Ruler : Master Of The Mask Ep 25

Sebelumnya...


Ga Eun terkejut saat Daebi Mama menyuruhnya mengikuti proses seleksi pemilihan Ratu. Ga Eun menolak, ia beralasan seorang dayang istana tidak berhak menjadi seorang Ratu. Daebi Mama memohon, ia mengaku tidak punya pilihan lain. Harus ada yang membantu Yeon Joo selama proses seleksi dan hanya Ga Eun lah yang bisa dipercaya.Daebi Mama berjanji akan memulihkan kehormatan ayah Ga Eun jika Ga Eun menuruti perintahnya.


Sun bergegas menuju kediaman Ratu. Ia terkejut melihat Daebi Mama beserta para kandidat Ratu sudah tergeletak tak sadarkan diri. Sun mau menghampiri Ga Eun lebih dulu, tapi langkahnya terhenti karena tabib memberitahu tentang Daebi Mama yang sudah siuman.Dengan napas tersengal-sengal, Daebi Mama menanyakan apa yang terjadi. Sun memberitahu kalau ada yang berusaha meracuni Daebi Mama dan para kandidat.

“Itu… itu mustahil.” Jawab Daebi Mama.

  
Daebi Mama kembali pingsan. Sun menyuruh tabib memeriksa Daebi Mama terlebih dahulu. Setelah itu, Sun menatap ke arah Ga Eun. Melihat Seja yang mencemaskan Ga Eun, ia pun marah. Ia mendekati Seja dan memarahi Seja.

“Tugasmu melindungi mereka! Kenapa kau mengabaikannya!”

  
Seja berdiri dan meminta maaf pada Sun dengan wajah sedikit kesal. Saat tabib datang, hendak memeriksa Daebi Mama, Sun menyuruh tabib memeriksa kondisi Ga Eun terlebih dahulu. Tak hanya itu, Sun juga menyuruh Seja keluar. Seja mau protes, tapi tak jadi. Sedangkan Sun menatapnya penuh dengan kebencian.

“Setelah kondisinya stabil, bawa dia ke istana terpisah dan rawat dia disana.” Suruh Sun.


Woo Bo dan Kepala Kasim menuju ke suatu tempat dengan tergesa-gesa. Woo Bo berusaha mencari tahu apa yang terjadi lewat Kepala Kasim, tapi Kepala Kasim diam saja. Mereka akhirnya tiba di depan sebuah kamar dan Kepala Kasim mengumumkan kedatangan Woo Bo.

  
Ternyata Woo Bo dipanggil oleh Sun untuk mengobati Ga Eun. Sementara Seja yang menunggu diluar, tampak cemas karena Ga Eun belum juga sadarkan diri. Hingga malam harinya, Ga Eun masih belum sadarkan diri. 



Sun terus menunggui Ga Eun. Diluar, Seja juga menunggui Ga Eun.


Sampai keesokan harinya pun, Seja masih berdiri diluar menunggu Ga Eun. Ga Eun masih belum siuman. Woo Bo kembali memeriksa kondisi Ga Eun. Sun cemas, ia mengatakan Ga Eun demam tinggi sepanjang malam. Woo Bo menjelaskan, demam itu melawan sisa2 racun yang terakhir dan Ga Eun akan pulih setelah racunnya berhasil dikeluarkan. Sun menarik napas lega mendengarnya.Woo Bo lantas pamit karena ingin membuat ramuan obat untuk Ga Eun.

  
Begitu Woo Bo pergi, Sun mengambil handuk hangat dan mengelap wajah Ga Eun. Ga Eun tiba-tiba mengigau. Dalam igauannya, ia memanggil nama Chun Soo. Sun pun langsung kesal mendengarnya.

  
Woo Bo terkejut mengetahui Seja berdiri disana sepanjang malam menunggui Ga Eun. Begitu melihat Woo Bo, Seja langsung menanyakan kondisi Ga Eun. Woo Bo berkata, Ga Eun akan menderita selama 3 hari lagi, tapi sudah tidak mengancam nyawanya. Seja menarik napas lega mendengarnya. Seja lalu berkata, ingin menemui Ga Eun.Woo Bo berjanji akan membantu Seja menemui Ga Eun setelah Sun pergi.

