I Have a Lover Ep 41 Part 2

Sebelumnya...


Presdir Choi tiba di kantor kejaksaan ditemani Sopir Kim. Presdir Choi menyuruh Sopir Kim pulang, tapi Sopir Kim menolak dan mengatakan akan menunggu Presdir Choi diluar. Bersamaan dengan itu, Hae Gang sedang berjalan keluar meninggalkan kantor kejaksaan. Keduanya bertemu. Presdir Choi menatap Hae Gang dengan tatapan kecewa.

“Kau membuat kesalahan besar sekarang.” ucap Presdir Choi.

“Aku akan pergi duluan. Semoga beruntung dengan penyelidikannya.” Jawab Hae Gang.


Namun Presdir Choi menghalangi langkah Hae Gang dengan tongkatnya.

“Kau akan menangkapku?” tanya Presdir Choi.

“Bukan aku, tapi jaksa yang di dalam yang akan melakukannya.” Jawab Hae Gang.

“Masuklah ke dalam bersamaku, masuklah dan putarlah semuanya kembali. Ini kesempatan terakhir yang kuberikan kepadamu. Jika kau maju selangkah saja melewati tongkat ini, kau dan aku benar-benar akan berakhir.” Ucap Presdir Choi.


Hae Gang emosi, ia mengangkat tangannya dan memegang erat tongkat Presdir Choi.

“Kenapa kau selalu membuat peraturan sesukamu? Cepatlah masuk ke dalam.” Jawab Hae Gang.


Hae Gang lantas menghempaskan tongkat Presdir Choi dengan kasar.

“Aku tidak menelantarkanmu, kau yang menelantarkan aku.” ucap Presdir Choi.

Namun Hae Gang yang sudah terlanjur sakit hati pun tidak peduli dan beranjak pergi begitu saja meninggalkan Presdir Choi . Presdir Choi pun putus asa.  Ia sudah tidak tahu lagi gimana caranya membujuk Hae Gang.


Tae Seok sepertinya mulai masuk ke dalam perangkap yang diciptakan Hae Gang dan Seok. Produser Kim melapor padanya, bahwa ia sudah mengumpulkan anggota keluarga Moon Tae Joon dan memberi mereka 1 milyar won.

“Sesuai dugaan, terjadi pertengkaran di sana, berteriak dan bahkan perkelahian.” Lapor Produser Kim.

“Jadi? Kapan persidangannya akan dibatalkan?” tanya Tae Seok.

"Mereka bilang akan pergi ke pengadilan hari ini dan akan segera menghubungiku.” Jawab Produser Kim.


“Kalau begitu, semua sudah selesai. Aku akan memberitahu Pengacara Baek Seok bahwa dia tidak perlu merangkak ke pengadilan untuk pamer. Dia tidak tahu betapa mengerikannya aku, dan ingin melawanku.” Ucap Tae Seok.

“Tapi, apakah kita tidak melangkah terlalu jauh? Sepertinya mereka juga akan menerimanya kalau uangnya sebesar 500 juta won. Segera setelah mereka melihat uangnya, itu tidak masalah apakah mereka keluarga. Segera setelah itu, mereka berubah menjadi orang yang serakah.” Jawab Produser Kim.

“Kita harus membayar asuransi lebih dari 1 milyar won kalau kita kalah. Dan kalau tuntutannya berlanjut, uang yang harus kita bayarkan semakin banyak. Asalkan persidangannya dibatalkan, maka itu lebih murah. Apa? Harapan? Orang gila mana yang akan memilih harapan daripada uang 1 milyar won di depan mata mereka?” ucap Tae Seok.


Kerabat Moon Tae Joon menunjukkan dua koper uang itu pada Seok.  Seok ngiler melihat uang sebanyak itu. Jangankan elu Seok, gw juga ngiler bingit… pengen megang tuh duit..

“Kau tidak akan menerimanya?” tanya Seok.

“Kau menyuruhku jangan menerimanya.” Jawab kerabat Moon Tae Joon.

“Siapa yang mengira dia akan memberimu 1 milyar won? Bukankah kau itu bodoh?” ucap Seok.

