunya yang pahit....

Flashback....

Ah Ran kecil terpaksa mencuri makanan untuk adiknya. Namun aksinya dipergoki si pemilik warung. Si pemilik warung pun mencacinya dan memukulinya. Namun Ah Ran tidak mau mengembalikan makanan yang dicurinya. Ia menyuruh sang adik makan. Sementara si pemilik warung terus memukulinya. Ah Ran dan Kyeong Ran menangis. Si pemilik warung pun mendorong Ah Ran, hingga ia jatuh ke tumpukan sampah.
Ah Ran lalu dikunci di sebuah gudang yang gelap oleh bibinya. Ia sudah memohon2 pada sang bibi agar dibukakan pintu tapi sang bibi tidak mau membuka pintunya.

Flashback end...


"Ayah... ibu... aku takut." ucapnya lirih. Tangisnya pun semakin kencang.


Ah Ran kembali ke apartemen Joo Seung. Joo Seung pun terkejut melihat Ah Ran yang basah kuyub. Tatapan Ah Ran kosong. Sedetik kemudian, Ah Ran pun pingsan.


Sementara itu Jae Hee sedang mengurus Hyun Woo. Ia membantu Hyun Woo berbaring di tempat tidur. Melihat air mata Hyun Woo, ia pun bertanya kenapa Hyun Woo menangis? Apa Hyun Woo mendengar semuanya?

"Jangan menangis. Aku memang tidak tahu apa yang terjadi. Karena itu bangun dan bangkitlah. Aku tidak tahu hidup seperti apa yang kau jalani." ucap Jae Hee sedih.


Jae Hee pun memeluk Hyun Woo dan merebahkan kepalanya di dada Hyun Woo. Tanpa disadari Jae Hee, Hyun Woo membuka matanya juga menggerakkan tangannya.

"Kau sudah baikan?" tanya Joo Seung begitu Ah Ran sadar.

Ah Ran pun bangun dan berkata kalau mereka sudah tidak punya waktu lagi. Joo Seung pun kaget saat Ah Ran memberitahunya kalau Shin Woo Sub ingin mengambil kembali semuanya.


Keesokan harinya... Presdir Shin baru membicarakan tentang perjalanan ke Jepang itu dengan Nyonya Jo. Nyonya Jo tidak mau ikut. Ia tidak mau meninggalkan Hyun Woo. Presdir Shin pun marah. Ia mengatakan Joo Seung lah yang menyuruhnya mengambil perjalanan itu untuk menghilangkan stress. Nyonya Jo pun kesal. Pembicaraan mereka terhenti karena Seketaris Kang datang.

"Selama aku pergi, bernegosiasilah dengan pengacara." suruh Presdir Shin.


Presdir Shin juga memberikan stempel dan beberapa dokumennya. Sementara di luar Nyonya Jo berbicara dengan Joo Seung.

"Ada apa kau ke sini sepagi ini?"


"Aku datang karena Presdir Shin akan melakukan perjalanan, jadi aku membawakan beberapa obat2an."

"Kudengar kau yang menyuruh kami melakukan perjalanan? Kenapa kau melakukannya? Bukankah ini akan menimbulkan masalah baru?"


Nyonya Jo pun beranjak pergi. Joo Seung pun menatap kepergian Nyonya Jo dengan wajah kesal.
Seketaris Kang bersiap pergi. Tepat saat itu, Joo Seung pun masuk dan menemui Presdir Shin. Joo Seung berniat meminjam uang dari Presdir Shin. Ia berjanji akan mengembalikannya setelah 3 bulan.

"Semua uangku sudah habis untuk investasi. Tidak ada lagi yang tersisa." jawab Presdir Shin.

"Aku hanya butuh penjamin. Asalkan ada penjamin, aku bisa mengambil pinjaman." ucap Joo Seung.
"Penjamin?" tanya Presdir Shin sambil menatap tajam Joo Seung.

"Aku minta maaf. Anda akan pergi liburan tapi aku malah membuat masalah." jawab Joo Seung.

"Seketaris Kang, berikan stempelku padanya. Urusan kantor, kita bisa melakukannya setelah aku kembali." ucap Presdir Shin.

"Aku akan langsung mengembalikannya setelah selesai kugunakan." jawab Joo Seung.


