My Golden Life Ep 28 Part 2

Sebelumnya...


Di studio, Ji An lagi bersih2. Tak lama kemudian, Hyuk datang dan mengajak Ji An melakukan tes pasar.


Hyuk dan Ji An lalu pergi ke beberapa toko, setelah itu mereka makan siang bersama.


Melihat Ji An makan dengan lahap, Hyuk pun senang. Ji An pun bercerita, kalau restoran itu sudah berjalan selama tiga generasi dan kakeknya adalah pelanggan setia restoran itu. Hyuk pun menjawab, kalau nanti anaknya menjadi tukang kayu juga seperti dirinya maka anaknya akan menjadi generasi ketiga.

“Kau bilang ayahmu tukang kayu. Boleh kutanya, bagaimana kabarnya?” tanya Ji An.

“Dia bekerja.” Jawab Hyuk singkat.

“Kalian tinggal terpisah?” tanya Ji An.

“Dia memaksa kakakku menikah. Setelah kakakku bercerai dan kembali ke rumah, dia pergi dari rumah dan hidup terpisah dengan kami. Katanya dia mau hidup sendiri. Dia enggan bergantung kepadaku lagi.” Jawab Hyuk.

Siapakah ayah Hyuk? Dia bossnya Ji An... sebenarnya sy dari awal juga sudah merasa dia ayahnya Hyuk, tapi masih gk yakin.. Hehehe...


Seketaris Min memanggil Ji Soo yang baru selesai mandi. Ia memberitahu Ji Soo kalau sopir yang dikirim Tuan Choi untuk menjemput Ji Soo sudah datang. Seohyun yang baru datang mendengar dan menghampiri mereka. Seohyun penasaran kenapa sang ayah mengirimkan sopir untuk sang kakak. Ji Soo bilang, kalau sang ayah ingin makan siang dengannya. Seohyun kecewa karena sang ayah tidak pernah mengajaknya makan siang sebelumnya.

Di kantor, Senior Jo terkejut membaca pengumuman kalau hari jadi perusahaan akan diadakan pada hari kerja. Senior Oh berseru senang karena mereka tak perlu bekerja di hari libur. Senior Song curiga, Senior Oh mau berkencan dengan Ha Jung di akhir pekan. Manajer Lee pun mengajak mereka semua naik gunung. Mendengar ajakan Manajer Lee, mereka langsung pura2 sibuk menjawab telepon. Manajer Lee kesal,, dan menyuruh mereka kembali bekerja.


Jin Hee dan Tuan Jung sama2 heran kenapa CEO No mengubah tanggal perayaan hari jadi perusahaan dan batal mengumumkan Eun Seok. Tak hanya itu, mereka juga penasaran akan keberadaan Eun Seok (Ji An) sekarang. Jin Hee mengaku, sudah menanyakan hal itu pada sang ayah tapi sang ayah hanya berkata, kalau Eun Seok sedang berlibur.

“Pikiran ayahmu tidak bisa ditebak.” Jawab Tuan Jung.

“Haruskah kusebarkan berita ini pada awak media?” tanya Jin Hee.

“Jangan. Ayah mengetahui perbuatanmu tempo hari.” Larang Tuan Jung.

“Jika aku membuat satu kesalahan lagi, dia akan membunuhku.” Jawab Jin Hee.

Tuan Choi sudah menunggu Ji Soo di sebuah restoran. Begitu Ji Soo datang, para pelayan langsung menyajikan banyak makanan sesuai instruksi Tuan Choi. Tuan Choi mengaku, sengaja memesan banyak makanan karena tidak tahu kesukaan Ji Soo.

“Ayah ingin mengatakan sesuatu padaku? Di drama-drama, saat orang-orang makan di ruangan pribadi, mereka membicarakan rahasia. Hal yang tidak boleh didengar orang lain.” Ucap Ji Soo.

Tuan Choi tersenyum, lalu berkata bahwa ia memesan ruangan pribadi agar bisa memberikan sesuatu pada Ji Soo.

Ji Soo penasaran Tuan Choi mau memberinya apa, tapi Tuan Choi mengajak Ji Soo makan dulu.

Tuan Choi senang melihat Ji Soo yang makan dengan lahap.


Selesai makan, barulah mereka bicara. Tuan Choi mengaku, bahwa dirinya juga merasa asing dengan Ji Soo, karena bukan ia yang membesarkan Ji Soo. Ji Soo pun mengaku, kalau ia percaya bahwa orang2 akan merasa lebih dekat dengan seseorang yang membesarkan mereka.

“Tapi tetap saja, meski amat asing bagimu, kami tetap orang tuamu. Kau terasa asing bagi kami, tapi kau tetap putri kami.” Ucap Tuan Choi.

Ji Soo mengangguk. Tuan Choi lantas mengaku akan memberikan beberapa bukti pada Ji Soo.

Ji Soo bingung. Tuan Choi memberikan hadiah pada Ji Soo. Ji Soo membukanya dan tertegun melihat hadiahnya. Hadiahnya adalah barang2 masa kecilnya.