“Aku rasa bukan aku saja yang bodoh.” Jawab kerabat Moon Tae Joon.

“Kalau begitu, mari kita orang bodoh menyatukan kekuatan kita.” ucap Seok.


Seok lantas menyuruh kerabat Moon Tae Joon mengambil sebuah kartu nama yang ada di meja.  Seok menyuruh Moon Tae Joon memecatnya sebagai pengacara dan menghubungi pengacara yang namanya tertera di kartu nama itu. Kerabat Moon Tae Joon pun terkejut. Seok pun tersenyum dan berkata itu hanya untuk menipu Tae Seok.

“Dia rekanku, dia adalah seseorang yang kasar dan sepertinya akan melakukan yang terbaik. Aku menyuruhnya untuk pergi dan duduk di persidangan, jadi dia hanya akan duduk saja lalu pergi.” Ucap Seok.

“Jadi kalau begitu aku harus pergi menemui Min Tae Seok dan mengatakan padanya bahwa aku memecat pengacara Baek dan memberinya pemberitahuan palsu, benarkan?” tanya kerabat Moon Tae Joon.


Seok membenarkan. Seok lalu menambahkan bahwa kerabat Moon Tae Jon juga harus mengembalikan uang itu dan mengatakan tidak akan pernah membatalkan tuntutan Pudoxin.

“Katakan padanya bahwa kau tidak akan menyerah hanya karena uang dan dengan dingin marahlah padanya. Kau bahkan bisa melemparkan uang ini diwajahnya.” Ucap Seok.

Seok lantas membungkukkan badannya, dan itu membuat kerabat Moon Tae Joon terkejut.

“Terima kasih untuk mempercayaiku daripada memilih uangnya. Karena mengembalikan uangnya seperti orang bodoh, terima kasih banyak.” ucap Seok dengan senyum lebar.


Tae Seok dan Produser Kim sedang membahas tentang Presdir Choi yang dipanggil ke kantor kejaksaan. Mereka penasaran bukti seperti apa yang dimiliki Hae Gang hingga kejaksaan mulai menyelidiki Presdir Choi. Produser Kim sendiri tidak menyangka bahwa Hae Gang bisa menusuk Presdir Choi seperti itu.

“Karena bukan kita yang melakukannya, pasti ulah Wakil Presdir Do yang berusaha balas dendam atas kematian ayahnya.” jawab Tae Seok.

“Itu artinya Presdir akan dituntut. Meski dia dituntut, dia pasti akan dibebaskan dengan masa percobaan, benarkan?” ucap Produser Kim.

“Aku bisa mengajukan pemecatan pada Presdir dan Wakil Presdir dari perusahaan. Kalau aku memiliki saham terbesar, aku bisa memecat mereka. Seseorang tiba-tiba saja muncul dan mengambil semua saham kita dalam waktu 20 menit. Kalau kita menemukan dia dan membuat dia berada di pihak kita...” jawab Tae Seok.

“Sebenarnya, melihat situasi yang berjalan, Presdir dan Wakil Presdir akan mengalami kesalahan fatal pada kode etik mereka. Wakil Presdir Choi Jin Ri dikritik tentang penggunaan kekuasaannya, itu sebabnya dia diturunkan dari jabatannya. Kalau begitu, kasus farmasi Mi Do lebih serius dari kasus itu.” ucap Produser Kim.

“Karena kejaksaan memanggil rubah tua itu, dia tidak akan pergi dengan mudah untuk diselidiki, tanpa punya rencana. Tapi dia pergi, kenapa?” tanya Tae Seok.

“Bukankah itu artinya dia memiliki kepercayaan diri yang tinggi?” jawab Produser Kim.

“Jaksa yang bertanggung jawab. Ini adalah penyelidikan rahasia tanpa sepengetahuan media. Semuanya berada di tangan jaksa. Cari tahu sekarang, siapa jaksa yang bertugas. Dia mungkin seseorang yang dipercayai Presdir.” Ucap Tae Seok.

