The Legend Of The Blue Sea Ep 3 Part 1

Sebelumnya....


Adegan dibuka dengan Sim Chung yang berenang menuju permukaan. Di langit, ia melihat banyak sekali lentera yang beterbangan. Tak lama kemudian, Dam Ryung pun datang. Untuk sesaat, mereka saling bertatapan sebelum akhirnya Dam Ryung menanyakan nama Sim Chung.

"Namaku adalah Sae Wa." ucap Sim Chung.


Dam Ryung terkejut, ia lalu memberitahu Sim Chung bahwa dirinya memiliki seorang adik bernama Sae Wa yang sudah meninggal.

"Arti nama itu adalah...." ucap Dam Ryung.

"Seorang anak yang periang." jawab Sim Chung yang lagi2 membuat Dam Ryung terkejut.

"Seseorang yang memberiku nama itu. Haruskah aku menceritakannya padamu?" ucap Sim Chung.

Flashback...

--Musim Panas, 20 tahun lalu--


"Ada seorang anak yang datang dari Hanyang untuk mengunjungi keluarga ibunya dan bermain di pantai." ucap Sim Chung.


Anak itu, kemudian ditantang oleh teman2nya untuk berenang sampai ujung pantai. Anak itu menyanggupinya, namun teman2nya tidak percaya. Anak itu pun berusaha membuktikan ucapannya bahwa ia sanggup berenang sampai ujung pantai. Namun akhirnya, anak itu tenggelam. Seekor putri duyung pun datang menyelamatkan anak itu. Anak itu kemudian memberitahu namanya adalah Dam Ryung. Namun sayangnya, si putri duyung tidak memiliki nama.

"Jika kau tidak memiliki nama, aku yang akan memberikannya. Namau adalah Sae Wa, yang artinya anak yang periang." ucap Dam Ryung.


Dam Ryung dan Sae Wa  kemudian bermain air dengan gembira.

"Setelah musim panas berakhir, anak itu harus kembali ke rumahnya di Hanyang. Tapi setiap kali punya kesempatan, dia selalu mencoba untuk kembali ke pantai." ucap Sim Chung.


Dam Ryung merengek2 minta diizinkan ke pantai. Sang ayah akhirnya memberi izin dengan syarat Dam Ryung harus belajar dengan giat.


"Anak itu memberikan putri duyung makanan yang belum pernah dirasakan oleh putri duyung dan memperlihatkan banyak hal indah untuk pertama kalinya. Kemarin dan hari ini, keduanya menghabiskan waktu bersama dan tumbuh bersama." ucap Sim Chung.


Dam Ryung lantas memberitahu Sae Wa bahwa dirinya akan menikah. Namun Sae Wa sama sekali tidak mengerti arti menikah. Dam Ryung pun berkata, bahwa ia akan hidup dengan gadis lain. Bahwa dirinya hanya bisa melindungi dan menyukai gadis itu.

"Jadi kau tidak akan ke pantai lagi?" tanya Sae Wa.

"Aku tidak tahu." jawab Dam Ryung.

"Kau tidak bisa hidup di darat?" tanya Dam Ryung.


"Mungkin saja bisa setelah aku beranjak dewasa. Kudengar jika putri duyung naik ke daratan, mereka akan memiliki kaki seperti manusia, tapi tidak sekarang." jawab Sae Wa.

"Aku tidak ingin meninggalkanmu. Aku tidak mau menyukai dan melindungi gadis lain. Aku tidak mau hidup kalau bukan denganmu." ucap Dam Ryung.

"Apa yang harus kita lakukan? Aku tidak bisa hidup di darat dan kau tidak bisa hidup di air." jawab Sae Wa.


Sae Wa yang sedih, melompat kembali ke air.


Di malam pertamanya, Dam Ryung pergi meninggalkan pengantinnya. Ia mengendarai kuda selama beberapa hari menuju ke samudera. Setibanya di sana, Dam Ryung berteriak memanggil Sae Wa. Tapi karena Sae Wa tak kunjung muncul, ia melompat ke dalam laut karena tahu Sae Wa akan datang menolongnya.

