I Have a Lover Ep 19 Part 1

Sebelumnya <<<


Jin Eon tidak sanggup menerima kenyataan bahwa Hae Gang telah tiada. Tangisnya pecah di depan abu jenazah Hae Gang. Sementara itu, Hae Gang duduk di depan rumah Baek Seok sambil memikirkan semuanya. Tak lama kemudian, Baek Jo lewat dan memarahi Hae Gang.

“Kemana saja kau semalaman? Kenapa ponselmu tidak bisa dihubungi dan kau juga tidak memberi kabar! Kau tahu betapa cemasnya kami? Karena kami pikir kau menghilang, seperti yang pernah kau lakukan. Kami pikir kau mungkin telah menemukan keluargamu. Big Oppa tidak bisa tidur dan menunggumu sepanjang malam diluar. Kenapa kau melakukan ini!”


Tangis Hae Gang pecah, ia langsung memeluk Baek Jo.

“Kau tidak akan pergi meninggalkan kami, kan? Bahkan meskipun kau sudah menemukan keluargamu, kau tidak akan mencampakkan kami?” tanya Baek Jo.


Dari kejauhan, Seol Ri menatap Hae Gang dengan penuh kebencian.

“Akan kulakukan lebih baik lagi. Aku akan mendengarkan dan melakukan apapun yang kau perintahkan. Aku akan belajar lebih keras mulai sekarang.” janji Baek Jo.

“Aku tidak akan pergi. Aku tidak akan kemana2, Baek Jo-ya. Aku tidak punya tempat untuk pergi. Itu benar. Aku tidak akan pergi. Ini rumahku. Kalian keluargaku.” Jawab Hae Gang.


Jin Eon dengan langkah gontai memasuki rumah yang pernah ditempatinya bersama Hae Gang. Tangis Jin Eon pecah saat berhadapan dengan Nyonya Kim. Nyonya Kim berkata bahwa Hae Gang sudah pergi ke tempat dimana Eun Seol berada. Jin Eon menggelengkan kepalanya. Ia tak rela kehilangan Hae Gang. Nyonya Kim lantas menyuruh Jin Eon menguburkan barang2 Hae Gang. Nyonya Kim mengaku masih belum bisa mengikhlaskan kepergian Hae Gang, karena itulah ia tak bisa mengubur barang2 Hae Gang. Nyonya Kim meminta Jin Eon yang menguburkan barang Hae Gang. Ia minta Jin Eon merelakan kepergian Hae Gang.


Seol Ri menyiram Hae Gang dengan sisa makanan. Ia memaki Hae Gang. Mengatai Hae Gang sampah yang tidak tahu berterima kasih. Ia mengajak Hae Gang mengakhiri semuanya di tepi jurang.

“Aku sudah berdiri di tepi jurang. Itu benar. Aku lebih senang kau yang maju untuk mendorongku. Sehingga aku tidak akan pergi jauh. Sehingga aku tidak bisa pergi sejauh ini.” jawab Hae Gang dengan mata berkaca2.

Seol Ri yang kesal dengan kata2 Hae Gang, memilih untuk pergi. Begitu Seol Ri pergi, tangis Hae Gang pecah.


Sementara itu, Jin Eon sedang melihat barang2 Hae Gang. Dengan tangis yang terus berjatuhan, ia menatap fotonya yang sedang melamar Hae Gang. Ia juga melihat fotonya bersama Hae Gang dan Eun Seol yang duduk di taman. Jin Eon kemudian mengambil papan yang bertuliskan namanya dan nama Hae Gang. Ia juga melihat cincin pernikahan mereka. Tangis Jin Eon pecah ketika melihat baju Hae Gang. Di peluknya baju Hae Gang erat2.


Presdir Choi cemas karena Jin Eon sudah mengetahui kematian Hae Gang. Tanpa semangat Nyonya Hong berkata bahwa Jin Eon sudah 3 hari berada di columbarium. Jin Ri pun menggunakan kesempatan itu untuk menjatuhkan Jin Eon. Ia berkata, Jin Eon tidak bisa mengurus perusahaan dengan kondisi seperti itu.

“Berhentilah bicara! Dia sudah cukup menderita, apa kau ingin menambah penderitaannya?” ucap Nyonya Hong kesal.

“Itu karena aku cemas. Apa kau tahu berapa banyak mata yang mengawasi kita? Orang2 sudah bergosip karena dia melindungi pengunjuk rasa.” Jawab Jin Ri.


Presdir Choi marah.

“Kau bilang Jin Eon tidak mengusir pengunjuk rasa itu, tapi melindungi mereka?”

