The Legend Of The Blue Sea Ep 2 Part 1

Sebelumnya...

Dam Ryung tampak menerbangkan lentera bersama dengan anak2 di pinggir pantai. Namun lentera yang diterbangkan Dam Ryung terbang ke arah lain. Dam Ryung pun bergegas mengejar lenteranya. Dan ia menemukan lenteranya terdampar di tepi pantai. Saat mau mengambil lenteranya, ia terkejut karena melihat sesosok wajah.

"Siapa di sana?" tegur Dam Ryung lembut, tapi sosok itu tetap menyembunyikan diri.

"Jangan takut dan keluarlah." pinta Dam Ryung. Barulah sosok itu menampakkan dirinya. Sosok itu, Sim Chung.

Lalu kita mendengar sebuah narasi...

"Itu ikatan takdir yang tidak seharusnya terjadi. Tapi karena sudah terjadi.... mereka akan bertemu lagi."


Kemudian kita melihat si pria bangsawan bertanya apa takdir mereka akan terus terhubung? Dan, kalau ia terus mengikuti si walikota, maka ia bisa bertemu lagi dengan si putri duyung? Pria bangsawan itu lantas tersenyum menyeringai.


Sementara itu, Sim Chung berkata bahwa Dam Ryung memintanya untuk tidak takut, tapi Dam Ryung sendiri merasa takut. Dam Ryung terkejut karena si putri duyung bisa bicara. Sim Chung berkata, tidak ada alasan bahwa putri duyung tidak bisa melakukan apa yang dilakukan manusia.

"Lalu kenapa kau tidak mengatakan apapun saat itu?" tanya Dam Ryung.

"Aku melakukannya, tapi hanya saja mereka tidak mendengar." jawab Sim Chung.


Kita lantas diperlihatkan pada sebuah flashback dimana Sim Chung masih berada di kolam dalam keadaan tangan terikat. Pria bangsawan itu berkata ingin menjadikan putri duyung sebagai tontonan yang langka. Ketika tirainya dibuka, Sim Chung menatap Dam Ryung dengan tatapan tidak berdaya dan memohon pertolongan Dam Ryung dengan suara pelan.


"Putri duyung bisa mendengar pikiran satu sama lain jadi tidak ada alasan untuk berbicara." ucap Sim Chung.

"Lalu apa manusia tidak bisa mendengar pikiran putri duyung?" tanya Dam Ryung.

"Beberapa waktu yang lalu, seorang anak laki2 jatuh cinta pada seekor putri duyung dan mendengar suara putri duyung." jawab Sim Chung.

"Lalu apa yang terjadi pada anak laki2 itu?" tanya Dam Ryung.


Sim Chung terdiam dan mengalihkan pandangannya ke anak2 yang sudah mulai bubar. Dam Ryung kemudian menatap Sim Chung dan bertanya apakah mereka bisa bertemu lagi? Sim Chung pun berkata kalau lentera keinginan mengapung di atas laut, maka ia akan menganggapnya sebagai tanda bahwa mereka akan bertemu lagi.

Sim Chung kemudian menenggelamkan dirinya. Dam Ryung tampak tertegun.


Si pria bangsawan bertanya pada pengawalnya, apa pengawalnya mengawasi Dam Ryung dengan seksama. Si pengawal pun melapor, memberitahu kalau Dam Ryung mengatakan sesuatu yang aneh pada para prajurit.


Sim Chung tampak menari2 di dalam lautan. Tak lama, ia muncul ke permukaan karena melihat lentera yang beterbangan di langit. Sim Chung pun terpana saat melihat puluhan lentera beterbangan di langit.


Tak lama kemudian, Dam Ryung muncul dengan perahunya. Keduanya pun saling bertatapan dalam diam.


Adegan lantas beralih ke masa depan, dimana Joon Jae datang memayungi Sim Chung. Sim Chung tersenyum tatkala melihat Joon Jae. Sim Chung kemudian mengulurkan tangannya. Dan, Joon Jae menyambut uluran tangan Sim Chung itu.