  
Tak lama kemudian, Sun keluar dengan wajah kesal. Begitu melihat Sun pergi, Seja langsung menemui Ga Eun. Seja cemas melihat kondisi Ga Eun. Tak lama kemudian, Ga Eun membuka matanya. Ga Eun menyentuh wajah Seja dan meminta Seja tidak mencemaskannya.

Seja menggenggam erat tangan Ga Eun. Ia meminta Ga Eun agar tidak membuat dirinya cemas lagi. Tangis Ga Eun langsung mengalir.

“Tahukah kau perasaanku saat melihatmu tergeletak di lantai waktu itu?” tanya Seja lembut.

“Pasti kau merasakan hal yang sama denganku saat aku melihatmu di air.” Jawab Ga Eun.


Seja tersenyum lembut. Ga Eun membalas senyum Seja. Ga Eun kemudian bangun dari tidurnya. Seja membantu Ga Eun bangun. Tapi lantaran kondisinya yang masih lemah, Ga Eun jatuh ke pelukan Seja.

“Saat aku lelah atau terancam, kau selalu ada untukku. Meskipun dalam samaran berbeda,setiap kalinya. Pencari buku, Kepala Pedagang, dan hari ini Pejabat. Terkadang, aku bertanya-tanya, siapa dirimu tapi bagiku kau hanyalah Tuan Chun Soo.” Ucap Ga Eun.


Mendengar penuturan Ga Eun, Seja pun semakin bersalah. Seja lantas mengeratkan pelukannya. Tanpa disadari Ga Eun, tangis Seja mengalir. Ga Eun nampak nyaman di pelukan Seja.


Moo Ha menunggu sendirian dengan gelisah. Tak lama kemudian, Woo Bo datang bersama Seja. Moo Ha langsung menanyakan kondisi Ga Eun. Seja tersenyum dan menjelaskan kondisi Ga Eun yang sudah membaik. Moo Ha menarik napas lega. Ia mengaku jantungnya hampir copot saat mendengar apa yang terjadi Ga Eun.


Moo Ha lalu menanyakan kondisi yang lainnya. Woo Bo berkata, semuanya selamat. Moo Ha pun merasakan hal yang janggal. Woo Bo setuju dengan Moo Ha. Woo Bo merasa Pyunsoo-hwe tidak mungkin melakukan rencana seperti itu.

“Itu bukan ulah Pyunsoo-hwe. Coba pikirkan, apa yang akan mereka dapatkan dengan melakukan ini?” ucap Seja.

Dan benar saja, memang bukan Pyunsoo-hwe pelakunya!

Moo Ha setuju dengan pendapat Seja. Pyunsoo-hwe tidak akan mendapatkan apapun selain kehilangan calon mereka. Woo Bo membahas soal Daebi Mama yang juga ikut diracun. Seja berkata, Daebi Mama tidak akan kehilangan apapun, tapi justru akan mendapat keuntungan besar karena hal ini.


Dae Mok menanyakan pendapat Hwa Gun soal ini. Menurut Hwa Gun, Daebi Mama lah pelakunya. Menteri Heo terkejut menyadari Daebi Mama melakukan hal itu untuk mengendalikan seleksi Ratu.

“Tapi tidak usah cemas. Walaupun Ja Young dan Eun Soo menolak, ada orang lain yang bisa mengikuti seleksi Ratu.” Jawab Hwa Gun.

“Siapa yang bisa melakukannya?” tanya Dae Mok.

  
Menteri Choi menemui Daebi Mama. Ia tidak menyangka Daebi Mama sampai meminum racun hanya demi kekuasaan. Daebi Mama kesal, ia menyuruh Menteri Choi berhenti bicara omong kosong, juga menyuruh Menteri Choi memberitahu Yeon Joo kalau dia rela minum racun demi menyerahkan mahkota Ratu pada Yeon Joo.


Woo Bo bersyukur semua kandidat sudah pulih, jadi mereka bisa melanjutkan proses pemilihan Ratu, namun Woo Bo mencemaskan yang akan terjadi selanjutnya. Seja curiga karena Pyunsoo-hwe belum melakukan apapun padahal sudah kehilangan dua calon mereka. Seja yakin, kalau begini terus Yeon Joo lah yang akan menang.

  
Proses seleksi kembali dilanjutkan. Semua para kandidat telah lolos seleksi tahap awal. Kali ini, Raja ikut mengawasi proses seleksi. Daebi Mama menjelaskan, lantaran insiden kemarin, para tetua kerajaan tidak bisa hadir dan digantikan oleh Raja. Sun melihat wajah Ga Eun dengan jelas karena Ga Eun duduk di pinggir tirai. Sun menatap Ga Eun dengan penuh cinta.

