Ruler : Master Of The Mask Ep 16

Sebelumnya...


Ibu Suri terkejut begitu melihat sosok Kepala Pedagang yang sudah membantunya. tak percaya ada sosok yang begitu mirip dengan mendiang suaminya semasa muda. Seja berdiri dan bersikap hormat pada Ibu Suri. Setelah Ibu Suri menyuruhnya duduk, barulah ia duduk.

“Berkatmu, kami dapat mencetak koin yang kami butuhkan. Kau telah melakukan kebajikan besar untuk negeri ini.” puji Ibu Suri.

“Anda terlalu baik, Daebi Mama.” jawab Seja.


Ibu Suri terperangah mendengar suara Seja. Entah dia bisa mengenali suara Seja atau tidak. Ibu Suri lantas menanyakan alasan Seja meminta posisi sebagai Menteri Personalia. Seja pun berkata, yang akan mengisi posisi Menteri Personalia adalah Woo Bo, bukan dirinya.

  
“Jika anda menjadikan beliau Menteri Personalia, hal tersebut akan menguatkan posisi Jusang Cheonha di pemerintahan.” Ucap Seja.

Wajah Ibu Suri langsung berubah mendengar ucapan Seja.

“Menguatkan Jusang?” tanyanya tak suka.

“Anda juga sudah tahu pencuri tembaga sebenarnya adalah Pyunsoo-hwe. Orang yang akan menghentikan Pyunsoo-hwe, mohon umumkan pengangkatan jabatan beliau sebagai Menteri Personalia dan memujinya.” Jawab Seja.

“Dan?” tanya Ibu Suri.

  
“Menteri Personalia memiliki hak atas perekrutan. Dengan begitu, abdi-abdi yang loyal dan menentang Pyunsoo-hwe akan menyatu di bawah Menteri Personalia. Lalu, istana dapat dipenuhi dengan para abdi setia. Mereka akan menguatkan pemeritahan Jusang Cheonha dan melawan Pyunsoo-hwe.” Jawab Seja.

“Tapi, apa alasanmu melawan Pyunsoo-hwe?” tanya Ibu Suri.

“Tidak ada alasan khusus, Mama. Mulai sekarang, proses pemusnahan Pyunsoo-hwe akan segera dimulai.” Jawab Seja.

“Memang, kredibilitasmu sesuai rumor yang beredar.” Ucap Ibu Suri.

Seja hanya tersenyum mendengarnya.

  
Usai menemui Ibu Suri, Seja dan Woo Bo langsung menemui Moo Ha yang sudah menunggu mereka diluar. Moo Ha protes karena Woo Bo yang dijadikan Menteri Personalia, padahal ia yang mengerjakan semuanya. Seja dan Woo Bo tersenyum geli mendengar rengekan Moo Ha yang meminta naik jabatan. Woo Bo lantas memberikan gulungan surat pada Moo Ha dan berkata mulai hari ini Moo Ha adalah Kepala Personalia.

  
Sontak, Moo Ha langsung melonjak kegirangan. Ia berkata, seharusnya dari dulu dia menjadi abdi setia Woo Bo saja. Seja lantas menyuruh mereka pergi duluan karena ia ingin berkeliling istana dulu. Woo Bo pun mengerti dan meminta Seja berhati-hati.

  
Seja lantas beranjak pergi. Ia berkeliling, menatap sekeliling istana dengan penuh kerinduan. Namun ingatannya tentang malam yang tragis itu kembali berputar di benaknya saat ia melewati istana sang ayah. Ia ingat saat Dae Mok membunuh ayahnya. Seja syok dan buru2 pergi dari sana.

  
Di gerbang menuju keluar istana, Seja dan Ga Eun berpapasan. Namun keduanya sama2 tidak saling menyadari keberadaan satu sama lain. Seja terus berjalan keluar, sementara Ga Eun, dia masuk ke dalam ditemani oleh dayang istana.