"Apa kau tahu hal yang paling kubenci? Pergi tanpa berpamitan. Itu sebabnya aku datang untuk berpamitan denganmu. Tidak ada alasan lain." ucap Joon Jae.


Sim Chung diam saja dan menggigil kedinginan. Joon Jae yang sebenarnya tak tega berusaha bersikap biasa saja.

"Bagaimana pun aku sudah melakukan apa yang menjadi tujuanku, jadi aku akan pergi." ucap Joon Jae.


Tapi Joon Jae tetap tidak bisa melawan perasaan ibanya. Hal ini terbukti dengan dirinya yang sudah semobil dengan Sim Chung. Sim Chung masih terus menggigil meski sudah memakai jaket Joon Jae. Melihat Sim Chung yang terus saja menggigil, Joon Jae pun mampir ke kedai kopi untuk membelikan Sim Chung kopi.


Joon Jae bahkan membukakan tutup cangkirnya dan meniupkan kopinya. Melihat Joon Jae yang meniup2 kopinya, Sim Chung meniru Joon Jae. Joon Jae tertawa geli melihat tingkah Sim Chung, namun ia mulai sebal saat Sim Chung tak berhenti meniup kopinya.

"Apa kau benar2 tidak punya tempat untuk kau tuju? Entah rumah atau asrama atau nomor ponsel seseorang yang kau kenal? Seorang wali atau semacam teman begitu?" tanya Joon Jae.


Yang diajak ngobrol, malah asyik menikmati kopi sampai tetes terakhir. Joon Jae pun mengeluh sebal.


Joon Jae lantas mengajak Sim Chung ke tempatnya yang mirip dengan gereja. Sim Chung melongo saat melihat Joon Jae menghidupkan lampu memakai sebuah kartu. Joon Jae kemudian melemparkan pakaian ganti ke arah Sim Chung dan menyuruh Sim Chung mengganti pakaian selama ia mandi. Setelah Joon Jae pergi, Sim Chung pun menatap kartu hotel yang digunakan Joon Jae tadi untuk menghidupkan lampu dengan wajah penasaran.


Sim Chung pun langsung menarik kartu itu ke atas. Otomatis lampu langsung mati. Joon Jae yang lagi mandi pun terkejut karena lampunya tiba2 mati. Sim Chung kemudian memasukkan kartunya lagi. Lampu pun kembali menyala. Sim Chung yang takjub melihatnya pun terus melakukan hal itu berulang2.

"Hei, nyalakan lampunya!" teriak Joon Jae dari kamar mandi.


Tak lama kemudian, lampu pun menyala. Tapi kemudian mati lagi. Sim Chung terus melakukannya berulang2 karena merasa takjub melihat lampu yang hidup mati. Joon Jae yang kesal pun akhirnya keluar dari kamar mandi.

"Berikan padaku!" pinta Joon Jae, tapi Sim Chung malah nyembunyiin kartu itu di balik punggungnya.


Joon Jae pun berusaha mengambil kartu itu dari Sim Chung. Seketika Sim Chung terdiam saat wajahnya berdekatan dengan wajah Joon Jae. Tapi Joon Jae gak peduli dan terus berusaha mengambil kartu itu. Tak lama kemudian, Joon Jae berhasil mengambil kartunya dan lampu pun kembali menyala.


Joon Jae lantas mengalihkan pandangannya ke Sim Chung. Melihat ekspresi Sim Chung, ia pun bisa menebak kalau gadis itu merasa malu berdekatan dengannya.

"Tidak! Jangan lakukan itu! Jangan merasa malu! Tipe idealku adalah seorang wanita yang pintar. Benar2 kebalikan darimu!" ucap Joon Jae.

Tapi Sim Chung malah menatapnya dengan tatapan menggoda.

"Jangan menatapku seperti itu! Agar kau tidak salah paham, aku akan mengatakannya dengan jelas.  Alasanku membawamu ke sini adalah karena hari sudah hampir malam, hujan dan kau sedikit aneh jadi aku akan membiarkanmu berada di sini hanya untuk satu malam saja. Jadi kubur harapanmu untuk berhubungan denganku. Bangun dari mimpimu, dengar!" ucap Joon Jae.