Tuan Choi meminta maaf karena mereka sempat mengira bahwa Ji Soo sudah tewas. Tuan Choi lantas bercerita, kalau Nyonya No putus asa karena tidak bisa menemukan Ji Soo. Dan CEO No menyuruh mereka mengunci kamar Ji Soo, serta membakar foto2 Ji Soo. Tuan Choi mengaku, ia membutuhkan tempat untuk berkabung, jadi ia meletakkan barang2 Ji Soo di rumah abu.

Ji Soo mulai melihat barang2 masa kecilnya. Ia mengambil foto masa kecilnya.


“Selain itu, setiap kali merindukanmu, ayah pergi ke sana. Setiap tanggal 17 Maret, pada hari ulang tahunmu, ayah memberikanmu hadiah.” aku Tuan Choi.

“Apa yang diinginkan anak berusia 7 tahun? Seorang siswi SMP pasti menginginkan pemutar MP3 bukan? Seorang siswi SMA pasti mau memakai riasan.” Lanjut Tuan Choi saat melihat putrinya yang tengah membuka satu per satu barang2 masa kecilnya.


Ji Soo kemudian membuka stempelnya yang bertuliskan nama aslinya.

“Seorang siswi SMP pasti membutuhkan cap. Kini usianya sudah lebih dari 20 tahun. Dia pasti menyukai perhiasan.” Ucap Tuan Choi.

Ji Soo lalu membaca kartu ucapan selamat ulang tahun dari sang ayah.

“Yang paling disayangkan, ayah tidak mengingat hadiah mana untuk ulang tahun keberapa. Ada satu kartu setiap tahunnya.”

Dan, tangis Ji Soo pun akhirnya pecah.

“Saat kami mendengar putri kami mulai ditemukan, ayah membawa semuanya kembali.” Ucap Tuan Choi.

“Aku tidak tahu harus mengatakan apa.” Jawab Ji Soo.

“Kau tidak perlu mengatakan apapun. Ketahuilah saja, bahwa ayah merindukanmu selama bertahun-tahun.” Ucap Tuan Choi.


Kabar mengejutkan datang dari keluarga So Ra. Nyonya Son menghubungi Nyonya No untuk memberitahukan kalau So Ra akan datang di hari jadi Haesung Grup. Nyonya Son juga menyampaikan keinginan So Ra yang ingin bertunangan dengan Do Kyung sebelum kembali ke Amerika.


Selesai bicara dengan Nyonya Son, Nyonya No langsung menghubungi ayahnya. Sang ayah terkejut dan bergegas menghubungi Tuan Choi. Sang ayah ingin mereka datang ke Yangpyeong.


Tuan Seo mencoba mencari pekerjaan lain. Ia melamar sebagai pemancing ikan, tapi ditolak karena usianya yang sudah renta. Tuan Seo kekeuh ingin bekerja. Ia berkata, itu bukan soal umur, tapi stamina.


Tak lama kemudian, ponsel Tuan Seo berdering. Telepon dari Tuan Jang. Tuan Seo terkejut Tuan Jang memakai nomor Korea. Tuan Jang mengaku, ia baru saja tiba di Korea dan mengajak Tuan Seo ketemuan.

Mereka lalu bertemu di sebuah restoran. Tuan Jang penasaran, alasan Tuan Seo mau berhenti berbisnis padahal baru saja dimulai.

“Aku hanya tidak ingin bekerja. Tidak ada alasan melakukannya. Tidak ada gunanya.” Jawab Tuan Seo.

“Kau bisa menggunakan semua uangnya. Kau tidak pernah pergi bahkan saat masih kaya.” Ucap Tuan Jang.

“Jangan bicara konyol.” Jawab Tuan Seo.

“Makanlah dulu. Kau seperti belum makan berhari-hari.” Ucap Tuan Jang, lalu menyendokkan sup ke mangkuk Tuan Seo.

“Kau bisa makan sesukamu.” Jawab Tuan Seo.

“Bagaimana aku bisa makan, melihatmu saja membuatku sedih.” Ucap Tuan Jang.


Tuan Seo pun mulai makan, tapi baru saja makan sesuap, perutnya sudah terasa sakit. Tuan Seo pun bergegas ke kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya.

Begitu kembali ke mejanya, Tuan Seo mengaku kalau ia tidak bisa makan makanan pedas saat perut kosong. Kasihan, Tuan Jang pun mengajak Tuan Seo tinggal di Vietnam bersamanya.

“Seok Doo-ya, kenapa aku dilahirkan? Ayahku pernah bilang kepadaku, semua orang terlahir untuk suatu alasan. Kita ada gunanya. Aku dilahirkan untuk apa?” tanya Tuan Seo.


Beralih ke Tuan Choi yang tidak setuju dengan rencana gila CEO No yang mau Ji Soo berpura2 menjadi Ji An. Tuan Choi berkata, Eun Seok yang dilihat teman2 Nyonya No adalah Ji An, bukan Ji Soo.