Hyun Min, Hyun Ji dan Nyonya Jo sedang menyantap sarapan pagi mereka. Ah Ran tampak sibuk melayani mereka. Namun ada yang aneh dengan Ah Ran. Wajahnya terlihat pucat. Hyun Min memuji Joo Seung. Ia berkata Joo Seung sangat bijaksana.

"Aku sendiri tidak pernah berpikir kesana. Maafkan aku ibu." ucap Hyun Min mengomentari ibunya yang akan pergi liburan.

"Kau pasti lelah kan? Apa aku batalkan saja?" ucap Nyonya Jo pada Ah Ran.

"Aku tidak apa2. Nikmati saja perjalanan ibu." jawab Ah Ran.


Tiba2, Ah Ran merasa mual. Mata mereka pun langsung tertuju pada Ah Ran. Ah Ran pun berkata kalau ia mual karena kelelahan. Ah Ran pun pergi ke kamarnya. Tepat saat itu, Joo Seung keluar dari ruangan Presdir Shin. Joo Seung pun menatap Ah Ran dengan heran.

"Ada apa dengan Eonni? Apa dia benar2 sakit?" tanya Hyun Ji khawatir.

Mendengar itu, Joo Seung langsung menyusul Ah Ran ke kamar.


Di kamar, Ah Ran sedang menepuk2 dadanya. Joo Seung masuk ke kamar Ah Ran. Ah Ran pun berkata ia akan pulih setelah minum obat. Ah Ran lalu keluar dari kamarnya, namun Joo Seung menahannya. Wajahnya terlihat khawatir.

"Aku mengenakan pengaman." ucap Joo Seung.

"Itu tidak mungkin. Aku tidur dengannya hanya beberapa kali. Tidak mungkin." sangkal Ah Ran yang juga terlihat khawatir.

"Datanglah ke rumah sakit. Biar kuperiksa darahmu." ucap Joo Seung.

"Kenapa kau seperti ini? Biar aku yang menangani sendiri." jawab Ah Ran.


Joo Seung lalu memberikan stempel Presdir Shin pada Ah Ran. Senyum Ah Ran pun langsung mengembang. Ia mengucapkan terima kasih pada Joo Seung yang sudah membantunya. Ia berkata sangat cemas ketika Presdir Shin berniat mengambil semuanya. Ah Ran pun langsung berniat menemui pengacara hari itu juga. Joo Seung dan Ah Ran lantas berpelukan. Tepat saat itu, pintu kamar Ah Ran terbuka. Joo Seung dan Ah Ran pun langsung menjaga jarak. Hyun Ji pun masuk ke kamar Ah Ran.


"Eonni, kau baik2 saja?" tanya Hyun Ji cemas.

"Hyun Ji-ya, kau tahu caranya membuat bubur. Kupikir itu rada lambung." ucap Joo Seung.

"Kalau begitu aku akan membuatkannya bubur." jawab Hyun Ji.

"Oppa..." sambung Hyun Ji lagi, turunlah dan ikut sarapan dengan kami.


Joo Seung mengangguk dan ikut keluar dengan Hyun Ji. Begitu mereka keluar, Ah Ran langsung mengambil stempel Hyun Woo dari dalam laci. Ia tersenyum puas karena kedua stempel itu sudah berada di tangannya.

"Soul Furniture akan segera menjadi milikku." ucapnya.


Sementara itu Jae Hee sedang memijat kaki Hyun Woo.
 
"Kau harus tetap bersih dan keren juga meskipun hanya berbaring. Sekarang sudah waktunya aku memberimu injeksi. Karena lengan kirimu masih memar, aku akan melakukannya pada lengan kananmu."


Jae Hee pun mengambil jarum dan menusuk lengan Hyun Woo dengan jarum itu. Hyun Woo pun langsung merasa kesakitan. Jae Hee pun heran melihat reaksi Hyun Woo. Namun beberapa saat kemudian, ia terkejut karena Hyun Woo membuka matanya.

"Paman!!" teriak Jae Hee panik.


Jae Hee pun langsung menghubungi seseorang. Awalnya ia mau menghubungi Ah Ran, namun tidak jadi. Ia memilih menghubungi Hyun Min. Hyun Min yang saat itu sedang berada di toko sangat senang mendengar kabar kakaknya sudah sadar.

"Tapi jangan beritahu keluargamu yang lain. Aku takut mereka nantinya akan kecewa. Kau harus datang sendirian. Mengerti?" ucap Jae Hee.