Joon Jae lantas beranjak pergi. Tapi Sim Chung malah senyum2 sendiri sambil mengetuk2kan kedua jari telunjuknya.


Joon Jae pun masuk ke kamarnya. Ia sengaja mengunci pintu kamarnya karena cemas kalau2 Sim Chung mengikutinya. Tak lama kemudian, Joon Jae menatap wajah gantengnya di cermin dan bernarsis2 ria.


Sim Chung mengitari kamar hotel Joon Jae sendirian. Ia pun terkejut ketika mendengar bunyi ponsel Joon Jae. Sim Chung pun bergegas mendekat dan menatap heran ke arah ponsel Joon Jae itu.


Di sisi lain, Cha Si A merasa kesal karena panggilannya tidak dijawab seseorang. Tak lama kemudian, kakak iparnya, Ahn Jin Joo datang dan meledek Si A yang terus diabaikan oleh seorang pria.  Si A pun memilih tidak meladeni sang kakak. Ia berkata, akan lembur di laboratorium. Jin Joo pun mengoceh akan sangat bagus bila Si A pergi sekolah kedokteran seperti yang disarankan ibu Si A.

 "Itu, konser apapun yang kau katakan..." kata Jin Joo.

"Konservasi ilmu pengetahuan, Eonni. Kalau kau mengatakan bahwa tujuan ilmu kedokteran adalah memperpanjang kehidupan manusia maka konservasi ilmu pengetahuan adalah pekerjaan penting yang memperpanjang umur warisan budaya umat manusia." jawab Si A.

"Kalau begitu cepatlah pergi dan perpanjang kehidupan pot keramik, batu tinta dan anak2 itu."sinis Jin Joo.


Si A pun pergi. Jin Joo duduk di ruang makan, di depan Mo Yoo Ran yang lagi sibuk melipat pakaian.

"Tapi apa bibinya Ji Hyun lulusan dari KAIST?" tanya Yoo Ran.


"Kenapa?"tanya Jin Joo balik.

"Putraku juga kuliah di sana." jawab Yoo Ran.

"Yang selalu kau bicarakan setiap waktu? Yang kau bilang tampan itu?" tanya Jin Joo.

"Saat anakku masih kecil, matanya sangat cantik. Saat aku membawanya keluar, sulit untuk berjalan 10 langkah bersamanya karena orang2 selalu ingin menggendong dan menyentuhnya." jawab Yoo Ran.

"Ini adalah masa yang sulit bagi naga karena dilahirkan dari sebuah sungai kecil." sindir Jin Joo.

"Ini bukan sungai yang kecil. Ini adalah lautan luas yang biru." jawab Yoo Ran.

"Apa kau memiliki latar belakang luar biasa yang tidak aku ketahui?" tanya Jin Joo.

Tapi Yoo Ran tidak menjawab dan beranjak pergi begitu saja. Ponsel Jin Joo kemudian berdering. Jin Joo pun senang mendengar kabar bahwa Jin Ok tak bisa datang karena habis kena tipu.


Jin Ok adalah wanita yang ditipu Joon Jae di kantor jaksa. Ia baru menyadari kalau dirinya kena tipu dan merasa malu karena berita dirinya kena tipu sudah menyebar. Jin Ok mengaku sudah tidak bisa lagi menggunakan Jang Jin Ok.

"Ganti saja namamu, itu hanya membutuhkan waktu satu minggu." saran anak buahnya (oooh, jadi si gendut itu anak buahnya toh, bukan suaminya).

Jin Ok pun tambah kesal dan langsung berdiri menatap galak bawahannya sampai bawahannya ketakutan dan langsung berlutut padanya. Jin Ok lantas menyuruh bawahannya menangkap si penipu itu karena sudah mengacaukan kehidupan keluarganya dan membuatnya malu.