"Namun satu hal penting yang ia lupakan, bahwa putri duyung memiliki kemampuan khusus. Putri duyung bisa menghapus ingatan tentang dirinya dari ingatan manusia jika mencium manusia." ucap Sim Chung.

Sae Wa pun mencium Dam Ryung agar dirinya bisa hilang dari ingatan Dam Ryung.


Saat tersadar, Dam Ryung terkejut dan bingung mendapati dirinya di pinggir pantai. Ingatannya tentang Sae Wa pun sudah lenyap.

Flashback end....


Mereka pun dipertemukan 20 puluh tahun kemudian. Dam Ryung memberitahu Sae Wa bahwa istrinya meninggal karena kanker paru2 setelah pernikahan.

"Sampai hari kematiannya, ia membenciku karena aku lari di malam pertama pernikahan kami. Aku tidak ingat apa2, aku lupa kenapa aku lari malam itu." ucap Dam Ryung.

Dam Ryung kemudian menyadari sesuatu. Ia kemudian menatap Sim Chung dan bertanya apakah dirinya adalah anak itu.

Sim Chung diam saja. Ia mendekati perahu Dam Ryung dan menatap Dam Ryung dalam2.


Kembali ke masa modern, dimana Sim Chung (Sae Wa) datang menolong Joon Jae yang tenggelam. Joon Jae terkejut saat melihat ekor ikan Sim Chung. Sim Chung kemudian menghapus ingatan Joon Jae dengan menciumnya. Seketika, ingatan Joon Jae saat dirinya memberikan payung pada Sim Chung pun terhapus. Juga ingatan saat mereka berada di taman labirin ikut terhapus.


Joon Jae yang terdampar di sebuah pulau akhirnya tersadar karena kalimat cinta Sim Chung. Ia pun berusaha mengingat aktivitasnya di Spanyol. Sosok Sim Chung tak ada di ingatannya.

"Kenapa aku melompat dari tebing itu? Aku pasti sudah gila. Oh, kepalaku..." ucap Joon Jae.


Joon Jae lalu terheran2 saat melihat tangannya terpasang gelang giok Sim Chung. Dan disampingnya, terdapat sebuah mutiara sebagai penanda terhapusnya ingatan tentang Sim Chung.


Joon Jae kini berada di pesawat. Saat melihat ke bawah, ia mengernyit heran melihat sesuatu yang bersinar2 di dalam laut. Namun pandangannya langsung teralih saat seorang pramugari datang menawarkannya segelas wine.


Di bawah sana, Sim Chung berkaca2 melihat pesawat yang membawa Joon Jae pergi.


Joon Jae akhirnya tiba di Bandara Incheon. Di bandara, siaran TV menyiarkan wajah Ma Dae Young, terduga pelaku pembunuhan. Tanpa sengaja, mereka berpapasan dan Dae Young menyamar sebagai juru parkir.


Joon Jae kembali ke rumahnya dan ia menemukan Nam Doo di sana. Nam Doo terkejut melihat Joon Jae yang masih hidup. Akan tetapi, Joon Jae malah marah2. Ia memukul dan juga mencekik Nam Doo. Nam Doo pun memberi alasan bahwa ia juga memikirkan Joon Jae selama ini.

"Lalu kenapa kau memasuki rumah ini seolah2 ini rumahmu? Kalau aku tidak kembali, apa kau akan mengakui rumah ini sebagai rumahmu?" protes Joon Jae.

Nam Doo lantas kabur ke dalam rumah. Joon Jae menghela napas dan berkata kalau Nam Doo orang yang tidak bisa dipercaya.


Joon Jae masuk, ia mendapati Tae Ho lagi asyik mainin game.

"Taruh tasmu disitu. Jangan sungkan." ucap Nam Doo.