Ga Eun menemui Ibu Suri. Ia ingin membalas budi. Ibu Suri terkejut karena ia belum melakukan apapun untuk memulihkan kehormatan ayah Ga Eun. Ga Eun beralasan, itu karena Ibu Suri mengingat ayahnya disaat orang lain melupakan ayahnya. Ga Eun berjanji akan mengabdi seumur hidupnya pada Ibu Suri.

  
Ibu Suri mengetuk mejanya, menyuruh Ga Eun mendekat. Ga Eun seketika mendekat. Ibu Suri berkata, seorang ayah yang tak bersalah harus tewas karena mereka memiliki seorang Raja yang menyedihkan.

“Apa kau tahu alasan Departemen Pengadaan Air menarik semua pinjaman mereka pada rakyat dalam sekejap?” tanya Ibu Suri.

“Ya, Mama.” jawab Ga Eun.

“Itu karena Departemen Pengadaan Air tengah memainkan trik untuk mendapatkan otoritas pencetakan uang. Namun yang terburuk, Jusang memihak Departemen Pengadaan Air.” Ucap Ibu Suri.

Ga Eun terkejut. Ia tidak percaya Jusang Cheonha sudah mengkhianati rakyat.

  
“Jika aku tidak melibatkan diri, maka Departemen Pengadaan Air pasti sudah mengantongi otoritas itu. Jika itu sampai terjadi, kehidupan rakyat akan semenderita apalagi?” ucap Ibu Suri.

Ga Eun terhasut. Ia percaya dan sangat marah mendengar ucapan Daebi Mama. Daebi Mama lalu bertanya, apakah Ga Eun benar2 mau membalas budi. Ga Eun membenarkan. Daebi Mama pun meminta Ga Eun menjadi dayang istana, karena ia membutuhkan mata serta telinga yang dapat ia percaya untuk mengkudeta posisi Raja.

Ga Eun terkejut dengan rencana Daebi Mama. Daebi Mama lantas meminta Ga Eun memberikan jawabannya setelah Ga Eun datang lagi ke istana nantinya.


Seja berusaha menghentikan Moo Ha yang masih ingin minum padahal sudah mabuk berat. Moo Ha senang dengan jabatan barunya sebagai Kepala Personalia. Moo Ha yang sudah mabuk itu, akhirnya teler. Moo Ha yang teler, malah Seja yang kena geplak Woo Bo. Seja mengira gurunya itu sedang mabuk.

  
“Ga Eun akan bagaimana? Kau akan menggenggamnya atau melepaskan dia?” tanya Woo Bo.

“Aku dan Ga Eun tidak mungkin bisa bersama.” Jawab Seja.

“Kalau begitu, lepaskan dia, berandal! Kau bukan satu-satunya pria di dunia ini. Ga Eun yang malang sudah kehilangan ayahnya. Aku harus menjaganya dengan baik. Dia akan menikahi seseorang yang pastinya lebih baik darimu. Seorang pria yang sama tampannya denganku.” Oceh Woo Bo, lalu beranjak keluar.

  
Seja pun kembali menyalahkan dirinya atas kematian Tuan Han. Chung Woon tak setuju. Ia mengaku dirinya lah yang mengeksekusi ayah Ga Eun. Seharusnya dirinya lah yang merasa bersalah. Seja marah, dia bilang itu bukan kesalahan Chung Woon, tapi kesalahan Pyunsoo-hwe.


“Benar, Pyunsoo-hwe. Berapa kali hamba harus mengatakan pada Jeoha? Jeoha kehilangan Paduka Raja juga karena Pyunsoo-hwe. Anda juga kehilangan Ibu Anda dan Chun Soo. Dan karena Pyunsoo-hwe juga, Anda ingin melepaskan Ga Eun Aghassi? Setelah Anda kehilangan semuanya, anda masih ingin menyalahkan diri anda?” ucap Chung Woon.


Seja menggeleng lemah. Ia mengaku sanggup kehilangan semuanya, kecuali Ga Eun.