"Pastikan untuk menangkap semuanya, terutama si kurang ajar yang berpura2 menjadi jaksa, pastikan kalian menangkapnya. Kalau perlu bunuh saja dia." perintah Jin Ok.


Joon Jae yang tengah asyik menonton film di laptopnya, dikejutkan dengan kemunculan Sim Chung yang tiba2. Sim Chung kemudian duduk disamping Joon Jae dan meraih laptop yang diletakkan Joon Jae di atas meja dengan tatapan kagum. Sim Chung memukul2 layar laptop, kemudian tersenyum menatap Kang Dong Won yang ada di layar.

"Apa begitu tatapanmu setiap kali melihat pria yang cukup tampan?" tanya Joon Jae.

Sim Chung kemudian mencium Kang Dong Won yang ada di layar.

"Apa kau fans garis keras pria tampan?" tanya Joon Jae lagi.


Tapi Sim Chung yang diajaknya ngobrol terus terusan memainkan laptop. Joon Jae akhirnya mengalah dan memilih tidur.


Setelah Joon Jae pergi, Sim Chung tampak asyik menonton film yang membuatnya menangis dan tertawa terbahak2. Sim Chung juga melihat video tinju dan ia pun langsung menirukan berbagai gerakan tinju yang makin membuatnya terlihat gila.


Sorot mata Sim Chung seketika berubah serius saat menonton liputan tentang lautan biru.


Keesokan harinya, Joon Jae yang baru bangun terkejut melihat kelopak mata Sim Chung yang menghitam gara2 terjaga semalaman. Joon Jae pun bertanya berapa umur Sim Chung sampai2 Sim Chung sebegitu sukanya pada seorang selebriti. Joon Jae lantas ingin menaruh laptopnya di meja, tapi Sim Chung tidak mau melepaskan laptop Joon Jae.


Tak lama kemudian, Joon Jae menerima panggilan dari Nam Doo.

"Kita tidak menyadari bahwa Myeong Dong Capital adalah tempat yang menakutkan. Dia mengutus orang untuk menangkap kita menggunakan pesawat yang mahalnya dua kali lipat di musim libur seperti ini." ucap Nam Doo.

"Hyung, kau tertangkap?" tanya Joon Jae kaget.

"Bukan aku, tapi kau. Kenapa kau begitu ceroboh sehingga GPSmu bisa dilacak?" ucap Nam Doo.

Nam Doo lantas meminta Joon Jae mengirim gelang giok itu padanya. Tapi Joon Jae langsung menutup teleponnya begitu saja dan bersiap2 pergi.

Orang2 suruhan Jin Ok hampir tiba di tempat Joon Jae. Joon Jae buru2 mengemas barangnya sambil menyuruh Sim Chung mengingat2 tempat tinggalnya.

"Kalau kau tidak ingat, minta bantuan kantor pelayanan masyarakat." ucap Joon Jae.


Joon Jae pun beranjak pergi, tapi tak lama ia balik ke kamarnya dengan wajah frustasi.

Sementara orang2 suruhan Jin Ok sudah tiba di hotel.

Di kamarnya, Joon Jae berusaha untuk tenang. Ia lantas melihat ke arah jam weker, tabung gas dan botol. Orang2 Jin Ok mulai memeriksa kamar satu per satu. Di kamarnya, Joon Jae meraih tiga benda itu. Salah seorang preman menemukan satu kamar yang terkunci. Mereka pun membuka paksa kamar itu dengan cara di bor.


Tapi pas masuk, orang2nya Jin Ok malah merunduk ketakutan saat menemukan bom buatan Joon Jae. Tapi ketika waktunya habis, bukannya meledak tapi malah kedengaran suara alarm. Orang2nya Jin Ok merangsek ke balkon dan menemukan kain yang disambung2 yang digunakan Joon Jae buat turun.


Mereka pun kejar2an di pinggir pantai. Joon Jae tampak menggenggam erat tangan Sim Chung. Sim Sim Chung sendiri malah menikmati pelariannya dengan Joon Jae sembari menatap ke arah birunya lautan.