"Aku tidak sungkan! Kenapa? Karena ini rumahku!" jawab Joon Jae.


Joon Jae lantas bertanya apa Tae Ho meretas password rumahnya. Nam Doo berkata bahwa tidak ada rumah di Korea yang tidak bisa dimasuki Tae Ho. Joon Jae pun menyuruh kedua temannya itu pergi.

"Apa maksudmu pergi? Rumah kami sudah hancur. Ini adalah satu2nya rumah yang belum diketahui mereka karena kau pindah dan membersihkan alamat yang dulu dengan cepat." ucap Nam Doo.


Nam Doo lantas mengungkit Nyonya Jang Jin Ok yang akan melakukan apa saja untuk menangkap mereka. Joon Jae cuek, ia terus melahap apelnya. Tak lama kemudian, Nam Doo mengajak Joon Jae bicara diluar.

"Tunjukkan padaku." pinta Nam Doo.

"Apa?" tanya Joon Jae bingung.

"Jangan pura2 di depanku. Sebenarnya aku cemas kalau kau tidak kembali karena itu. Aku benar2 cemas." jawab Nam Doo.

"Itu apa?" tanya Joon Jae.

"Tentu saja kau dan uang 6 miliar won ku." jawab Nam Doo.

"Apa yang kau bicarakan? Aku lelah." ucap Joon Jae.


"Gelang itu... Gelang Jadite, yang dengan tekstur, kekerasan, transparansi, dan warna yang semua tampak begitu nyata." jawab Nam Doo.

"Darimana kau tahu?" tanya Joon Jae?

"Darimana? Kau sendiri yang bilang padaku." jawab Nam Doo.

"Aku?" tanya Joon Jae.

"Kau bilang kau mengambilnya dari seorang gadis yang kau temui di Spanyol." jawab Nam Doo.


"Seorang gadis? Gadis apa?" tanya Joon Jae.

"Orang lain mungkin akan tertipu. Mereka semua bisa ditipu tapi aku tidak. Jangan begini Joon Jae-ya." jawab Nam Doo.

"Apa maksudmu? Gadis yang kutemui di Spanyol?" tanya Joon Jae.

"Kau bilang kau bertemu dengan gadis bodoh, linglung dan aneh!" sewot Nam Doo.


Sementara itu, si putri duyung menyusuri laut lepas sambil mengenakan kacamata gaulnya.


Nam Doo menunjukkan foto gelang yang dikirimkan Joon Jae melalui SMS pada Joon Jae. Joon Jae pun merasa bingung. Mengira Joon Jae berbohong padanya, Nam Doo pun berkata kalau Joon Jae baru pulang dari Hollywood dan bukan Spanyol karena akting berbohong Joon Jae sangat hebat. Joon Jae pun berkata kalau dirinya tidak pernah mengirimi pesan itu ke Nam Doo dan tidak bertemu dengan gadis yang dikatakan Nam Doo.

"Apa kau memiliki gelangnya?" tanya Nam Doo.

"Aku memilikinya." jawab Joon Jae.

"Lihat, kau memilikinya! Bukankah kau bisa mengenali bahwa itu benda yang luar biasa? Dimana kau mendapatnya? Kau tidak ingat?" tanya Nam Doo.


Joon Jae pun berusaha mengingat saat dirinya bermain korek api dengan seorang gadis tapi ia tak bisa ingat dengan jelas sosok gadis itu.

"Begini saja, aku tidak mau tahu apa yang kau bicarakan. Kita lihat dulu benda itu, lalu menjualnya." ucap Nam Doo.

"Kita lihat nanti." jawab Joon Jae.


"Lihat? Melihat apa? Apa yang ingin kau lihat?" protes Nam Doo.

"Situasinya sedang tidak beres. Aku juga merasa gelisah, jadi biarkan aku yang menyelidikinya terlebih dahulu." jawab Joon Jae, lalu beranjak pergi.