“Baik.” Produser Kim mengangguk, lalu pergi.



Jin Ri pun datang. Wajahnya terlihat panic. Jin Ri memberitahu Tae Seok bahwa Jin Eon mengadakan rapat pemegang saham tapi agendanya adalah pemecatan Presdir. Tae Seok terkejut. Ia langsung melabrak Jin Eon.


“Kau mengadakan rapat pemegang saham untuk memecatku?” tanya Tae Seok.

“Iya.” Jawab Jin Eon dengan entengnya.

Tae Seok marah,  Apa kau bilang? Iya?

“Ya.” jawab Jin Eon.

“Adik ipar!” teriak Tae Seok.

“Ya, Kakak Ipar?” jawab Jin Eon.


“Karena apa? Pudoxin?  Sidangnya masih berlangsung. Keputusannya belum keluar, persidangannya belum selesai. Bagaimana? Apa yang akan kau lakukan untuk menggantungku? Tuntutannya akan dibatalkan, tuntutan Pudoxin akan segera berakhir. Batalkan pertemuannya sekarang. Kalau kau membuat masalah dan mengkritikku tanpa bukti, kau akan terpukul angin. Rapat pemegang saham? Setengah dari mereka adalah orang-orangku, apa kau tahu itu? Aku mengisi setiap sudut dari farmasi Cheon Nyeon, Adik Ipar!” ucap Tae Seok.

“Aku tahu, itu sebabnya aku menyiapkan sesuatu yang akan memberatkan.” Jawab Jin Eon.


Jin Eon lantas mengeluarkan sesuatu dari lacinya yang membuat Tae Seok terbelalak. Alat penyadap!!

“Aku dengar kau bisa dipecat dari jabatanmu sebagai presdir karena penyadapan ilegal

“Presdir Min Tae Seok bersiaplah untuk konferensi pers. Akui bahwa kau memalsukan hasil tes klinis, hentikan produksi dan tarik kembali produk itu dipasaran. Berjanjilah pada masyarakat dan mintalah maaf. Dan setelah itu, turunlah dari jabatan Presdir. 10 hari lagi ada rapat pemegang saham, kalau kau melakukannya, aku akan membatalkan pertemuannya.” Ucap Jin Eon.

“Lee Jeong Man, dipanggil kemari karena ini, Kakak Ipar. Kami mengarang soal puntung rokok supaya kau dengar. Itu dengan mudahnya mengungkapan dirimu. Penyadap yang kau pasang untuk menyadapku, menghubungkan Lee Jeong Man dan kau. Aku rasa aku bisa menemui polisi dan menjelaskan padanya.” Ucap Jin Eon lagi.

Tae Seok syok… ia tak menyangka alat penyadap yang dipasangnya justru malah berbalik menyerangnya.


Tae Seok pun langsung memohon… ia bahkan menyebut bahwa mereka satu keluarga.

“Di kubangan berdarah ini,  aku akan melakukan apa yang harus kulakukan, satu per satu. Meskipun aku tidak yakin akan memakan waktu berapa lama.” Jawab Jin Eon.


Kerabat Moon Tae Joon mendatangi Farmasi Cheon Nyeon dengan membawa dua koper berisi uang. Hae Gang yang sudah menantikan kedatangannya sejak tadi pun langsung menghampirinya begitu pria itu keluar dari lift.

“Apa yang membawamu kemari? Apa kau datang untuk menemuiku?” tanya Hae Gang.

“Tidak, kenapa aku mau menemui monster? Aku tidak ingin berhubungan denganmu, jadi tutup mulutmu dan jangan bersikap seolah kau mengenalku.” Jawab pria itu.

“Pengacaramu terbaring di rumah sakit dengan kondisi seperti itu, apa kau mampu menghadapi persidangan kedua?  Kenapa kau tidak menundanya? Dasar bodoh.” Ucap Hae Gang.

“Apa? Bodoh?” tanya pria itu.