  
Kepala Dayang tiba-tiba mengumumkan ada seseorang yang akan membantu proses seleksi itu. Tak lama, masuklah Hwa Gun.Ga Eun terkejut melihat sosok Hwa Gun. Sementara Hwa Gun, dia menatap Ga Eun dengan pandangan angkuh.

  
Daebi Mama marah. Ia tanya, apa hak Hwa Gun ikut serta dalam proses seleksi.

“Tentu saja aku berhak, karena aku adalah Ketua Kelompok Pyunsoo.” Jawab Hwa Gun.

Ga Eun, Daebi Mama dan Sun terkejut.Hwa Gun kemudian meminta pendapat Raja tentang hak nya ikut ambil bagian dalam proses seleksi. Raja pun kebingungan harus menjawab apa. Hwa Gun menekan Raja dengan mengancam akan membawa kakeknya kesana. Mendengar itu, Sun langsung membolehkan Hwa Gun ikut serta dalam proses seleksi.

  
Moo Ha memberitahu Seja dan Woo Bo dengan wajah panic tentang Ketua Pyunsoo-hwe yang menjadi juri dalam proses seleksi. Sontak saja, Seja dan Woo Bo terkejut. Seja yang sudah mengetahui siapa Ketua Pyunsoo-hwe itu, langsung bergegas menemuinya.

“Putri Penasihat Ketiga, adalah keponakan Daebi Mama, jadi aku yakin dia kuat dan teguh.”puji Hwa Gun, membuat Daebi Mama kesal.

  
Hwa Gun lantas melanjutkan kata-katanya kalau mereka akan memilih ibu untuk Joseon, jadi mereka harus tahu apa para kandidat memahami hidup rakyat.Hwa Gun memberi pertanyaan untuk Yeon Joo. Ia bertanya, berapa harga satu gantang beras. Yeon Joo yang tidak tahu jawabannya jelas kebingungan.

“Penasihat Ketiga pasti membesarkannya seperti bunga yang terlindung di rumah kaca.” Sindir Hwa Gun.

Yeon Joo kemudian menjawab, satu gantang beras dihargai 5 nyang. Daebi Mama senang mendengar jawaban Yeon Joo. Sementara Hwa Gun tampak kesal. Hwa Gun yang kesal kembali memberikan pertanyaan pada Yeon Joo soal upeti yang ditawarkan setiap wilayah.

“Provinsi Chungcheong,Provinsi Jeolla, dan Provinsi Gyeongsang memberikan kapas. Provinsi Pyongan dan Provinsi Hwanghae menawarkan sutra. Provinsi Hamgil dan Gangwon menawarkan buah pir sebagai upeti.” Jawab Yeon Joo.

Darimana Yeon Joo tahu? Tentu saja dari Ga Eun…

  
“Lebih jauh mana, matahari di langit atau ibukota?” tanya Hwa Gun.

Ga Eun dan Yeon Joo kebingungan memikirkan jawabannya. Sementara Hwa Gun tersenyum puas. Tak lama kemudian, Ga Eun menyadari jawaban dari pertanyaan Hwa Gun. Ia seketika bangkit dari duduknya, membuka tirai dan menatap Hwa Gun dengan kesal.

“Itu bukan pertanyaan, tapi jebakan.” Jawab Ga Eun.

“Jebakan?” tanya Hwa Gun.


“Apapun jawaban darinya, kau akan mampu berkata bahwa dia salah. Karenanya, itu jebakan. Jika dia bilang ibukota lebih dekat, kamu akan menjawab ‘Angkat kepalamu dan tataplah langit, matahari berada tepat di hadapanmu.Tapi ibukota terlalu jauh hingga kamu tidak bisa melihatnya.Karenanya matahari lebih dekat, bukan?’dan jika dia bilang langit lebih dekat, kau akan menjawab ‘Kau bisa menemui seseorang dari ibukota tapi kau tidak pernah menemui seseorang dari langit. Karenanya ibukota lebih dekat, bukan?’Siapa yang bisa menjawab pertanyaan aneh seperti itu?” jawab Ga Eun.


