I Have a Lover Ep 30 Part 2

Sebelumnya....


Hae Gang pun mulai masuk ke kamar Yong Gi. Setibanya di sana, ia melihat ke arah koper Yong Gi. Tak lama kemudian, Hae Gang menarik koper Yong Gi dan berusaha membukanya. Namun koper Yong Gi dikunci menggunakan password. Hae Gang berusaha memecahkan kode passwordnya dengan tanggal lahir mereka. Hae Gang menghela napas kesal karena password nya memang tanggal lahir mereka.

“Kau benar-benar sesuatu, aku yakin kau bisa melindungi dirimu sendiri dengan baik.” Ucap Hae Gang.


Hae Gang pun mulai mencari dokumen Kim Sun Yong dan USB yang berisi video Kim Sun Yong. Ia menemukan hal itu di balik tumpukan baju Yong Gi. Tak lama kemudian, ia dikejutkan dengan suara Woo Joo.

“Itu punya ibuku. Itu benar-benar punya ibuku. Aku melihat kau mengambilnya dari tas ibuku.” Ucap Woo Joo yang berdiri di depan pintu.

“Kemarilah.” Suruh Hae Gang, namun Woo Joo menolak.

Hae Gang pun akhirnya mendekati Woo Joo.

“Dengarkan baik-baik yang bibi katakan. Kalau ibumu menyimpannya, dia akan berada dalam bahaya.” Ucap Hae Gang.




“Apa ahjussi jahat akan mencarinya lagi?” tanya Woo Joo. Hae Gang terkejut dengan pertanyaan Woo Joo, namun sesaat kemudian ia mengangguk mengiyakan pertanyaan Woo Joo.

“Jadi bibi akan mengambilnya. Rahasiakan ini dari ibumu dan juga orang lain. Kau harus menjaga rahasia. Janji.” Pinta Hae Gang.

Woo Joo pun mengangguk. Tak lama kemudian, Hae Gang menerima panggilan dari Seol Ri.


Hae Gang pergi ke kafe dimana Seol Ri sudah menunggunya di sana.

“Sudah lama tidak bertemu, Kang Seol Ri.” Ucap Hae Gang.

“Benarkah? Aku tidak bisa mengatakan hal yang sama. Aku bertemu denganmu belum lama ini.” jawab Seol Ri.

“Apa yang kita bicarakan?” tanya Hae Gang.


“Tentang bagaimana kau jatuh cinta lagi dengan Jin Eon. Karena kau hilang ingatan, kau tidak ingat apapun tentang bagaimana Jin Eon menyakitimu. Jadi, foto yang aku kirimkan padamu itu sama sekali tidak menyakitimu. Bagaimana kau sekarang? Aku yakin rasa sakit itu telah kembali bersama dengan ingatanmu. Melihatku dan duduk di sini bersamaku dan mencintai sunbae lagi, seperti tidak terjadi apa-apa, pa kau masih baik-baik saja? Apa kau masih tidak terganggu? Kalau itu aku, aku akan merasa jijik pada diriku sendiri. Seseorang yang membuangmu tanpa berpikir, berpikir bahwa dia adalah orang asing, mengatakan bahwa itu adalah cinta yang baru.” Jawab Seol Ri.


“Aku tidak baik-baik saja. Aku jadi gila karena jijik, sakit dan merasa tidak adil. Aku takut kemarahan ini mungkin akan menghancurkanku, kau dan juga dia. Hanya padamu, hanya pada seseorang seperti dirimu... Aku tidak bisa tahan suamiku terguncang oleh orang sepertimu. Apa saja yang telah kau lakukan selama 4 tahun ini? Apa yang kau lakukan setelah mengambilnya dariku? Kenapa pria itu masih datang dan berlutut memohon cintaku dan mengangguku lagi? Kenapa dia masih menyiksaku? Kau boleh memiliki dia, aku akan membuangnya untukmu. Silahkan ambil dia dan singkirkan dia dari pandanganku. Aku akan menyerahkannya padamu. Jadi silahkan urus cinta diantara kalian berdua, Kang Seol Ri.” Jawab Hae Gang.


Seol Ri terhenyak dengan jawaban Hae Gang.