“Persidangan yang tidak mungkin kau menangkan, setidaknya kau akan mendapatkan uang. Melihat ada dua tas, setidaknya jumlahnya sekitar 1 milyar won. Tentu saja kau kesini bukan untuk mengembalikannya kan? Melihat banyaknya, jumlah itu lebih dari cukup untuk menunjukkan ketulusan kami. Meski kau memenangkan tuntutan, meski hanya 100 juta won akan sulit kau dapatkan.” Jawab Hae Gang.

“Apa yang ingin kau katakan? Apakah uang adalah segalanya? Ada orang yang meninggal karena efek samping sebuah obat. Apakah uang adalah segalanya bagimu? Uang ini, uang! Uang ini! Kau membunuh karena uang ini. Kau membunuh adikku karena uang!” teriak pria itu.


Manajer Byeon pun berusaha menghentikan pria, tapi pria itu malah mendorong Manajer Byeon. Hae Gang pun sedikit tersenyum melihat kemarahan pria itu. Ia senang pancingannya berhasil.

Pria itu kemudian membuka koper yang berisi uang itu, lalu melempar uang itu satu per satu ke tubuh Hae Gang.

“Aku tidak perlu ini, kami tidak memerlukan ini. Ini uang haram! Kau simpanlah. Kau ambillah, dengan uang ini, jangan bunuh adikku dua kali!” teriak pria itu.


Tak lama kemudian, Tae Seok keluar  dari ruangan Jin Eon. Ia pun terkejut melihat pria itu. Moon Hyung Joo, gumamnya. Dan pria itu menyiramkan uang itu ke tubuh Hae Gang.

“Mari kita lakukan tuntutan ini sampai akhir! Yang kami perlukan bukanlah uang, tapi kebenaran. Kebenaran yang sesungguhnya, meski kami tidak memiliki apapun. Dan kami hidup seperti kotoran, jangan memperlakukan kami seperti kotoran.” Ucap Moon Hyung Joo pada Hae Gang.


Moon Hyung Joo lantas memberitahu Tae Seok bahwa ia sudah memecat Pengacara Baek Seok dan memutuskan mencari pengacara lain. Setelah mengatakan itu, Moon Hyung Joo pun langsung pergi.


Tae Seok syok. Bersamaan dengan itu, Jin Ri keluar dari ruangan Tae Seok dan memapah suaminya itu ke dalam ruangan mereka.


Tae Seok dan Jin Ri sedang membahas kekalahan mereka. Tae Seok memberitahu Jin Ri bahwa Jin Eon ingin dia menyerahkan diri dan mengadakan konferensi pers.

“Lakukan, kalau kau mau hidup, lakukan, kalau kau tidak mau diseret oleh polisi. Mundurlah dari jabatan presdir dan lakukan konferensi pers seperti yang dikatakannya. Apa susahnya menundukkan kepalamu sekali saja? Kau melakukan banyak hal supaya kau tidak masuk penjara. Apa sekarang kau akan tertangkap dengan menyedihkan? Kau harus menghindari mandi hujan. Kau bisa menjadi Presdir lagi.” Jawab Jin Ri.

“Aku tidak boleh tertangkap, aku tidak boleh tertangkap seperti ini.” ucap Tae Seok.

“Masih ada waktu 10 hari sebelum rapat pemegang saham. Kita bisa memenangkan persidangannya. Kalau Do Hae Gang menang, dia bisa memenangkannya untukmu. Bagaimana kau bisa membuktikan efek samping obat, karena ada banyak sekali.” Jawab Jin Ri.

“Ada catatan yang ditinggalkan Kim Sun Yong. Kalau itu diungkapkan di persidangan, aku tamat.” Ucap Tae Seok.

Jin Ri pun panic mendengarnya.


“Catatan...apa? Kalau begitu, pengacara baru, kalau tidak, culik dia dan jangan biarkan dia pergi ke persidangan, atau tabrak dia dengan mobil, dan buat dia masuk rumah sakit lagi, lakukan apa saja! Jangan hanya duduk di sini, hentikan dia, Min Tae Seok!”

Jin Ri juga menyuruh Tae Seok mencelakai Hae Gang karena hanya itu satu2nya cara untuk menghentikan Jin Eon.