Tapi Hyun Min malah menghubungi Ah Ran. Ah Ran yang lagi di kantor bersama Joo Seung pun kaget mendengar kabar Hyun Woo sudah sadar.

"Apa kau bilang? Hyung bangun?" tanya Joo Seung kaget

"Kita harus cepat. Kita harus tiba duluan di sana sebelum Hyun Min datang. Jika Hyun Woo benar2 sadar, kita harus membungkam mulutnya." jawab Ah Ran.

Joo Seung pun ingin menelpon Jae Hee, namun dilarang Ah Ran.

"Wanita itu tidak bisa dipercaya! Kau tidak bisa membaca situasinya? Dia menghubungi adik iparku! Bukan aku! Dia tidak berada di pihak kita!" ucap Ah Ran.

Hyun Min sudah berada di perjalanan. Sedangkan Joo Seung dan Ah Ran baru bergerak. Joo Seung dan Ah Ran sama2 cemas. Sedangkan Hyun Min terlihat senang.


Jae Hee menunggu Hyun Min dengan wajah gelisah. Siapakah yang tiba duluan? Hyun Min! Ya, Hyun Min yang tiba duluan di sana. Hyun Min sangat senang ketika diberitahu Jae Hee tentang Hyun Min yang sudah sadar. Tak lama kemudian, Ah Ran dan Joo Seung pun datang.

"Benarkah dia sudah sadar?" tanya Ah Ran kaget.


Ah Ran pun langsung mencoba membangunkan Hyun Woo.

"Apakah ada perkembangan dari pasien?" tanya Joo Seung.

"Dia bahkan menguap. Dia membuka matanya dan mengedipkan matanya." jawab Jae Hee.

Namun tak lama setelah itu, Jae Hee meralat ucapannya.

"Mungkin aku hanya salah paham. Tidak mungkin dia sadar secepat itu."

Ah Ran pun menyuruh Joo Seung memeriksa Hyun Woo. Joo Seung pun melakukan pemeriksaan kecil pada Hyun Woo. Wajah Jae Hee terlihat cemas. Selesai memeriksa, Joo Seung pun berkata tidak ada reaksi apapun dari Hyun Woo. Hyun Min pun kecewa karena kakaknya ternyata masih sama saja.


Ah Ran lalu menyuruh Hyun Min pulang. Begitu Hyun Min pergi, ia pun langsung melabrak Jae Hee.
"Jika terjadi sesuatu seharusnya kau menelponku lebih dulu! Kau lupa siapa yang membayarmu! Walinya adalah aku, bukan Shin Hyun Min!" teriak Ah Ran.

Ah Ran lalu merobek2 kartu nama Hyun Min. Bukan hanya itu, ia juga menyita ponsel Jae Hee dan melarang Jae Hee keluar rumah. Jae Hee pun kaget.


Joo Seung mengajak Jae Hee bicara di halaman belakang.

"Dia menjadi sensitif karena suaminya terbaring koma. Jadi tolong pahamilah dia. Lakukan semua yang dikatakannya." ucap Joo Seung.

"Tolong bujuklah Nyonya agar tidak marah lagi padaku." pinta Jae Hee.


Sementara itu, Ah Ran masih berada di kamar Hyun Woo. Ia menatap Hyun Woo dengan tajam. Adegan berikutnya, cukup mengejutkan. Ah Ran mengambil sebotol air panas!! Matanya terus menatap tajam Hyun Woo.

"Kau pikir kau bisa menipuku!" batin Ah Ran marah.

"Lakukan apapun yang kau inginkan. Meskipun kau menyiramkan larva panas padaku, aku akan tetap merapatkan gigiku. Aku akan menahannya." batin Hyun Woo.

Ah Ran lalu menyiramkan air panas itu ke tangan Hyun Woo.

"Jika kau sudah sadar, berteriaklah! Buka matamu dan teriak!" teriak Ah Ran.

Namun Hyun Woo tetap pada posisinya. Tidak bereaksi.

"Dia benar2 belum sadar. Meskipun kau sadar, kau tidak akan bisa melakukan apapun. Stempel milikmu dan ayahmu sudah berada di tanganku. Aku lah pemenangnya." ucap Ah Ran dingin.