Ga Eun menyendiri di pondok. Ia memikirkan kata2 Daebi Mama yang memintanya menjadi dayang istana. Ga Eun lalu teringat saat Seja mengalungkan kalung bulan dan matahari itu padanya, juga ingat yang diucapkan Seja saat itu.
“Sebagaimana matahari ini menanti sang bulan, aku akan selalu berada di sisimu. Sekalipun aku tidak bisa melihatmu, tidak peduli bagaimanapun kau berubah layaknya sang bulan, aku akan melindungimu. Maukah kau mengingatnya? Ingatlah, bahwa aku selalu di sisimu. Ingat bahwa kau tidak sendirian.” Ucap Seja.

  
Tak lama kemudian, ia dikejutkan dengan kedatangan Seja. Seja ingin tahu apa Departemen Pengadaan Air masih mengganggu Ga Eun. Ga Eun diam saja dan hanya menatap lirih Seja. Seja mengerti kalau Ga Eun saat ini tidak dalam kondisi baik2 saja. Tangis Ga Eun mengalir. Seja ingin menghapus tangisnya, namun Ga Eun sontak melangkah mundur.

“Kau bukan Chun Soo Doryongnim. Kenapa kau terus saja muncul? Jangan muncul lagi! Wajah dan suaramu sama dengannya. Aku tidak ingin dengar kau mencemaskan aku.”

  
Ga Eun lantas berbalik, tak ingin melihat Seja lagi. Seja pun dengan wajah kecewa, beranjak pergi meninggalkan Ga Eun. Bersamaan dengan itu, tangis Ga Eun pecah. Ia pun terduduk lemas.


“Aku bodoh. Sadarkan dirimu! Dia bukan Chun Soo Doryongnim. Dia tidak akan kembali. Mungkin dia sudah melupakanku karena aku memintanya begitu.”

Tanpa Ga Eun sadari, Seja mendengar ucapannya. Seja menatap lirih Ga Eun.

  
Menteri Joo melaporkan tentang Kepala Pedagang dan Menteri Personalia yang baru bertemu dengan Daebi Mama. Tak lama kemudian, pelayannya datang memberitahu kalau Kepala Pedagang akan menghadiri pertemuan dengan para saudagar malam ini.


“Kirim pasukan dan seret dia kemari. Lakukan apa saja untuk membawa dia kemari!” suruh Dae Mok.



Tanpa mereka sadari, Gon diam2 mencuri dengar pembicaraan mereka.





Mae Chang yang berpakaian seperti dayang istana masuk ke istana. Ia mengaku baru dalam perjalanan kembali setelah menjalankan perintah Kepala Dayang, sehingga penjaga mengizinkannya masuk.


Mae Chang kemudian berdiri di depan pintu salah satu ruangan di istana. Ia memberitahu bahwa Seja masih hidup. Pria yang berada di dalam ruangan itu terkejut mengetahui Lee Sun masih hidup. Ia lalu menyuruh Mae Chang mengawasi Lee Sun.


Ga Eun yang baru pulang mendapati Kko Mool sudah tidur pulas. Ia menyelimuti Kko Mool dan tak sengaja menemukan gambar kalung bulan dan bintang Seja. Ga Eun membangunkan Kko Mool dan menanyakan perihal gambar itu. Kko Mool mengaku dirinya lah yang menggambar.

“Dimana kau melihat ini?” tanya Ga Eun.

“Doryongnim memilikinya. Doryongnim menatapnya seolah itu harta berharga.” Jawab Kko Mool.


Ga Eun terkejut, Chun Soo Doryongnim?


Hwa Gun resah karena Seja belum juga datang, padahal pertemuan sudah mau dimulai. Tak lama, seseorang datang. Hwa Gun tersenyum namun senyumnya langsung menghilang melihat Mae Chang lah yang datang. Mae Chang lantas bicara berdua dengan Hwa Gun.

“Aku ingin bertemu Doryongnim, namun aku tidak bisa menemukannya.” Ucap Mae Chang.

“Dia akan kemari. Dia akan senang melihatmu di ibukota.” Jawab Hwa Gun.

“Begitukah?” tanya Mae Chang.

