Ruler : Master Of The Mask Ep 15 Part 1

Sebelumnya...


Sun kesal karena ketidakmampuannya mengabulkan keinginan Ga Eun. Ia yakin, Ga Eun sedang menangis di suatu tempat. Ia sangat ingin menghibur Ga Eun, tapi tak bisa.

  
Sun benar. Ga Eun meninggalkan istana dengan tangis berderai. Langkah Ga Eun kemudian berhenti begitu melihat Chun Soo nya yang tiba2 muncul di hadapannya. Ia bergegas menghapus air matanya dan bertanya alasan Chun Soo nya datang ke istana.

“Aku mendengar yang terjadi dan pergi ke toko herbal. Aku diberitahu kau di sini.” Jawab Seja.

Ga Eun terkejut, kau... mencemaskan aku?


Seja mengakuinya, tapi kemudian ia gelagapan sendiri dan kebingungan mencari alasan atas pengakuannya tadi. Alhasil, Seja yang tak bisa menemukan alasan, mengalihkan topic pembicaraan dengan mengajak Ga Eun pergi karena takut Tae Ho melabrak Ga Eun lagi. Seja bilang akan mengantar Ga Eun sampai ke rumah. Seja jalan duluan. Ga Eun tersenyum menatap ke arah Seja.

  
Ga Eun dan Seja berjalan di bawah bunga sakura yang bermekaran. Ga Eun lantas bertanya, apa tidak ada yang mau Chun Soo katakan padanya.

“Kudengar, kau ke istana karena Cheonha memanggilmu. Kau bertemu Cheonha?” tanya Seja.

Ga Eun mengiyakan.

“Cheonha... Cheonha apakah tampak baik-baik saja?” tanya Seja cemas.

“Sayangnya, dia kelihatan baik-baik saja.” Jawab Ga Eun.

  
Seja pun makin merasa bersalah mendengar jawaban Ga Eun. Ga Eun lantas lebih mendekat pada Seja. Sontak, Seja panic dan langsung melangkah mundur. Sambil menatap jahil Seja, Ga Eun bertanya apa hanya itu yang mau dikatakan Seja. Seja terdiam, ia bingung sendiri harus mengatakan apa. Mendadak, si kecil Kko Mool muncul.

  
“Apa Ahjussi itu Chun Soo Orabeoni?” tanya Kko Mool, membuat Ga Eun dan Seja langsung menoleh padanya. Ga Eun pun tertawa melihat Kko Mool.

  
Ga Eun mengajak Seja ke rumahnya. Kko Mool tak berhenti memandangi Seja. Ibu Sun tak menyangka kalau Seja adalah Kepala Pedagang. Ia tak percaya kalau Seja itu bukan Chun Soo.

“Imo juga merasa begitu, 'kan? Tapi... Chun Soo Doryongnim tidak akan pura-pura tidak mengenal Aghassi.” Ucap Ibu Sun.

  
Seja menoleh ke arah Ga Eun. Tepat saat itu, Ga Eun juga menoleh ke Seja dan Seja langsung mengalihkan pandangannya. Kko Mool lalu menanyai apa ortu Seja masih hidup. Seja dengan wajah sedih berkata, ortunya sudah meninggal.

“Malang sekali. Kau sebatang kara? Kalau begitu, dia Ga Eun tidak perlu hidup dengan mertuanya. Pedagang Keliling punya cukup uang untuk membiayai keluarga. Doryongnim ingin mengencaninya?” ucap Kko Mool.


Seja terkejut dengan ocehan Kko Mool. Sementara Ga Eun langsung menjitak kepala Kko Mool. Seja yang merasa canggung buru2 pamit. Ga Eun pun mengucapkan terima kasih karena Seja sudah mengantarnya pulang. Mendadak, rona wajah Seja langsung berubah kecewa melihat sikap Ga Eun.

“Ga Eun-ah.” Batinnya.