“Itu benar, dia bahkan memberikan perintah agar tidak ada seorang pun yang mengganggu pengunjuk rasa. Apa itu masuk akal? Melindungi seseorang yang bukan istrinya.” Jawab Jin Ri.

“Apa maksudmu?” tanya Presdir Choi.

Nyonya Hong pun buru2 menyela pembicaraan sebelum Jin Ri membuka mulut lebih banyak. Nyonya Hong juga berkata sejak kecil 80 % yang dikatakan Jin Ri adalah fitnah. Nyonya Hong berkata, bahwa Jin Ri mengidap compulsive lying disorder.


Mendengar kata2 Nyonya Hong, Jin Ri ngamuk. Tapi sebelum Jin Ri sempat membalas perkataan Nyonya Hong, Presdir Choi memarahi mereka. Tae Seok lantas mengaku bahwa dialah yang memberikan perintah itu. Tae Seok berkata, bahwa Jin Eon tidak pernah melindungi pengunjuk rasa. Presdir Choi langsung terdiam dan menatap kesal Tae Seok.


Di kantor, Baek Seok dan Hae Gang tidak saling bicara. Hae Gang yang sudah tidak tahan menyuruh Baek Seok bicara. Baek Seok yang masih kecewa diam saja. Hae Gang pun menghampiri Baek Seok. Baek Seok pun langsung berniat pergi, tapi Hae Gang menahannya.

“Akulah orang yang pergi mencarinya. Aku bahkan mengakui perasaanku padanya. Akhirnya aku melakukan hal itu.” ucap Hae Gang.

“Apa kau bodoh? Dia bersikap seperti itu karena kau…”

“Aku tahu. Aku tahu dia tidak tertarik padaku. Dia benar2 tidak menganggapku. Dia tidak peduli perasaanku atau apapun itu.”


“Lalu kenapa? Kalau kau sudah tahu kenapa kau melakukannya?”

“Aku tidak tahu. Aku tidak tahu kenapa aku seperti itu. Aku ingin berpaling tapi aku tidak bisa berpaling. Jadi aku mencoba untuk menghindarinya, tapi aku tidak bisa menghindarinya. Orang itu bahkan tidak pernah menyukaiku. Dia tidak pernah menyukaiku, tapi kenapa aku tidak bisa melepaskan orang itu.”

Hae Gang menangis, Baek Seok pun juga.


“Lalu kau ingin aku melakukan apa? Aku akan melakukan apapun yang kau minta. Jika kau menyuruhku pergi, aku akan pergi. Jika kau ingin aku menunggu, aku akan menunggu. Jika kau menganggapku sebagai beban, itu sangat menyakitiku, Yong Gi.”

Tangis Hae Gang semakin pecah mendengar kata2 Baek Seok.

“Lakukan sesuai kata hatimu. Kenyataannya bukan aku, tapi orang itu yang membuka hatimu yang tertutup selama 4 tahun. Itu membuatku marah. Aku tidak bisa menerimanya. Tapi ikuti kata hatimu kemana pun dia menyuruhmu pergi, karena aku tahu bagaimana sulitnya bagimu membuka hatimu.”

Baek Seok pun pergi meninggalkan Hae Gang dengan hati terluka.


Sementara itu, Jin Eon masih berlutut di depan abu jenazah Hae Gang. Ia merasa bersalah pada Hae Gang.


Seol Ri masuk ke kamar Jin Eon dan kecewa karena tidak mendapati Jin Eon di sana. Tak lama, Nyonya Hong menyusul Seol Ri ke kamar Jin Eon. Nyonya Hong minta Seol Ri bersabar. Seol Ri pun berkata, ia akan bersabar menunggu Jin Eon. Seol Ri bilang, meskipun mereka tidak bisa menggelar resepsi pernikahan tapi setidaknya mereka bisa mendaftarkan pernikahan mereka terlebih dahulu.

“Kau benar. Kita bisa mendaftarkan pernikahan terlebih dahulu. Dan tahun depan, kita akan menyiapkan pernikahannya.” Jawab Nyonya Hong.


“Itu benar, jadi ibu tidak perlu cemas. Aku pastikan aku akan menjadi menantu ibu dan menjadi istri Sunbae.” Ucap Seol Ri.

Nyonya Hong pun memeluk Seol Ri. Wajah Seol Ri seketika berubah cemas.