Joo Seung lalu datang dan mengajak Ah Ran pergi. Joo Seung berkata sudah waktunya mereka menemui pengacara. Begitu mereka pergi, Hyun Woo langsung membuka matanya. Dengan sekuat tenaga, ia berusaha menahan rasa sakit yang dirasakannya. Bukan hanya rasa sakit di tangannya akibat terkena air panas, tapi juga rasa sakit akibat perlakuan Ah Ran.


Tak kuat menahan kepedihan, Hyun Woo sampai jatuh ke lantai. Tepat saat itu, Jae Hee datang dan terkejut melihat Hyun Woo yang jatuh ke lantai. Jae Hee pun langsung menolong Hyun Woo. Melihat Hyun Woo yang sudah sadar, ia pun terkejut.

"Kau benar2 sudah sadar?" tanyanya dengan raut wajah bahagia.

Hyun Woo pun mengangguk. Tak hanya itu, Hyun Woo juga mencoba berbicara dengan Jae Hee. Namun gagal.

Yeon Jae menghibur Hyun Min yang sedih karena Hyun Woo. Ia memasang tampang jelek yang sukses membuat Hyun Min tertawa. Tepat saat itu, Ah Ran datang dan tidak suka melihat kedekatan Hyun Min dan Yeon Jae. Hyun Min pun bicara dengan Ah Ran.

"Kau pasti kecewa kan? Seharusnya aku datang sendiri saja. Kenapa aku malah menelponmu dan memberitahumu." ucap Hyun Min.

"Kenapa kau bicara begitu? Kondisi suamiku sendiri, aku harus tahu. Saat aku mendengar kabar suamiku telah sadar, itu adalah saat2 yang paling membahagiakan untukku." jawab Ah Ran.


Ah Ran lalu membicarakan Yeon Jae. Lebih tepatnya sih menjelek2an Yeon Jae. Ia berkata sengaja memberi perhatian khusus pada Yeon Jae karena Yeon Jae adalah karyawan di toko Hyun Min.

"Dia hanya menandatangani produk2 yang keluar. Tapi tidak pernah memastikan uangnya." ucap Ah Ran.

"Yeon Jae bukan orang seperti itu." bela Hyun Min.

"Dia bahkan mengatakan pada peserta yang lain kalau dia memiliki hubungan khusus denganmu." tambah Ah Ran lagi.

Hyun Min terpancing dan langsung mencari Yeon Jae. Ah Ran pun tersenyum senang.


"Apa kau mencurigaiku? Aku benar2 tidak tahu" sangkal Yeon Jae.

"Tapi mereka mengatakan kau lah yang menandatanganinya. Tidak ada alasan mereka berbohong soal ini." jawab Hyun Min.

"Seandainya saja aku bisa membelah dadaku dan menunjukkannya padamu agar kau percaya. Siapa yang mengatakan itu padamu? Apa kakak iparmu?"

"Sebaiknya kau jujur saja."

"Tidak ada hal seperti itu!"


Yeon Jae pun beranjak pergi. Ah Ran hendak masuk ke mobilnya sambil membaca koran. Tiba2, Yeon Jae datang dan menjambak rambutnya. Ah Ran berteriak kesakitan. Ia langsung menatap tajam Yeon Jae.

"Dasar penyihir! Baiklah, aku akan memberimu kesempatan. Cepat pergi dan katakan pada adik iparmu kalau kau berbohong! Katakan padanya aku tidak mencuri uang itu!" ucap Yeon Jae.

"Semua orang melihat kita. Kenapa kau melakukannya di depan toko?" jawab Ah Ran panik.


"Aku tidak tahu apa yang kau takutkan tapi tidak ada bagiku yang harus kutakutkan. Apa yang kau takutkan sehingga kau menuduhku sebagai pencuri. Apa suami yang sangat mencintaimu itu tahu hal ini?" ucap Yeon Jae.

"Apa sekarang kau sedang mengancamku?" tanya Ah Ran.

"Ini pekerjaan dimana aku bekerja keras untuk mendapatkannya! Ini semangkok nasiku juga! Dan kau ingin menghancurkannya!" jawab Yeon Jae.

"Itulah kenapa aku memperingatkanmu untuk keluar dan tidak muncul lagi di hadapanku." ucap Ah Ran.

"Itu kesalahanmu. Ulat yang kau injak pasti bisa menghancurkanmu. Kau yatim piatu. Keluargamu miskin dan kau putus sekolah. Orang2 pasti akan penasaran dengan hal ini. Haruskah aku memberitahu mereka?" ancam Yeon Jae.