Ibu Suri dapat laporan dari Kepala Dayang tentang Raja yang membawa seorang wanita ke rumah hijau. Kepala Dayang bilang, dia adalah pemasok obat herbal pada tabib istana dan dari yang ia dengar, Raja meminta wanita itu menanami tanaman obat di rumah hijau.

“Sebelumnya dia tidak pernah sekedar melirik dayang istana. Caritahu soal anak itu. Secara diam-diam.” Suruh Ibu Suri.


Dae Mok juga dapat laporan dari Menteri Joo tentang Raja yang membawa masuk seorang wanita ke rumah hijau. Menteri Joo bilang, dia pemasok obat herbal pada tabib istana. Dae Mok curiga kalau itu hanya tipu muslihat ibu suri. Menteri Joo membantahnya, karena ia melihat Kepala Dayang menyelidikinya.
“Biarkan saja gadis itu bertemu secara bebas dengannya sementara waktu. Dan kau! Silsilah anak itu, tempat tinggal anak itu, caritahu semuanya termasuk adakah kenalannya seusia Raja yang menghilang. Caritahu semuanya.” suruh Dae Mok.

  
Dae Mok lantas mendengar pelayan yang menyambut kedatangan Woo Jae.  Di hadapan kroco2nya, Dae Mok murka karena Woo Jae kehilangan tembaganya. Woo Jae membela diri dengan berkata, petugas Hanseongbu yang bernama Park Moo Ha tiba2 saja muncul bersama pasukan kerajaan.

“Kau ini sungguh pecundang menyedihkan. Maksudmu, kau dijebak oleh petugas Hanseongbu, begitu?” sinis Dae Mok.

  
Dae Mok lalu menanyakan dimana tembaganya sekarang. WooJae gelagapan.

“Itu... itu... Petugas Hanseongbu itu membawanya ke ibukota.” Ucapnya.

“Caritahu jalur yang ia ambil. Wakil Perdana Menteri, buat aku mendapatkan hak pencetakan uang sebelum tembaganya sampai di ibukota.” Suruh Dae Mok.

“Kim Woo Jae, lakukan apa saja untuk mendapatkan kembali tembaganya. Kalau kau gagal, kau harus mundur dari jabatanmu di Pyunsoo-hwe.” Ucap Dae Mok.


Menteri Choi memberitahu Ibu Suri tentang Petugas Hanseongbu yang membawa tembaga. Ibu Suri merasa itu suatu keberuntungan.

“Belum, terlalu dini mengatakannya. Dae Mok merencanakan untuk mendapatkan hak pencetakan uang sebelum tembaganya mencapai ibukota.” Ucap Menteri Choi.

“Aku harus melakukan sesuatu untuk menghentikannya. Kau harus mengirim pasukan bantuan.” Suruh Ibu Suri.

“Namun, jika saya melakukannya, Dae Mok tidak akan mengampuni saya.” jawab Menteri Choi.

“Kita harus rela berkorban. Takdir negeri ini taruhannya.” Ucap Ibu Suri.

  
Di kamarnya, Menteri Choi stress. Kalau ia mengambil tembaganya, Dae Mok akan membunuhnya. Tapi kalau ia tidak menuruti perintah Ibu Suri, maka Ibu Suri lah yang akan memenggal kepalanya. Tak lama, pelayannya memberitahu soal Kepala Pedagang yang ingin bertemu. Tadinya, Menteri Choi malas menemuinya tapi begitu pelayannya mengatakan ini soal tembaga, Menteri Choi terkejut dan mau menemui si Kepala Pedagang.

“Jika saya serahkan tembaganya pada anda, apa yang akan saya dapat sebagai gantinya?” tanya Seja.

“Kudengar yang menggagalkan perdagangan tembaga ilegalnya adalah petugas Hanseongbu?” tanya Menteri Choi.

“Itu benar. Namun, saya orang yang mengirim tembaganya.” Jawab Seja.