(Hadeh, cuma karena Seol Ri udah nyelametin Jin Eon pas kebakaran itu, Nyonya Hong segampang itu menerima Seol Ri sebagai menantunya? Omo, kasihan Hae Gang. Dilupain gitu aja sama ibu mertuanya)


Yong Gi dan Woo Joo akhirnya kembali ke Korea. Yong Gi mengingatkan Woo Joo bahwa sekarang namanya adalah Zhang Ming dan nama Woo Joo adalah Zhang Ling. Yong Gi lantas mengajak Woo Joo menemui Dokter Min.

(Ini kayaknya Yong Gi sengaja ngerubah namanya buat menghindari Tae Seok. Yong Gi masih merasa terancam oleh Tae Seok)


Hae Gang berada di rumah sakit. Ia datang untuk mengecek kondisi Moon Tae Joon  Hae Gang lega saat suster menjelaskan bahwa kondisi Tae Joon sudah mulai membaik. Hae Gang pun beranjak pergi. Disaat yang bersamaan, Yong Gi dan Woo Joo mengunjungi rumah sakit itu. Woo Joo pun tertegun melihat Hae Gang yang sangat mirip dengan ibunya. Woo Joo lantas memberitahu Hae Gang bahwa ahjumma yang dilihatnya barusan sangat mirip dengan ibunya. Yong Gi pun menoleh ke Hae Gang. Namun ia tidak melihat wajah Hae Gang. Begitu pun Hae Gang yang tidak melihat wajah Yong Gi. Yong Gi lantas pergi begitu saja bersama Woo Joo.


Gyu Seok baru saja selesai memeriksa pasiennya, seorang anak kecil bernama Kim Sae Ron. Waduh, namanya Kim Sae Ron. Jadi inget dedek Sae Ron. Ibu Sae Ron bertanya apa Sae Ron nya akan baik2 saja karena Sae Ron nyaris tidak bisa makan. Tapi karena pemeriksaan sudah selesai, Gyu Seok bersikap cuek. Suster pun mengantar ibu Sae Ron keluar karena pemeriksaan sudah selesai.


Yong Gi dan Woo Joo ingin menemui Gyu Seok. Tapi suster menyuruh Yong Gi datang lagi nanti. Yong Gi pun kesal. Suster berkata, bahwa Gyu Seok tidak akan menerima pasien setelah jam 5 sore. Suster lantas menyuruh Yong Gi membuat janji terlebih dahulu. Sementara di dalam, Gyu Seok sedang meregangkan otot2nya yang kaku. 



Woo Joo mencemaskan Yong Gi karena Yong Gi mengeluarkan keringat terlalu banyak. Yong Gi berkata bahwa itu karena ia merasa gugup kembali ke Korea. Yong Gi lantas mengetuk pintu ruangan Gyu Seok dan meminta izin masuk. Tapi Gyu Seok melarangnya. Meski sudah dilarang, Yong Gi tetap masuk. Ia terheran2 saat mendapati Gyu Seok sedang push up dengan kaki bertumpu pada meja dan tangan bertumpu pada meja di belakang. Gyu Seok terkejut melihat Yong Gi.


“Dokgo Yong Gi-ssi?” ucapnya.

“Apa tidak lelah tetap dengan posisi seperti itu?” tanya Yong Gi.

Gyu Seok tertegun. Yong Gi lalu berbisik pada Woo Joo.

“Mungkin itu terlihat melelahkan hanya di mata kita.” bisik Yong Gi.


Gyu Seok pun langsung merubah posisinya dan berdiri menatap Yong Gi. Yong Gi menunjukkan paspornya dan berkata bahwa Yong Gi hanyalah nama samarannya dan nama sebenarnya adalah Zhang Ming. Ia meminta Gyu Seok memanggilnya Zhang Ming mulai sekarang. Yong Gi lalu menyuruh Woo Joo menyapa Gyu Seok.

“Ni Hao! Ni zui bang!” ucap Woo Joo, membuat Gyu Seok terheran2.

“Dia bilang kau yang terbaik, Professor.” Beritahu Yong Gi.


Tiba2, Yong Gi merasakan nyeri di perutnya. Yong Gi pun meminta izin untuk duduk. Tapi Gyu Seok malah menyuruh mereka keluar. Ia mengancam akan memanggil polisi jika Yong Gi tidak mau pergi. Yong Gi pun kesal dibuatnya.

“Kenapa kau bersikap seperti ini! Aku disini karena anakku sakit! Kau sudah punya nomorku, kan? Bagaimana kau bisa hidup tanpa mempercayai orang lain? Sejujurnya, aku tidak ingin menginjakkan kaki di Korea. Tapi demi anakku…. Karena anakku….” Ucap Yong Gi sambil menahan rasa nyeri di perutnya.