Air muka Ah Ran pun langsung berubah. Ia marah dan hendak menampar Yeon Jae. Tapi Yeon Jae langsung mencengkram tangan Ah Ran sebelum Ah Ran menamparnya.

"Apa kau tidak tahu adik iparmu pergi ke SMA kita? Dia melihat buku tahunan kita." jawab Yeon Jae.

Ah Ran pun kaget, apa! Kapan!

"Aku tidak tahu itu keberuntungan atau tidak? Dia tidak menemukan apapun tentangmu disana. Kau berhenti sekolah dan itulah kenapa tidak ada fotomu di sana." ucap Yeon Jae.


Yeon Jae juga bertanya sampai berapa lama Ah Ran dapat merahasiakan hal itu?

"Kau ingat saat aku mengambil foto ini saat kita masih sekolah?" tanya Yeon Jae sambil memperlihatkan foto mereka berdua mengenakan seragam SMA.

Ah Ran pun kaget. Ia ingin merebut foto itu, namun tidak berhasil.

"Jika kau bersikeras menyuruhku keluar, aku bisa menarikmu ikut denganku." ancam Yeon Jae.


Jae Hee sedang mengobati luka Hyun Woo akibat disiram air panas oleh Ah Ran. Jae Hee meminta Hyun Woo hanya mempercayai kata2nya.

"Jika kau mempercayaiku, anggukkan kepalamu. Jika kau tidak mempercayaiku, gerakkan lenganmu." ucap Jae Hee.

Hyun Woo pun menganggukkan kepalanya tanpa ia mempercayai Jae Hee. Jae Hee lalu memperkenalkan dirinya. Ia berkata dulu Hyun Woo sering memanggilnya lentera kecil. Hyun Woo menganggukkan kepalanya. Jae Hee pun senang karena Hyun Woo mengingatnya. Jae Hee lalu berkata lagi kalau ia adalah lulusan akademi keperawatan yang dibantu oleh Hyun Woo. Hyun Woo pun mengangguk.

"Paman, sekarang kau dalam bahaya. Aku tidak tahu kenapa tapi istri paman tidak mau melihat paman sadar." ucap Jae Hee lagi.

Hyun Woo lantas ingin mengatakan sesuatu. Jae Hee pun mendekatkan kupingya ke mulut Hyun Woo dan meminta Hyun Woo mengatakannya pelan2. Namun Hyun Woo masih terlalu berat untuk berbicara.

"Apa kau ingin aku memberitahu keluargamu yang lain?" tebak Jae Hee.

Hyun Woo pun mengangguk.

"Itu akan sedikit susah. Ponselku disita oleh mereka. Kalau istrimu tahu kau sudah sadar, dia tidak akan membiarkanku pergi. Kita harus mengecoh mereka dulu. Jika keadaan sudah aman, aku akan melakukan apapun untuk menolongmu. Kau harus kuat." jawab Jae Hee.


Sementara Ah Ran di kamarnya sedang gelisah. Ia gelisah karena ancaman Yeon Jae.

Keesokan harinya.... Hyun Woo duduk di ranjangnya dengan wajah marah. Ia ingat semua kata2 Ah Ran. Ah Ran berkata walaupun ia bangun, ia tidak bisa melakukan apapun karena stempelnya dan stempel ayahnya berada di tangan Ah Ran.
 
Tak lama, Jae Hee pun datang membawa makanan. Ia senang melihat Hyun Woo yang mulai bisa bangun sendiri. Hyun Woo lalu menunjuk ke arah sendalnya. Jae Hee pun mengambilkan sendal Hyun Woo dan bertanya Hyun Woo mau pergi ke mana.

"Ru... ru..." Hyun Woo berkata dengan susah payah.

"Rumah? Kau ingin pulang ke rumah?" tanya Jae Hee.

Hyun Woo pun mengangguk.

"Kondisimu belum memungkinkan. Bagaimana jika istrimu menemukanmu?" larang Jae Hee.


Tapi Hyun Woo tetap bersikeras untuk pulang. Jae Hee pun bertanya apa ada sesuatu yang penting yang membuat Hyun Woo bersikeras ingin pulang. Hyun Woo pun langsung tertegun dan menatap Jae Hee. Jae Hee lantas mengambilkan kertas dan pulpen.

"Kau bisa menulisnya." suruh Jae Hee.

Dengan susah payah, Hyun Woo menuliskan kata stempel.