"Oke, oke! Aku akan dengan senang hati mengambil kegelisahanmu! Kau serahkan saja gelang itu dan kau akan terbebas dari beban itu! Joon Jae-ya!" teriak Nam Doo.


Sim Chung muncul di permukaan, ia menatap bulan dan teringat kata2 Joon Jae tentang Seoul.

Flashback on...


"Apa kau akan pergi ke Seoul?" tanya Sim Chung.

"Benar, itu rumahku." jawab Joon Jae.

Sim Chung kemudian memejamkan matanya dan merasakan angin yang menerpa kulitnya.

"Kau harus pergi juga." ucap Joon Jae.


Joon Jae lantas menghentikan mobilnya. Ia berkata, bahwa dirinya tidak bermaksud merayu Sim Chung pergi ke Seoul, jadi Sim Chung tidak boleh paham.

"Di Seoul akan ada banyak hal yang kau suka. Misalnya restoran yang enak. Kau suka makan. Kau lapar setiap waktu." ucap Joon Jae.

Sim Chung hanya mengangguk sembari menatap Joon Jae.


"Juga ada tempat yang disebut Sungai Han. Pada musim gugur, ada pesta kembang api di sana. Aku ingin melihatnya dari tempat yang bagus di Gedung 63. Itu sangat indah. Aku akan melihatnya bersama denganmu." ucap Joon Jae.

"Bersama?" tanya Sim Chung pelan.

"Ya, bersama denganku." jawab Joon Jae.

Sim Chung pun tertegun mendengarnya. Ia menatap Joon Jae dalam2, sebelum akhirnya tersenyum dan mengangguk.

"Kau berjanji, itu artinya kau harus menepatinya." ucap Joon Jae.

Sim Chung mengangguk.

"Kalau ada janji?" tanya Joon Jae.

"Harus ditepati." jawab Sim Chung.

"Tepat sekali." puji Joon Jae, lalu tersenyum dan mengusap kepala Sim Chung.

Flashback end...


Sim Chung pun berusaha menepati janjinya. Ia mengarungi laut lepas menuju Seoul.


Joon Jae yang sedang tidur dibangunkan oleh mimpinya saat ia tenggelam dan mendengar kalimat cinta Sim Chung.

"Siapa dia? Apa ini?" tanya Joon Jae. Lalu terdengar suata detakan jantung Joon Jae.

"Aku bisa gila kalau begini." ucap Joon Jae lagi sambil memegangi dadanya.

-- 3 Bulan Kemudian--


Joon Jae melihat acara televisi yang menampilkan Gil Joong. Gil Joong sedang menjelaskan konsep pengembang real estate nya.

"Sederhananya pengembang real estate menggunakan imajinasi untuk menciptakan sesuatu dari nol. Biasanya surveyor akan melihat kompleks apartemen atau..."

Joon Jae pun mematikan TV nya dan tampak sebal setelah melihat tayangan itu.


Gil Joong sendiri lagi di lapangan golf dan berbicara dengan rekan bisnisnya.


Di sisi lain, kita melihat Jin Joo yang mengobrol dengan Kang Seo Hee.


Setelah itu, Jin Joo, Seo Hee, Gil Joong ngobrol dengan pria itu. Pria itu berkata, bahwa ia lebih merasa aman dengan anak laki2nya.

"Anak perempuan memang manis, tapi anak laki2 seperti sebuah replika. Dia menyerupai aku semakin dia dewasa. Gen memang hal yang menakjubkan." ucap pria itu, membuat Seo Hee dan Gil Joong tersentak.

Tak ingin suasana semakin kaku, Jin Joo pun langsung membuat alasan kalau ibu mertuanya menelpon dan menarik pria itu pergi.


Pria itu heran, ia ingin tahu ada apa. Jin Joo pun menjelaskan soal rumor yang beredar bahwa anak yang diurus Gil Joong selama ini bukanlah anak kandungnya. Dan wanita bernama Kang Seo Hee yang duduk disamping Gil Joong adalah istri keduanya.