Yong Gi lantas memberikan rekam medis Woo Joo. Gyu Seok pun melihatnya meski enggan. Setelah melihat rekam medis Woo Joo, Gyu Seok bertanya sejak kapan limpa Woo Joo mulai membengkang.Yong Gi tak mampu menjawab karena rasa nyeri di perutnya. Tak berapa lama kemudian, Yong Gi pun jatuh dan pingsan.


Gyu Seok mengira Yong Gi hanya berpura2. Woo Joo menangis, ia merengek meminta Gyu Seok menolong ibunya. Woo Joo berkata bahwa Gyu Seok tidak perlu menolongnya. Gyu Seok hanya perlu menolong ibunya. Dengan enggan, Gyu Seok pun memeriksa Yong Gi. Usai memeriksa Yong Gi, barulah Gyu Seok sadar kalau Yong Gi tidak berpura2. Ia lekas melarikan Yong Gi ke ruang UGD. Woo Joo setengah berlari mengikuti Gyu Seok.

“Kau tidak boleh berlari. Datanglah ke ruang UGD dengan berjalan.” ucap Gyu Seok.

Tapi Woo Joo tetap berlari mengikuti Gyu Seok. Gyu Seok lantas membaringkan Yong Gi di kasur dan mendudukkan Woo Joo disamping Yong Gi. Setelah itu, Gyu Seok segera membawa mereka ke ruang UGD.


Hae Gang duduk sendirian di taman rumah sakit. Kata2 Baek Seok pada Jin Eon memenuhi kepalanya.

Flashback

“Istrimu sudah meninggal. 4 tahun yang lalu. Tak lama setelah kau menceraiannya, dia mengalami kecelakaan dan meninggal!” ucap Baek Seok.

Jin Eon seketika melirik Hae Gang yang ada di depannya dengan wajah lemas.

“Sekali lagi kukatakan, istrimu sudah meninggal! Istrimu, Do Hae Gang!” teriak Baek Seok.

Flashback end


Jin Eon masih berlutut di depan abu jenazah Hae Gang. Tak lama kemudian, petugas datang menyuruh Jin Eon pergi. Bersamaan dengan itu, Hae Gang berjalan menuju columbarium. Jin Eon keluar dari columbarium dengan langkah gontai. Langkah Hae Gang seketika terhenti begitu melihat Jin Eon. Ia terkejut melihat keadaan Jin Eon yang menyedihkan.


Jin Eon terus berjalan, hingga akhirnya langkahnya terhenti saat berhadapan dengan Hae Gang. Jin Eon menatap Hae Gang dengan tatapan terluka. Hae Gang ingin menghampiri Jin Eon. Tapi langkahnya langsung terhenti saat Jin Eon berjalan ke arahnya. Jin Eon berjalan begitu saja melewati Hae Gang, membuat Hae Gang terkejut. Hae Gang pun bergegas menyusul Jin Eon. Ia iba menatap Jin Eon.


Jin Eon terus berjalan, hingga dirinya terjatuh. Hae Gang pun langsung berlari menghampiri Jin Eon. Ia berniat membantu Jin Eon berdiri, tapi Jin Eon justru menepis tangannya. Jin Eon lantas bangkit dan beranjak pergi dengan langkah gontai. Hae Gang marah, ia pun menghalangi langkah Jin Eon.


“Bagimu mungkin sudah berakhir, tapi tidak bagiku! Bagimu, mungkin tidak pernah dimulai. Tapi tidak seperti itu bagiku! Bagiku, ini baru dimulai dan belum berakhir. Aku tidak akan menunjukkan diriku di hadapanmu setelah kau terlihat seperti manusia! Jika melihatku membuatmu merasa kacau, kau harus bangkit. Dengan begitu, aku akan membiarkanmu pergi. Dengan begitu, aku bisa berhenti melakukan hal gila seperti ini! Kumohon, bertahanlah!” pinta Hae Gang.

Tapi Jin Eon malah beranjak pergi dengan tatapan kosong. Hae Gang menangis menatap kepergian Jin Eon. Hae Gang lantas mengikuti Jin Eon.


Yong Gi masih belum siuman. Woo Joo terus menunggui Yong Gi. Gyu Seok berbicara pada dokter yang memeriksa Yong Gi. Dokter bilang Yong Gi terserang stroke/cerebrovascular accident/CVA. Jumlah sel darah putih Yong Gi mencapai 12000 dan akan terus meningkat setiap waktu. Sementara suhu tubuhnya normal. Gyu Seok lantas menyuruh dokter itu memberikan antibiotic pada Yong Gi.