Saat sampai di gang sempit, mereka nyaris tertangkap. Tapi Sim Chung dengan santainya mengibas rambutnya membuat orang itu terpental cukup jauh. Salah seorang berhasil memegang tubuh Joon Jae. Melihat itu, Sim Chung langsung menarik tubuh orang itu dan melemparkannya cukup jauh.


Joon Jae kemudian menemukan sepeda. Ia pun langsung menyuruh Sim Chung untuk naik. Sim Chung tampak sangat menikmati pelariannya dengan Joon Jae. Ia memeluk erat2 pinggang Joon Jae, kemudian melambaikan tangan pada seseorang yang ditemuinya tanpa beban. Sim Chung juga memetik bunga dan menyelipkannya ke saku Joon Jae. Joon Jae hanya tersenyum simpul melihat kelakuan Sim Chung.


Orang2 Jin Ok juga berhasil menemukan sepeda. Tapi dengan sekali tendangan dan tepukan saja, Sim Chung berhasil membuat orang2 itu terpelanting cukup keras.

"Sumimasen." ucap Sim Chung pelan, yang artinya minta maaf (Bahasa Jepang).


"Apa kau baik2 saja? Kau tidak terluka, kan? Aku sangat khawatir kalau mereka terus mengejar kita, tapi mereka tidak bisa mengimbangi kecepatanku. Tapi yang harus kau tahu bahwa kita bisa lolos dari mereka berkat diriku." ucap Joon Jae pede.


Keduanya lantas kembali melanjutkan pelarian mereka namun sial, mereka menemui tangga. Sim Chung langsung loncat dari sepedan dan memegangi sepeda sebelum Joon Jae sempat jatuh. Melihat orang2 Jin Ok yang berguling di tangga, Joon Jae menggenggam tangan Sim Chung dan mengajak Sim Chung lari namun orang2 Jin Ok sudah menunggu mereka di bawah.

Joon Jae pun langsung membawa Sim Chung ke pojokan dan menyuruh Sim Chung menunggunya di sana.


Saat Joon Jae sibuk berkelahi dengan 2 preman yang menghadang mereka, tanpa ia sadari gerombolan preman berlari ke arahnya dari belakang. Sim Chung pun tak tinggal diam. Ia mengangkat salah seorang preman dan melemparkan preman itu dengan entengnya sampai si preman menghantam kaca. Tak hanya itu, Sim Chung juga menendang preman yang lain sampe si preman terlempar ke arah kaca.


Dengan gaya kung fu yang dipelajarinya dari film Bruce Lee, Sim Chung sukses membuat 3 preman lainnya terlempar ke udara, sementara Joon Jae dengan susah payah menghajar2 para preman itu.


Joon Jae lalu memamerkan tinjunya ke Sim Chung setelah berhasil memukuli si preman. Ia tak sadar, kalau sejak tadi Sim Chung sudah berhasil menghajar gerombolan preman di belakangnya.


Joon Jae seketika terdiam saat si bos preman datang dan mengarahkan pistol padanya. Beberapa saat kemudian, Joon Jae menyalakan pemantik apinya dan mensugesti si bos preman untuk menjatuhkan pistol itu, tapi kali ini hipnotis Joon Jae gagal total.

"Kau memiliki mental yang kuat." puji Joon Jae.

"Diamlah. Apa yang ingin kau lakukan? Kalau aku menembakmu di sini, polisi Eropa akan datang dan situasinya menjadi rumit." jawab si bos preman.

"Aku tidak ingin semuanya menjadi rumit, aku ingin tetap sederhana." ucap Joon Jae.

"Kalau begitu, masuk lah ke mobil dan ikuti jalur sederhana." suruh si bos preman.


Joon Jae pun dengan patuh masuk ke mobil. Ketika Joon Jae akan dibawa pergi, Sim Chung mengejarnya. Joon Jae pun memberi kode agar Sim Chung tidak mengejarnya.

Bersambung ke part 2

0 Comments:

Post a Comment