Daebi Mama takjub dengan kepintaran Ga Eun. Sementara Hwa Gun terlihat semakin kesal. Meskipun kesal, Hwa Gun meminta maaf karena sudah menanyakan pertanyaan aneh dan sebagai permintaan maafnya, ia akan menanyakan pertanyaan yang lebih jelas dan mengizinkan Ga Eun serta Yeon Joo menjawab pertanyaannya jika tahu jawaban atas pertanyaannya.

“Kali ini aku akan bertanya soal hukum. Jika seseorang berani menyalahgunakan nama Raja, apa hukuman yang pantas untuk penjahat seperti itu?” tanya Hwa Gun.

  
Ga Eun terkejut mendengar pertanyaan Hwa Gun. Begitu pula dengan Sun dan Daebi Mama yang langsung menatap Hwa Gun.

Sontak, pertanyaan Hwa Gun mengingatkan Ga Eun akan kematian ayahnya.

  
Yeon Joo menjawab duluan, kalau penjahat seperti itu harus dieksekusi. Hwa Gun membenarkan jawaban Yeon Joo dengan wajah puas. Sambil menatap tajam Ga Eun, Hwa Gun berkata penjahat seperti itu harus dieksekusi dan dipenggal di area eksekusi Gerbang Seoso.Kepalanya digantung tinggi di sebuah kayu. Seluruh warga yang lewat meludahi kepalanya.

Tubuh Ga Eun pun bergetar menahan kekesalannya.

  
Sementara itu, Seja masih menunggu diluar. Tak lama kemudian, para kandidat keluar dari kediaman Daebi Mama. Wajah Ga Eun terlihat murung. Ga Eun yang tidak menyadari kehadiran Seja, bergegas pergi. Hwa Gun akhirnya keluar. Hwa Gun menatap Seja dengan tatapan lirih. Tapi Seja menatapnya dengan kesal. Seja lalu beranjak pergi, tapi Hwa Gun mengajaknya bicara.


Di sebuah kamar, tangis Ga Eun mengalir deras teringat kata2 Hwa Gun tadi. Tak lama kemudian, Kepala Kasim datang dan Ga Eun pun langsung menghapus air matanya. Kepala Kasim berkata, istana ingin memberikan Ga Eun hadiah karena sudah menyelesaikan seluruh proses seleksi.


Ga Eun dibawa ke salah satu ruangan yang berisi banyak sekali perhiasan. Perhatian Ga Eun tertuju pada salah satu perhiasan. Ia mengambilnya satu. Tak lama kemudian, Raja pun datang.

“Kau suka hiasan itu? Aku akan meminta pengrajin yang sama untuk membuat hal yang lebih indah.” Ucap Sun.

  
Ga Eun diam saja. Ia buru2 meletakkan hiasan itu lagi dan mengambil salah satu kain sutra di meja.

“Kudengar kami akan diberi sutra setelah proses seleksi selesai. Aku hanya akan menerima ini sama seperti kandidat lainnya.” Ucap Ga Eun dingin.

“Aku sengaja meminta hiasan berwarna kuning.Kau tidak menyukainya? Warna kuning.” Jawab Sun.

Ga Eun terkejut Raja tahu warna favoritnya.

  
Sementara itu, Seja sedang bicara berdua dengan Hwa Gun. Hwa Gun menjelaskan, kalau bukan Pyunsoo-hwe yang meracuni para kandidat. Seja mengaku juga berpikiran hal yang sama.

“Nona Kim, aku berterima kasih padamu karena kau sudah banyak membantuku tapi aku lebih suka jika kita tidak bertemu lagi diam-diam. Baik Kelompok Pyunsoo atau aku harus dihancurkan, itulah sifat alami hubunganku dengan Kelompok Pyunsoo.Kau adalah pimpinan Kelompok Pyunsoo. Maafkan aku karena harus mengatakan hal ini. Jagalah dirimu. Selamat tinggal.” Ucap Seja.

  
Seja ingin pergi, tapi Hwa Gun menghentikan langkahnya. Seja terkejut Hwa Gun memanggilnya Seja Jeoha…

“Sejak kapan kau tahu?” tanya Seja.

“Aku sudah tahu 5 tahun sejak menemuimu di rumah kaca itu. Akulah yang menyelamatkanmu dari jurang itu. Aku membuat jantungmu berhenti sementara dengan sebuah obat untuk mengelabui kakekku.”jawab Hwa Gun.