"Dia mengusir istri pertamanya dan membawa anaknya dan menolak untuk pergi. Putra pertama CEO Heo kabur dan mereka tidak punya kabar apapun tentang dia." ucap Jin Joo.

"Aku tidak tahu." jawab pria itu.

"Sudah kubilang kan berhenti baca koran dan bacalah majalah! Hal2 seperti ini adalah suatu keharusan dalam bidang ini." ucap Jin Joo.

"Aku terlalu banyak bicara tadi. Kau liat bagaimana dia mendengar aku bicara tadi?" sesal pria itu.

"Tentu saja aku lihat." jawab Jin Joo.

"Apa yang terjadi dengan anak kandungnya?" tanya pria itu.

"Dia gila!" jawab Jin Joo.


Joon Jae ngomel2 karena semua bir nya dihabiskan oleh Nam Doo dan es krim nya dimakan Tae Ho. Joon Jae menyuruh Nam Doo dan Tae Ho pergi dari rumahnya karena mereka sudah tinggal di rumahnya selama 3 bulan. Nam Doo pun berkata mereka tak bisa pergi karena orang2nya Jin Ok masih mencari mereka.

"Mereka pikir kau sudah mati jadi mereka tidak akan mencarimu." ucap Nam Doo.

"Lalu apa? Kau mau tinggal di sini? Di sini?" tanya Joon Jae kesal sambil beranjak mendekati Nam Doo.

Nam Doo yang lagi tiduran pun langsung bangun dan menghindar.

"Tenanglah. Kita perlu segera beraksi untuk pekerjaan baru. Aku juga tidak nyaman! Aku bukan seseorang yang tidur dan makan dengan laki2 dalam satu rumah!" ucap Nam Doo.


Joon Jae yang kesal akhirnya melemparkan bantal pada Nam Doo. Sementara kedua temannya sibuk berdebat, Tae Ho malah cuek dan asyik main game. Joon Jae hanya bisa menghela napas melihatnya.


Sim Chung muncul di tengah2 para pemancing yang lagi beristirahat. Ia menanyakan kemana arah Seoul. Si pemancing pun menyuruh Sim Chung lurus di sepanjang pantai barat lalu belok ke kanan. Sim Chung pun kembali menyelam. Para pemancing terkejut karena Sim Chung mau ke Seoul dengan berenang.

"Apa dia Haenyeo?"

"Tidak! Dia monster air!" seru para pemancing.


Para ahjumma tampak sibuk membersihkan sampah di pesisir pantai. Mereka kemudian berkumpul dan mengenang keajaiban Nabi Musa. Para ahjumma itu juga senang karena berhasil membuat jembatan dari pasir yang dibuat di tengah2 laut. Tak lama kemudian, Sim Chung yang sudah menjelma menjadi seorang manusia muncul dan berjalan di tepi pantai. Para ahjumma pun langsung bertanya2, apa Sim Chung manusia? Bagaimana mungkin Sim Chung muncul dari tengah laut.

"Apa ini Seoul?" tanya Sim Chung.

"Bu... bukan!" jawab salah satu dari para ahjumma itu.


"Aku harus pergi lebih jauh lagi? Ini melelahkan. Aku terlalu banyak berenang sampai rasanya aku ingin muntah." ucap Sim Chung.

"Agasshi, kau mau ke Seoul? Ikut saja dengan kami. Kami juga mau ke Seoul." ajak para ahjumma itu.


Sim Chung akhirnya tiba juga di Seoul. Ia ke Seoul dengan menaiki sebuah bus. Namun penampilannya yang awut2an membuat ia mendapat tatapan aneh dari orang2 di sekelilingnya. Sim Chung bingung sendiri.

"Ada lebih banyak orang dibanding ikan2 kecil. Bagaimana caranya aku menemukan Heo Joon Jae?" gumam Sim Chung.

Bersambung ke part 2........

0 Comments:

Post a Comment