Jin Eon berencana mengembalikan hak paten Pancillate yang dicuri Cheon Nyeon Farmasi ke pemilik sesungguhnya, yaitu Shin Il Sang. Hyun Woo tak setuju, ia beralasan karena setelah obat itu dicuri, Cheon Nyeon Farmasi kembali mengembangkan obat itu. Tapi Jin Eon tetap mau mengembalikan hak paten obat itu ke tangan pemilik aslinya.

“Kau menyelamatkan ayah dan anak itu, bagaimana bisa kau melakuan itu?” protes Hyun Woo.

“Itu bukan sesuatu yang aku lakukan karena aku bisa. Aku melakukannya karena itu tidak akan pernah berakhir kalau aku tidak melakukannya.” Jawab Jin Eon.

“Apa kau sudah mendengarnya? Hae Gang dan Presdir ditanyai oleh jaksa hari ini?” tanya Hyun Woo.

Jin Eon kaget, Apa?

“CEO Farmasi Mi Do, Shin Il Sang, pasti menyalahkan mereka.” Jawab Hyun Woo.

“Hae Gang akan dituntut oleh Shin Il Sang, dan ayah akan dituntut oleh Hae Gang.” gumam Jin Eon.

“Presdir dituntut oleh Hae Gang?” kaget Hyun Woo.

“Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan dengan mereka berdua, aku tidak tahu kemana arah yang harus kutuju, Hyun Woo. Aku tidak bisa menghentikan Hae Gang atau tidak menghentikannya. Apa yang bisa kulakukan supaya ayah mengakui kebenarannya? Apa yang harus kulakukan?” ucap Jin Eon bingung.


Tae Seok dan Jin Ri dikejutkan dengan kedatangan Hae Gang. Tae Seok yakin Hae Gang datang untuk membahas masalah tuntutan. Begitu Hae Gang datang, Jin Ri langsung bersikap hormat pada Hae Gang.


“Apa yang akan kau lakukan sekarang?” tanya Hae Gang.

“Tidak bisa melakukan apapun, selain membuat kau menang.” Jawab Tae Seok.

“Dengan catatan Kim Sun Yong, bagaimana aku bisa menang? Aku bahkan tidak tahu apa isinya, bagaimana aku harus menahannya? Aku merasa percaya diri dengan tuntutan Pudoxin. Aku tahu aku bisa memenangkannya 100 kali dari 100 kali tuntutan, akan tetapi kalau mereka mengungkapkan catatan itu, aku tidak bisa menjanjikan apapun. Tidak, aku mungkin saja kalah. Itu akan berubah dari kasus perdata ke kasus kejahatan yang memerlukan penyelidikan.” Ucap Hae Gang.


Jin Ri pun ikut bicara. Ia memohon agar Hae Gang bersedia menyelamatkan suaminya. Ia bahkan sampai berlutut!

“Aku akan menyerahkan catatan itu kepadamu, jadi mari kita bicara berdua saja.” Ucap Tae Seok.


Hae Gang setuju. Tae Seok kemudian menyuruh Jin Ri bangun. Jin Ri pun pergi pergi dengan sukarela agar Tae Seok bisa bicara berdua dengan Hae Gang, namun sebelum pergi ia memohon agar Hae Gang menyelamatkan mereka. Ia bahkan memanggil Hae Gang dengan sebutan Eolkhe.


Tae Seok memberikan catatan Kim Sun Yong pada Hae Gang. Hae Gang pura2 terkejut saat membaca catatan itu. Tae Seok tampak bingung dengan sikap Hae Gang, karena sebelumnya ia sempat mencurigai Hae Gang yang ngasih itu catatan ke Seok.


Presdir Choi sedang makan siang dengan Jaksa Kim. Sepertinya, mereka tengah merencanakan sesuatu.

“Kenapa aku harus pergi ke kantor kejaksaan lagi? Tidak ada alasan lagi.” Ucap Presdir Choi.

Ya, tidak ada yang diperlukan lagi.” Jawab Jaksa Kim.