  
Menteri Choi bersikap acuh. Seja tak tinggal diam. Ia sengaja berkata, kalau tadinya mau bekerja sama dengan Ibu Suri tapi setelah dipikirkan lebih baik ia berikan saja tembaganya pada Dae Mok.

“Apa yang kau inginkan?” tanya Menteri Choi.

“Berikan saya posisi Menteri Personalia. Jika Anda mau berjanji, dalam dua minggu, tembaganya pasti sampai ke tangan Kementerian Keuangan.” Jawab Seja.

“Daebi Mama tidak akan pernah menyetujuinya.” Ucap Menteri Choi.

“Dae Mok Eureushin mungkinkah akan berpikiran sama? Persyaratan saya sama saja pada siapapun saya antarkan tembaga itu. Saya ingin posisi Menteri Personalia.” Jawab Seja.

  
Ibu Suri tertawa saat Menteri Choi mengatakan keinginan si Kepala Pedagang. Menteri Choi mengatakan, jika Ibu Suri setuju, maka tembaganya akan tiba di tangan Kementerian Keuangan dalam waktu dua minggu.

“Kau sudah mencaritahu tentangnya? Dia orang yang bisa dipercaya?” tanya Ibu Suri.

“Belum lama, dia menyatukan para pedagang keliling, yang selama ini dikenal sulit, dan sekarang, bahkan para saudagar kaya begitu menghormatinya. Kita memang tidak boleh memercayai rumor begitu saja, namun saya dengar dia pria yang memenuhi setiap ucapannya.Dengan kata lain, dia dapat dipercaya.” Jawab Menteri Choi.

“Pria yang memenuhi setiap ucapannya?” tanya Ibu Suri.

“Ya, Mama. Kenapa tidak coba bekerja sama dulu saja? Bagaimana kalau dia lantas berbalik pada Dae Mok Eureushin dan menyerahkan tembaganya?” ucap Menteri Choi.

“Baiklah. Aku akan mengulur waktu. Katakan padanya untuk benar-benar membawa tembaganya dalam dua minggu.” Jawab Ibu Suri.

  
Woo Bo terkejut mengetahui Seja meminta posisi itu pada Daebi Mama. Seja berkata, Menteri Personalia memiliki otoritas memilih staf, jadi bisa memilih orang2 yang menentang Pyunsoo-hwe dan memerangi mereka. Woo Bo pun memuji rencana Seja.

“…tapi kau akan pergi ke sana sendiri? Kau akan jadi pusat perhatian.” Ucap Woo Bo.

“Ya, aku memang tidak bisa pergi. Sebab itu, Guru yang harus pergi.” Jawab Seja.

Woo Bo menolak dengan tegas. Ia berkata, saat meninggalkan posisinya dulu, ia berjanji mengabdi untuk rakyat bukan jabatan.


Ga Eun dan ibu Sun sedang mempersiapkan tanaman herbal yang akan ditanam di rumah hijau. Kko Mool berceloteh, apa Ga Eun akan menjadi kaya kalau bertemu Raja.
“Kau ingin jadi kaya?” tanya Ga Eun.

“Ya, dengan begitu Eonni dan Eomma tidak akan kesusahan lagi.” Jawab Kko Mool.

“Aigoo, pikirkan saja dirimu sendiri. Kalau anak seorang pengelola toko obat herbal tidak bisa menemukan tanaman herbal, mana mungkin kita bisa kaya?” ucap sang ibu.

  
Tak lama, Hyun Seok datang menjemput Ga Eun. Ia berkata, akan selalu datang menjemput Ga Eun. Saat hendak pergi, Kko Mool memberikan sesuatu pada Ga Eun. Ia mau Ga Eun memberikan itu pada Raja.

“Kudengar dari Bibi yang di pasar, tidak ada yang bisa membantah perintah pemangku jabatan tertinggi…”

Sang ibu langsung membekap mulut Kko Mool. Hyun Seok tersenyum, lalu mengambil benda di tangan Kko Mool dan berjanji akan memberikannya pada Raja.