Seorang perawat menghampiri Gyu Seok. Ia mengaku kesulitan mengisi data2 Yong Gi. Perawat itu juga berkata bahwa Woo Joo datang jauh2 dari China untuk menemui Gyu Seok. Tapi Gyu Seok malah bilang bahwa itu bukan urusannya dan beranjak pergi. Setelah Gyu Seok pergi, Woo Joo berkata pada ibuunya bahwa Gyu Seok bukanlah dokter yang baik.


Gyu Seok kembali ke ruangannya. Ia kesal membaca passport Yong Gi. Seseorang tiba2 mengetuk pintu ruangannya. Setengah berteriak, Gyu Seok melarang orang itu masuk. Tapi yang datang ternyata Tae Seok. Ya, Tae Seok langsung menerobos masuk ke ruangan Gyu Seok.

“Kakak iparmu mengundangmu makan malam. Dia ingin memperkenalkan seseorang padamu. Putri bungsu dari Group Han Rang. Dia sangat mirip dengan Shim Eun Ha. Dia terlihat senang mengetahui aku bergegas menemuimu dan menunda semua janjiku. Jadi jangan katakan apapun dan ikutlah makan malam dengan kami.” Ucap Tae Seok.

“Kalian saja. Aku sedang tidak nafsu makan.” Jawab Gye Seok.

“Hey, Bro! Kau tidak tahu, ini kesempatan yang bagus.” Ucap Tae Seok.


Pembicaraan keduanya terhenti karena Woo Joo datang. Woo Joo datang untuk mengambil tasnya. Tapi tasnya tidak berada di ruangan Gyu Seok. Tae Seok menyapa Woo Joo. Ia bertanya dimana ibu Woo Joo. Woo Joo bilang jika ibunya berada di ruang UGD. Gyu Seok lantas berdiri dan pergi bersama Woo Joo.


Yong Gi yang baru sadar panic karena tasnya hilang. Woo Joo curiga kalau Gyu Seok yang mengambilnya. Tak lama kemudian, Gyu Seok menghampiri mereka dan berkata bahwa ia sudah membayar biaya perawatan Yong Gi. Gyu Seok juga mengatakan Yong Gi bisa mengganti uangnya nanti saat jadwal pemeriksaan Woo Joo. Yong Gi pun panic, setengah berteriak ia berkata bahwa semua uangnya ada di dalam tasnya. Tapi Gyu Seok malah menyuruh Yong Gi membuat laporan. Gyu Seok pun hendak pergi, tapi Yong Gi menahannya.


“Bukankah kau satu2nya tersangka utamanya? Aku tidak akan mempermasalahkannya kalau jumlahnya sedikit! Tapi itu benar2 semua uang yang kumiliki! Tidak masalah jika kau tidak mau mengaku, tapi kita bisa pergi ke kantor polisi bersama2 untuk melakukan penyelidikan.” Ucap Yong Gi.

Yong Gi terus menahan Gyu Seok. Woo Joo ikut membantu Yong Gi menahan Gyu Seok. Haha…


Jin Eon berdiri di depan rumah yang dulu ditempatinya bersama Hae Gang. Sementara itu, Hae Gang yang berdiri di belakang Jin Eon terus menatap Jin Eon. Kata2 Hae Gang terngiang di telinga Jin Eon. Kata2 Hae Gang saat Hae Gang berteriak memanggilnya sayang.

“Panggil aku sekali lagi, Hae Gang.” Pinta Jin Eon.

Hae Gang makin iba melihat Jin Eon.

Flashback


“Yeobo!” teriak Hae Gang yang berdiri di teras rumah.

“Kau mengatakan itu dengan sangat baik.” Puji Jin Eon.

“Apa kau mau berdiri disana terus dan tidak mau masuk ke rumah?” tanya Hae Gang sembari tersenyum.

Flashback end


Seketika senyum Jin Eon menghilang menyadari Hae Gang tidak berada di depannya. Jin Eon pun langsung mencari2 Hae Gang.

“Hae Gang-ah! Hae Gang-ah! Yeobo! Jawab aku, yeobo! Hanya sekali. Sekali saja. Aku merasa kacau. Aku benar2 merasa kacau, yeobo. Aku ingin minta maaf…”


Di belakang, Hae Gang menangis dan merasakan sesak di dadanya.

“… denganmu aku ingin memulainya lagi.” Ucap Jin Eon.


Tangis Hae Gang semakin pecah. Jin Eon terus memanggil2 nama Hae Gang.

Bersambungke part 2

1 Comments:

  1. Unknown said...:

    Ditunggu kelanjutannya...sedihhhh

Post a Comment