Hae Gang membersihkan dirinya di depan Tae Seok. Ia mengaku tidak tahu menahu soal Jin Eon yang berencana memecat Tae Seok. Tae Seok pun meminta bantuan Hae Gang untuk menghentikan Jin Eon.

“Memangnya kenapa? Penyadapan ilegal, menurut hukum, hukumannya adalah 10 tahun. Bahkan kalau kau dihukum selama 5 tahun, akan mudah bagiku untuk mengambil alih farmasi Cheon Nyeon.” Jawab Hae Gang.

“Kau pikir kenapa Presdir dengan cepat dan mudah pergi ke kantor kejaksaan? Kau pikir Presdir menemui jaksa untuk ditangkap? Dia meminta mereka untuk membebaskannya.” Ucap Tae Seok.

“Berhentilah berputar-putar dan katakan padaku apa tepatnya yang kau ketahui. Dengan begitu baru kita bisa membuat perjanjian.” Jawab Hae Gang.


“Jaksa Kim Sun Ho adalah anak supir Kim, supir pribadi Presdir.” Ucap Tae Seok.

Hae Gang terkejut, Apa?!

“Aku bertanya pada supir Kim apa pekerjaannya sebelum menjadi supir Presdir. Dia dulu pegawai layanan umum di Gunung Bukhan. Ayah mertua membesarkan Jaksa Kim Sun Ho dengan mendukungnya baik secara material maupun moral. Jaksa yang bertanggung jawab adalah penerima beasiswa dari Presdir.” Ucap Tae Seok.



Sementara itu, Presdir Choi menyuruh Jaksa Kim memulai penyelidikan secepat mungkin. Jaksa Kim berkata, bahwa ia menerima dokumen dari CEO Mido, jadi tidak akan ada masalah dengan penyelidikannya.



Tae Seok memberitahu Hae Gang bahwa Jaksa Kim tidak akan bisa menyentuh Presdir Choi.

“Berapa banyak yang sudah diterima darinya? Presdir akan lolos dan membuat Pengacara Do menerima semua kesalahannya sekarang. Bukti yang kau berikan kepada jaksa, tidak akan ada gunanya. Lagipula ini adalah Korea. Tidak ada waktu. Kalau aku adalah Presdir Choi Man Ho, aku akan mulai menyelidiki untuk mengikat tangan dan kakimu sekarang. Dia, si rubah tua itu sedang memproses rencana itu sekarang.” ucap Tae Seok.

“Kartu yang akan menyelamatkan aku, kartu yang kau pegang, jadi apa itu?” jawab Hae Gang.

“Daftar suap Presdir Choi Man Ho.” Ucap Tae Seok.

“Dan jaksa Kim Sun Ho ada di dalam daftar itu?” tanya Hae Gang.

Tae Seok membenarkan.


"Kau tahu bagaimana seorang jaksa benar-benar terobsesi mendaki posisi yang lebih tinggi. Karena sebelumnya dia hanya dipromosikan sebagai jaksa daerah, aku bisa merubah pikirannya.” Ucap Tae Seok.

“Dan yang terpenting, berdasarkan temuan Zolpidem di rumah peneliti dari Farmasi Mido, kalau terungkap bahwa ayahnya yang menaruhnya di sana, dia bahkan tidak bisa bermimpi untuk dipromosikan.” Jawab Hae Gang.



“Apa yang akan kau lakukan? Aku akan menyerahkan Kim Sun Ho kepadamu, selamatkan aku dari Adik Ipar, Wakil Presdir Do. Tidak benar dan tidak pantas menyingkirkan aku dengan cepat. Apa itu sebutannya? Orang yang berlari di sampingmu saat lari maraton? Pembuka jalan? Kau memerlukan seseorang yang berlari di sampingmu supaya mendapatkan hasil yang bagus. Sebagai tambahan, terutama saat aku berhubungan dengan rubah tua licik, kau harus memiliki rekan yang akan memukul dengan baik.” Ucap Tae Seok.


Preview Ep 42

1 Comments:

  1. Hanifah said...:

    semangatt ya di tunggu
    mamin tegang tauu

Post a Comment