  
Raja memperhatikan Ga Eun yang sedang menanami tanaman obat. Ga Eun yang sadar diperhatikan oleh Raja, langsung berdiri dan memberi hormat. Raja kemudian mendekati Ga Eun.

“Kudengar Kepala Departemen Pengadaan Air mengancammu. Kau harus melapor padaku kalau hal itu terjadi lagi.” Pinta Raja.

“Cheonha... tidak perlu memikirkan hal itu.” jawab Ga Eun sendiri.

Sun ingin mengaku, namun tak bisa dan itu membuat ia kesal sendiri.


“Hamba memiliki permintaan pada Cheonha. Eksekusi ayah hamba, katanya itu kesalahan. Bagaimana cara memperbaiki kesalahan itu? Mengapa kehormatan ayah hamba tidak dapat dipulihkan? Hamba ingin tahu alasannya.” Pinta Ga Eun.

“Sekarang ini... aku tidak bisa menjawabnya. Suatu hari nanti, aku akan memberitahumu. Tunggulah sebentar lagi.” Jawab Raja.

Ga Eun pun semakin membencinya.


Raja lalu keluar dari rumah obat dengan langkah gontai. Pada Hyun Seok, ia berkata kalau tidak masalah meskipun hanya sebentar. Sun lantas memejamkan matanya dan berkata, ia ingin jadi Raja yang sesungguhnya.

  
Saat keluar dari rumah hijau, Ga Eun dihampiri Kepala Dayang. Kepala Dayang membawa Ga Eun menemui Ibu Suri. Ibu Suri bertanya, apa status Ga Eun dan siapa ayah Ga Eun. Dengan sorot mata yang menyala, Ga Eun bilang ayahnya adalah orang yang dieksekusi 5 tahun lalu, Petugas Hanseongbu Han Gyu Ho. Ibu Suri terkejut dan langsung menyuruh Kepala Dayang memanggil Raja.

  
“Jusang, sekarang ini dengar baik-baik yang kukatakan padamu. Ayahmu... aku berencana memulihkan kehormatannya, serta mengumumkan ia tidak bersalah. Ayahmu adalah abdi yang setia. Telah menghukum abdi sepertinya merupakan kesalahan Jusang.” Ucap Ibu Suri.

“Beberapa bulan lagi, saat ulang tahunku, kami akan membebaskan beberapa tahanan. Hari itu, aku akan mengumumkan ketidakbersalahan ayahmu.” ucap Ibu Suri lagi.

Ga Eun pun terpengarah mendengarnya.


Begitu keluar dari istana Ibu Suri, Ga Eun berkata sendiri kalau Daebi Mama berbeda dengan Raja.

  
Di dalam, Daebi Mama menceritakan rencananya pada Raja kalau ia akan menjadikan Ga Eun dayang istana. Sun terkejut.

“Awalnya aku mencemaskan satu hal. Dia adalah anak dari seorang kriminal. Akan ada pertentangan jika menjadikannya dayang istana. Kehormatan ayah dari anak itu harus dipulihkan dan dia bisa menjadi dayang istana untuk Jusang. Lihatlah. Aku siap mengorbankan apa saja demi kebaikan Jusang. Tapi, bagaimana bisa Jusang lebih memilih Dae Mok daripada aku?” ucap Ibu Suri.

“Daebi Mama, itu tidak benar.” jawab Sun.

“Begitukah? Kalau begitu, lepaskan tangan Dae Mok dan genggamlah tanganku. Maka, apapun yang orang lain katakan, aku akan selalu berada di sisi Jusang. Ga Eun, anak itu juga akan di sisi Jusang. Dae Mok menginginkan hak pencetakan uang. Hentikan dia. Meski sangat sulit, percayalah pada ibumu ini, dan tahan sampai empat hari mendatang. Ibumu ini... pasti akan melindungi Jusang saat itu.” ucap Ratu.

0 Comments:

Post a Comment