“Berapa lama kau akan tinggal di ibukota?” tanya Hwa Gun.

“Aku tidak yakin. Itu tergantung Doryongnim.” Jawab Mae Chang.


Hwa Gun akhirnya beranjak keluar. Ia resah karena Seja belum juga muncul. Tak lama, Gon datang dan memberitahu Hwa Gun perihal Dae Mok yang mengirim pasukan untuk menangkap Seja. Hwa Gun pun bergegas mengajak Gon menemukan Seja lebih dulu.

Sementara itu, para ninja sudah mengintai di atap. Hwa Gun cemas, ia terus berlari menuju Seja. Seja sendiri sedang dalam perjalanan menuju lokasi pertemuan. Ga Eun melihat Seja. Ia bergegas menyusul Seja.


Hwa Gun akhirnya berhasil menemukan Seja. Ia ingin menghampiri Seja, tapi keduluan Ga Eun. Ga Eun mengaku ingin menanyakan sesuatu pada Chun Soo nya. Ia berjanji itu akan menjadi pertanyaannya yang terakhir.

“Sungguh kau bukan Chun Soo?” tanyanya.


Ga Eun menanti jawaban Chun Soo. Tepat saat Seja ingin menjawabnya, orang suruhan Dae Mok melompat turun dari atap dan menyerang Seja. Sontak, Seja langsung menarik Ga Eun ke belakangnya. Hwa Gun terluka melihat betapa Seja sangat melindungi Ga Eun.


Karena berusaha melindungi Ga Eun, salah satu dari ninja2 itu berhasil melukai Seja. Chung Woon marah melihat Seja dilukai. Dengan sekuat tenaga, ia berusaha melindungi Seja. Disaat ia kewalahan menghadapi puluhan pasukan Dae Mok, Hwa Gun melepaskan petasannya ke langit. Seketika, pasukan Hwa Gun datang. Pasukan Dae Mok pun langsung melangkah mundur.


Seja akhirnya jatuh tak sadarkan diri. Hwa Gun menangis. Ia ingin menghampiri Seja namun langkahnya seakan terkunci melihat ada Ga Eun di sana. Chung Woon dan Ga Eun lantas membawa Seja pergi. Hwa Gun pun mulai marah.


Woo Bo merawat luka Seja. Ga Eun dan Chung Woon menarik napas lega setelah Woo Bo menjelaskan kalau luka Seja tidak terlalu parah.


Hwa Gun menampar ninja yang melukai Seja. Ia tak mau mendengar penjelasan apapun. Ia lantas menyuruh pasukan Dae Mok pergi. Setelah pasukan Dae Mok pergi, Hwa Gun bertanya pada Gon, apakah kakeknya tahu soal Seja. Gon berkata, Dae Mok hanya tahu dia Kepala Pedagang.


Ga Eun dengan setia merawat Seja. Tanpa sengaja, ia melihat kalung bulan dan bintang Seja. Ga Eun menangis lega karena sosok di hadapannya memang Chun Soo yang sangat dirindukanya. Namun Ga Eun juga penasaran kenapa Seja berbohong. Tak lama kemudian, Seja sadar. Begitu sadar, Seja langsung menghapus air mata Ga Eun.


“Jangan menangis, Ga Eun-ah. Pura-pura tidak mengenalmu, maafkan aku. Betapa... Betapa aku berharap dapat menyebut namamu seperti ini lagi. Aku mengira dengan menjaga jarak kita... akan membuatmu selamat. Tapi tidak sedetikpun, aku pernah melupakanmu.” Ucap Seja.


Tangis Ga Eun pun pecah. Seja langsung menarik Ga Eun ke pelukannya. Ga Eun menangis di pelukan Seja. Seja lalu berjanji tidak akan meninggalkan Ga Eun lagi dan ia juga meminta Ga Eun tidak meninggalkannya. Seketika, ingatan Ga Eun pun melayang pada permintaan ibu suri yang memintanya menjadi mata2 ibu suri.

0 Comments:

Post a Comment