"Stempel? Kau membutuhkan stempelmu?" tanya Jae Hee.


Hyun Woo mengangguk. Ia juga menuliskan password pintu rumahnya. Jae Hee pun mulai berpikir. Sementara itu, Ah Ran mengajak Yeon Jae bertemu. Mereka bertemu di pinggir danau. Ah Ran mencoba membujuk Yeon Jae dengan mengatakan kisah sedihnya.

"Bibiku selalu memukulku dengan tongkat. Aku selalu makan makanan sisa. Aku selalu dimarahi oleh sepupuku. Itulah hidupku. Kenapa aku putus sekolah, apa kau tahu? Karena bibiku menyuruhku menikah dengan pria berumur 40 tahun. Aku bertahan demi adikku. Kalau bukan karena adikku, aku sudah mati." ucap Ah Ran.


Sekarang Ah Ran berkaca2. Ia lalu berlutut dan memohon pada Yeon Jae.

"Sekarang aku sudah menikah. Baru sekarang aku bisa merasakan hidup bahagia, tapi suamiku tiba2 kecelakaan dan mengalami koma." ucap Ah Ran lagi.

"Aku mau menjaga rahasiamu tapi kenapa kau memaksaku! Kenapa!"


"Karena aku takut! Jika rahasiaku terbongkar, aku akan sendiri lagi. Aku tidak mau sendiri lagi."
Yeon Jae pun luluh dan memeluk Ah Ra erat2. Ah Ran pun senang karena berhasil membujuk Yeon Jae.


Sementara itu, Jae Hee mengendap2 masuk ke rumah Hyun Woo. Ia berhasil menyelinap masuk ke kamar Hyun Woo. Setelah menemukan stempel Hyun Woo, ia bergegas pergi. Namun tanpa ia sadari, ia berpapasan dengan Hyun Ji.

"Bukankah itu Suster Yoon? Mau apa dia kemari?" ucap Hyun Ji heran.


Ah Ran sedang bersama Joo Seung. Joo Seung memberikan sebuah berkas pada Ah Ran. Sepertinya itu berkas pengalihan perusahaan.

"Karena Hyun Woo masih sakit dan tidak bisa untuk menulis, jadi aku menulisnya dengan komputer. Kau hanya perlu mendapatkan cap Hyun Woo." ucap Joo Seung.


Tanpa mereka sadari, stempel itu kini sudah ada di tangan Hyun Woo. Hyun Woo mengucapkan terima kasih pada Jae Hee yang sudah membantunya. Jae Hee pun berkata Hyun Woo tidak perlu berterima kasih padanya.

"Ini adalah saatnya aku membalas semua kebaikanmu padaku." ucap Jae Hee.

Hyun Woo lalu meminta Jae Hee mengantarnya ke ruang bawah tanah. Ternyata di sana ada peralatan untuk nge-gym. Jae Hee pun bertanya apa Hyun Woo ingin berolahraga? Jae Hee juga berkata akan sedikit sulit untuk Hyun Woo melakukannya. Tapi Hyun Woo tidak peduli.


Dengan susah payah, Hyun Woo berusaha untuk berjalan. Ia bahkan melarang Jae Hee membantunya. Hyun Woo bertekad, harus bisa berjalan sebelum keluarganya masuk lebih jauh ke perangkap Ah Ran. Ia mau melindungi keluarganya.
 
Ah Ran baru saja kembali ke kamarnya. Ia pun terkejut karena tidak menemukan stempel Hyun Woo. Melihat boneka di meja berantakan, ia sadar seseorang telah mengambil stempel itu.

Ah Ran lalu menanyakan hal itu pada Hyun Ji. Apa ada seseorang yang masuk ke rumah?

Hyun Ji pun berkata ia melihat Jae Hee saat hendak pulang ke rumah. Ah Ran pun kaget.


Ah Ran pun langsung menuju ke villa. Dalam perjalanan, ia menelpon Joo Seung dan memberitahu Joo Seung bahwa Jae Hee mengambil stempel itu. Namun Joo Seung tidak percaya Jae Hee mengambilnya.


Sementara itu, Hyun Woo masih latihan berjalan.


Ah Ran akhirnya tiba di villa. Ia mengendap2 masuk ke dalam villa. Begitu masuk ke kamar, ia terkejut karena tidak menemukan Hyun Woo di sana.

Bersambung ke episode 5

0 Comments:

Post a Comment