“Kenapa? Kau tidak percaya diri? Kau bahkan tidak bisa membongkar rumah yang menghalangi? Kalau begitu kenapa kau seperti ini padaku? Beraninya kau? Beraninya kau memanggilku dan melakukan ini padaku!” ucap Hae Gang dengan suara keras.


Tepat saat itu, Seok datang dan terkejut melihat Hae Gang.


“Kau bukan lawan bagiku. Meski aku mati, meski aku menjadi orang lain ,meski aku kehilangan ingatanku, kau tidak pernah bisa menaikkan tanganmu. Kau tahu kenapa? Karena kau tidak pernah mendapatkan pria itu. Kau tidak pernah menerima cinta pria itu. Kau terus bersikeras, itu saja. Hanya bagimu, itu adalah cinta, kau berusaha menyakinkan dirimu sendiri bahwa itu adalah cinta, apa kau sadar itu?” sentak Hae Gang.

“Kau akan membuangnya, begitu saja. Dengan mudahnya, kau akan membuangnya. Kenapa? kenapa? Kenapa kau, pada Jin Eon Sunbae— Kenapa kau, pada Oppa—“ protes Seol Ri.

Tangis Seol Ri pun keluar…


“Membuang sesuatu itu adalah hal yang mudah. Tidak perduli bagaimana membuangnya, itu tetap akan menjadi sampah. Aku pernah memperingatkan kau, jangan membuang-buang waktumu untuk hal yang percuma. Jangan biarkan masa mudamu tergantung di tempat sampah. Tapi kau menjawab seperti ini, "Daripada mati tanpa melakukan apapun, aku lebih baik mati dengan berusaha”. Yang kau katakan jadi kenyataan. Kau sekarat karena usahamu dan sekarang kau tinggal cangkang saja. Hidupmu, tenagamu, masa mudamu dan harapanmu, semuanya menghilang. Daripada mencari cinta yang jelas tidak ada, aku rasa kau lebih baik mencari dirimu sendiri, Kang Seol Ri.” Ucap Hae Gang sambil menatap tajam Seol Ri.


Seol Ri pun tak mampu berkutik dan membalas perkataan Hae Gang. Hae Gang lantas beranjak pergi. Langkahnya sempat terhenti begitu ia melihat Seok. 




Seok menatap Hae Gang dengan tatapan terluka. Namun Hae Gang menatapnya dingin, sebelum beranjak pergi. Setelah Hae Gang pergi, Seok pun menatap iba ke arah sang adik.




Jin Eon duduk merenung di ruangannya. Ingatannya melayang pada kata2 Tae Seok tentang Hae Gang yang menginginkan posisinya untuk balas dendam padanya. Tak hanya itu, Jin Eon juga ingat kata2 Hae Gang tentang hubungan mereka yang sudah berakhir.


Jin Eon menggeleng. Ia mulai merasakan sesuatu yang ganjil pada diri Hae Gang. Jin Eon lantas meraih ponselnya, ia mengetikkan nama Hae Gang tapi kemudian urung menghubungi Hae Gang.


Sementara Hae Gang pergi ke kantor Seok. Langkahnya terhenti di tangga ketika dirinya menerima pesan singkat dari Jin Eon. Jin Eon mengaku bahwa hari itu ulang tahunnya dan ia meminta ucapan selamat dari Hae Gang. Hae Gang berpikir sejenak, dengan tatapan terluka, tapi ia memutuskan mengabaikan pesan Jin Eon.


Sementara di dalam, Seok lagi minum2. Tak lama kemudian, Hae Gang masuk dan langsung duduk di depan Seok. Tanpa berkata apa2, ia mengambil sekaleng soju di hadapannya.

“Do Hae Gang Sialan.  Aku yakin kau merasa aku bukan orang asing,a ku merasa kau tidak asing. Adikku pasti sengaja memanggilmu ke kafe. Supaya aku membuang hatiku ke tempat sampah, membuat aku membuangnya dengan mudah.” Ucap Seok.

“Jadi, apa kau sudah membuangnya?” tanya Hae Gang.