Seja dan Chung Woon terperangah mendengarnya. Mata Hwa Gun mulai berkaca-kaca.

“Kau tidak mau bertanya kenapa aku menyelamatkanmu? Aku… menyukaimu.” Jawab Hwa Gun.

“Nona Kim, aku…”

“Aku mencintaimu. Dengan syarat aku mau menjadi pimpinan Kelompok Pyunsoo, kakekku berjanji padaku tidak akan membahayakan nyawamu.Aku menjadi pimpinannya untuk menyelamatkanmu dan melindungimu.Tapi kita tidak boleh bertemu karena aku pimpinan Kelompok Pyunsoo? Apa aku meminta hal yang sulit padamu? Aku memintamu berada di dekatku dan tidak pergi.Apa itu serakah? Berapa banyak lagi yang harus kuberikan agar kau melihatku?”

  
Setelah mengatakan seluruh perasaannya, Hwa Gun pun pergi. Seja diam saja. Ia masih tidak menyangka Hwa Gun berkorban sebanyak itu untuk dirinya. Chung Woon mendekati Seja.

“Kau berkata, aku harus memerangi Dae Mok. Kau berkata, mereka yang diatas menyelamatkan nyawaku. Tapi sebenarnya cucu Dae Mok yang menyelamatkanku.” Ucap Seja terluka.

“Jeoha, aku menemukan hal yang aneh. Nona Kim berkata, dia berjanji pada Dae Mok untuk menyelamatkan nyawa Yang Mulia. Jika itu benar, orang yang berusaha membunuh Yang Mulia Kemarin, bukanlah Dae Mok.” Ucap Chung Woon.

“Benar. Aku tahu kemungkinan pelakunya.” Jawab Seja.


Woo Bo terkejut mendengar cerita Seja. Seja mengaku Daebi Mama berusaha membunuhnya. Seja bercerita, ia tidak sadarkan diri setelah meminum teh beracun di istana Daebi Mama.

“Bagaimana bisa kau berpikiran seperti itu?”tanya Moo Ha.

“Daebi Mama sudah tahu kebenarannya bahwa hanya pelakunya lah yang akan tahu.” jawab Seja.

Flashback…

  
Seja membahas soal Kelompok Pyunsoo yang berani datang ke istana untuk meracuni seseorang dengan Daebi Mama. Seja bertanya, apa Daebi Mama tidak ingin mencari pelakunya.

“Itu pasti perbuatan salah satu anggota Dae Mok. Untuk apa mencarinya?” jawab Daebi Mama.

“Kalau begitu, Daebi Mama harus meningkatkan penjagaan. Apa Daebi Mama ingat, Tim Ki Chal berusaha membunuhku di istana ini?” ucap Seja.

“Aku mengingatnya.” Jawab Daebi Mama.

Flashback end…

  
“Aku belum pernah melihat Tim Ki Chal. Ga Eun lah yang memberitahuku. Tapi Daebi Mama sudah tahu.” ucap Seja.

“Begitu rupanya, lalu apa rencanamu?” tanya Woo Bo.

“Aku akan membantu Daebi Mama. Saat ini, menghentikan Kelompok Pyunsoo adalah prioritas.” Jawab Seja.


Menteri Joo melaporkan kalau ia menemukan hal yang janggal selama proses seleksi. Ia berkata, Daebi Mama menjadi gesit dan cekatan. Dia mempersiapkan proses seleksi dan pengikutnya begitu cepat. Dae Mok pun yakin ada yang membantu Daebi Mama. Woo Jae lalu bertanya, apa yang harus mereka lakukan.

“Daebi Mama bersikap arogan setelah menyembunyikan insiden racun.Cari tahu siap yang memberikan racun itu.” suruh Dae Mok.

“Haruskah kita cari pengikutnya yang meracuni teh mereka? Pelakunya pasti salah satu dayang istana.” Jawab Menteri Heo.

“Ada orang lain yang akan menjadi contoh lebih baik.” Ucap Dae Mok.

  
Siapakah orang itu? Dia adalah Ga Eun! Orang2 Pyunsoo-hwe menerobos masuk tepat saat Daebi Mama akan mengumumkan 3 nama yang lolos seleksi. Menteri Joo mengaku sudah menemukan orang yang meracuni teh mereka. Daebi Mama langsung pucat. Mereka menangkap Ga Eun!

0 Comments:

Post a Comment