“Mereka hanya melihatnya sekali. Mereka tidak akan menyadarinya dari kejauhan. Kita akan mengadakan upacaranya di ruang dansa Hotel MJ. Biarkan tamu yang tidak dekat duduk di kursi paling belakang. Kita akan membawa Eun Seok ke podium, mengumumkan bahwa dia adalah putri kalian yang lama hilang, lalu menyuruhnya turun.” Ucap CEO No.


“Ayah, itu terlalu berisiko.” Jawab Nyonya No.

“Kita bisa mengatakan Eun Seok kuliah di luar negeri.” Ucap Tuan Choi.

“So Ra baru akan pergi setelah bertunangan. Mana mungkin kita tidak mengundangnya padahal dia ingin datang. Kau tidak tahu artinya itu? Dia ingin meresmikan bahwa dia kini juga bagian dari Keluarga Haesung.” Jawab CEO No.

Tuan Choi tetap tidak setuju. Ia ingin berkata dengan jujur, kalau putri mereka tertukar.

Nyonya No tidak setuju. Ia yakin, kalau mereka jujur, pertunangan Do Kyung dan So Ra akan hancur.


“Kau menjadi bagian dari keluarga ini sejak 30 tahun lalu, tapi masih belum paham juga? Lulusan universitas kejuruan yang membuat roti dan tumbuh besar dengan ayah yang melakukan pekerjaan kasar. Pers? Mereka akan menempeli kita seperti lintah dan melaporkan segalanya. Mulai dari kehilangan anak selama 25 tahun itu. Akankah kita mendapatkan besan setelah kejadian itu? Selain itu cucu ayah tertukar. Pimpinan Grup Haesung dibodohi. Kita akan menjadi bahan tertawaan.” Jawab CEO No.

“Dia putriku! Cucu ayah!” tegas Tuan Choi.

“Dia keturunan Haesung! Setelah semua usaha ayah dalam mendirikan perusahaan ini, pikirmu ayah akan membiarkan satu kesalahan mencoreng nama ayah?” tanya CEO No.

CEO No lantas menyuruh Tuan Choi bicara dengan pers. Sementara Nyonya No, ia suruh mengendalikan Ji Soo yang disebutnya anak pembangkang.


Sementara Tuan Choi, Nyonya No dan CEO No sibuk membahas rencana terkait Eun Seok, Eun Seok justru sibuk dengan barang2 masa kecilnya. Ia bahkan mencoba sepatu masa kecilnya.

Di ruangannya, Do Kyung sedang berpikir sambil memandangi tas Ji An. Tak lama kemudian, ia beranjak dari ruangannya sambil membawa tas Ji An.


Hyuk dan Ji An baru saja tiba di studio ketika Do Kyung datang. Hyuk kesal karena Do Kyung terus menerus datang menemui Ji An. Do Kyung ingin bicara dengan Ji An. Ia bahkan rela menunggu sampai pekerjaan Ji An selesai. Hyuk keberatan. Tapi Ji An mau bicara dengan Do Kyung setelah melirik tasnya yang dibawa Do Kyung.


Ji An meminta tasnya dikembalikan. Do Kyung pun mengembalikan tas Ji An, serta mengaku sengaja datang sendiri untuk mengembalikan tas Ji An. Ji An penasaran kenapa Do Kyung datang lagi.

“Ini kesalahanku, Ji An-ah. Seperti yang kau katakan, aku takut. Kupikir aku tidak bisa menjadi milikmu dan tidak akan pernah mau. Jika kau bilang menyukaiku, kupikir aku tidak akan bisa menahannya. Aku pengecut. Aku seharusnya mengatakan ini, saat kita bertemu lagi tempo hari. Aku menyesal tidak mengatakannya karena takut.” Ucap Do Kyung.


“Orang yang memiliki banyak hal untuk dipertahankan memiliki banyak ketakutan. Ketakutan akan kehilangan segalanya. Orang yang menginginkan banyak hal berpikir perasaan takut adalah keberanian.” Jawab Ji An.

Do Kyung ingin bicara lagi, tapi Ji An buru2 memotong ucapan Do Kyung dengan mengucapkan terima kasih.


Ji An juga berkata, jika memikirkan apa yang dilakukan orang tuanya, ia bersedia menerima semua hinaan yang dilontarkan Do Kyung padanya. Tapi jika hanya memikirkan hubungan mereka, Ji An mengakui kalau dia terluka.

Sebelum berpisah, Do Kyung mengaku akan datang lagi menemui Ji An. Tapi Ji An melarangnya. Ji An berkata, Do Kyung sudah tidak punya alasan lagi untuk menemuinya.

Mata Do Kyung langsung berkaca2 menatap kepergian Ji An.


Do Kyung nyaris tabrakan karena melamun memikirkan Ji An. Sementara itu, Ji An fokus dengan pekerjaannya.

Untunglah Do Kyung lekas membanting setirnya sebelum truk itu menghantam mobilnya.

Lalu terdengar narasi Do Kyung.

“Orang yang kucintai pada akhirnya adalah Ji An.”


Setibanya di rumah, Do Kyung pun memberitahu orang tuanya kalau dirinya tidak akan menikahi So Ra. Sontak kedua orang tuanya kaget.

0 Comments:

Post a Comment