“Aku sedang dalam proses melakukannya. Setelah aku meminum semua ini aku berencana untuk membuangnya.” Jawab Seok.

“Kau bahkan belum membuang barang-barangku, aku yakin kau akan melakukannya dengan baik. Sepertinya kau belum membuang barang-barangku, semuanya masih ada di sana. Kenapa kau belum membuangnya? Kau harus membuangnya kalau aku memintanya.” Ucap Hae Gang.

“Itu tidak ada artinya bagiku. Kalau aku membuangnya. Bagaimana kalau pemiliknya menginginkannya kembali? Bagaimana kalau begitu?” jawab Seok.

“Apa kau tidak muak padaku? Tidak tahan padaku adalah sikap yang normal, benarkan?” tanya Hae Gang.

“4 tahun yang lalu, aku muak dan tidak tahan padamu, aku sudah melakukan itu. Aku sudah berpengalaman denganmu, Do Hae Gang. Pada saat itu, kau juga kasar dan tertutup. Saat orang-orang hidup seratus tahun, siapa yang perduli dengan empat tahun? Aku akan mencobanya sekali lagi, kenapa tidak? Setidaknya kali ini, aku tahu apa yang akan kulakukan, aku bahkan punya petunjuk yang hanya aku yang mengetahuinya. Aku rasa kali ini akan jauh lebih mudah daripada sebelumnya. Berjuanglah!” jawab Seok.

Hae Gang pun mulai berkaca2 menatap Seok.


“Itu adalah dinding, yang kita kira tidak akan bisa kita gerakkan . Pada saat itu, seorang pendaki dengan perlahan mendaki dinding itu. Itu adalah puisi yang sangat kau sukai.” Ucap Seok.

" Tanpa setetes air. Tempat dimana bahkan rumput tidak bisa tumbuh. Saat semua orang mengatakan bahwa itu adalah dinding yang tidak berguna. Seorang pendaki, tanpa tergesa-gesa terus bergerak maju." Jawab Hae Gang.


Seok pun terhenyak mendengarnya.


“Ini aku, Seok. Aku bilang ini aku, On Gi.” ucap Hae Gang.


Sementara itu, Jin Eon menunggu Hae Gang di hotel.


“Tolong bantu aku, Seok-ah. Supaya aku bisa memutar kembali hidupku, setidaknya sekarang. Supaya aku bisa membersihkan semua dosa-dosa yang kulakukan. Supaya aku bisa melindungi adikku yang malang dan supaya aku bisa bersama dengan pria itu, kumohon.... Tolong bantu aku, Seok.” Pinta Hae Gang.


Seok pun mengangguk. Tangis Hae Gang pecah. Sementara Seok menangis terharu. Ia tidak menyangka kalau Hae Gang masih mengingat semuanya. Sementara itu, Jin Eon masih menunggu Hae Gang di hotel, sembari menatap ke layar ponselnya, menanti balasan pesan dari Hae Gang dengan wajah cemas.


Kita lantas diperlihatkan pada flashback…. Ketika Hae Gang menyuruh Jin Eon keluar dari hidupnya. Saat itu, Hae Gang yang masih bersikap dingin pergi ke rumah Seok untuk mengambil barang2nya. Jin Eon menunggu Hae Gang di halaman rumah Seok.


Tangis Jin Eon pecah saat Hae Gang mengatakan hal itu. Hae Gang lantas beranjak pergi meninggalkan Jin Eon. Tanpa Jin Eon sendiri, Hae Gang juga menangis saat berjalan meninggalkan dirinya.

Bersambung……….

Akhirnya sampai juga di episode ini,, episode dimana kita mendapatkan penjelasan tentang sikap Hae Gang yang berubah dingin… Hae Gang melakukannya untuk melindungi Yong Gi.. dan juga agar dia bisa kembali bersama Jin Eon..

Satu hal yang menarik di sini…. Saat Seol Ri dengan pedenya mengira luka Hae Gang terbuka kembali bersamaan dengan kembalinya ingatan Hae Gang…. Harga dirinya pun keusik saat Hae Gang dengan entengnya mengaku akan membuang Jin Eon untuknya…

Preview Ep 31

0 Comments:

Post a Comment