Ruby Ring Ep 26

Sebelumnya...


Keluar dari kamar mandinya, Gyeong Min langsung menanyakan keadaan Roo Bi pada Roo Na. Roo Na yang sedang membersihkan wajahnya dari riasan pun kesal.

“Kupikir dia terluka. Aku benar-benar takut.” Ucap Gyeong Min.

“Dia tidak lemah. Dia hanya berpura-pura lemah.” Jawab Roo Na.

“Kenapa dia harus melakukan itu?” tanya Gyeong Min.

“Mungkin agar kita kasihan dan simpati padanya.” Jawab Roo Na.

“Jeong Roo Bi-ssi.”

“Arraseo, kau ingin bertanya kenapa kenapa mulutku terus menjelekkan satu-satunya adik perempuanku, kan?” ucap Roo Na.



Roo Na pun duduk disamping Gyeong Min dan membuat alasan, kalau barusan ia sedang mengetes Gyeong Min. Gyeong Min pun meminta Roo Na berhenti mengetesnya karena ia tidak akan jatuh lagi dalam tes itu.

“Arraseo.” Jawab Roo Na.

Saat Gyeong Min membicarakan masa lalu, Roo Na pun diam. Gyeong Min mengaku, saat ia dan ‘Roo Na’ terkunci di gudang, ia teringat masa lalunya saat mereka dulu terkunci di gudang supermarket tempat mereka bekerja.

“Kau ingat? Aku masih bisa mengingat raut wajahmu tapi raut wajah Roo Na sama dengan raut wajahmu saat itu. Apakah itu karena kalian kembar?” ucap Gyeong Min.

Roo Na yang tak suka Gyeong Min mengungkit masa lalu pun, mengalihkan pembicaraan dengan menyuruh Gyeong Min tidur. Gyeong Min bertanya, apa Roo Na tidak suka membahas masa lalu mereka. Roo Na pun menjawab, itu karena dia mencemaskan Gyeong Min yang sibuk sepanjang hari.

Roo Na lalu keluar, dengan alasan ingin menatap beberapa berkas2.


Diluar, Roo Na kembali membaca buku harian Roo Bi. Ia mencari tahu, kapan Roo Bi dan Gyeong Min terkunci di gudang supermarket. Tapi ia tak menemukan cerita itu di sana.

“Kedai kopi, liburan, semuanya ada di sini. Tapi kenapa gudang supermarket tidak ada? Kenapa dia tidak menulis buku hariannya dengan benar? Kenapa menyimpan buku harian kalau tidak menulis kisahnya secara detail?  Aku muak dan lelah karena ini. Saat itu, saat itu, sebelumnya, sebelumnya, berapa lama lagi aku harus melalui semua ini! Apalagi yang harus kulakukan! Aku lelah dan muak dengan semua ini!”

Roo Na berteriak sambil merobek buku harian Roo Bi.



Tepat saat itu, Gyeong Min keluar dan Roo Na langsung diam. Gyeong Min mengambil sobekan buku harian Roo Bi dan bertanya, apa yang sedang Roo Na lakukan. Roo Na pun membuat alasan, kalau ia sedang stress. Gyeong Min meminta Roo Na cerita, apa yang membuat Roo Na stress. Tapi Roo Na diam saja.

“Kita sudah menikah dan aku merasa kau memiliki banyak rahasia dariku.” Ucap Gyeong Min.

“Chagia, kenapa kau begitu serius? Aku tidak punya rahasia.” Jawab Roo Na.



Roo Na lalu memeluk Gyeong Min dan mengaku bahagia hidup dengan Gyeong Min. Gyeong Min pun semakin merasa ada yang aneh dengan Roo Bi nya.

*Gemes sy, ni si Gyeong Min udah ngerasa ada yang aneh ama Roo Bi, dia ngerasa Roo Bi itu kayak orang asing, tapi gk berusaha mencari tahu.



Jihyeok tampak lesu saat makan malam dengan Dongpal. Jihyeok berkata, kalau ia cemas dengan ujian matematika nya.

“Kau melakukannya dengan baik terakhir kali.” Ucap Dongpal.

“Ini tidak akan sama di setiap saat. Tidak mudah mengikuti perkembangan anak-anak yang mampu membayar les privat.” Jawab Jihyeok, membuat Dongpal diam.



Jihyeok lantas memberikan kalung keberuntungannya pada Dongpal.

“Orang-orang bilang, itu kalung keberuntungan. Kurasa, akan lebih bagus jika kau yang memakainya. Itu akan mengingatkanmu untuk selalu menjadi pria yang jujur.” Ucap Jihyeok.



Dibantu Chorim dan Soyeong, Gilja bersih-bersih restoran. Tak lama kemudian, Dongpal datang dan Chorim pun menawarkan Dongpal secangkir kopi. Soyeong mendekati Dongpal karena melihat kalung Dongpal.

“Desain kalungmu unik, darimana kau mendapatkannya? Kau membelinya?” tanya Soyeong.

“Beli? Ini hadiah?” jawab Dongpal.


“Siapa yang memberikannya padamu?” tanya Chorim seraya mendekati Dongpal.

Hampir saja Dongpal keceplosan, mengatakan kalau kalung itu hadiah dari anaknya. Tapi Dongpal yang hampir keceplosan itu, buru-buru meralat ucapannya dengan mengatakan itu hadiah dari kenalannya.

“Siapa?” tanya Chorim.

“Chorim, aku ini orang terkenal, jadi berhentilah mencurigaiku seperti itu.” Jawab Dongpal.

“Jadi kalung itu hadiah dari seorang wanita?” tanya Soyeong.


Chorim pun langsung menatap Dongpal dengan wajah cemberut. Melihat Chorim yang cemberut, Dongpal malah mengaku tidak peduli dengan apa yang dipikirkan Chorim, yang jelas ia merasa tidak perlu memberitahu Chorim.

“Jadi kalungnya benar-benar hadiah dari seorang wanita?” tanya Soyeong.

“Berhentilah memanas-manasinya, Soyeong-ah! Lebih kau membantuku membersihkan meja. Kau juga Chorim.” Ucap Gilja.

Chorim pun teringat cerita Dongpal, tentang seorang wanita yang memberikan Dongpal kartu nama.



Diam2, Chorim pun beranjak menuju pintu dan menghubungi Geum Hee.

Chorim melabrak Geum Hee! Ia marah karena Geum Hee sudah memberikan kartu nama pada pacarnya. Ia juga mengancam, akan memberi Geum Hee pelajaran jika Geum Hee masih berani mendekati pacarnya.



Di kantor, Roo Bi menghindari Gyeong Min! Setelah Gyeong Min pergi, seseorang memanggil Roo Bi. Dia Jin Hee.



“Sudah lama sekali, kau ingat aku? Kudengar kau bekerja disini.” Ucap Jin Hee.

“Aku minta maaf, tapi kecelakaan itu membuat ingatanku....”

“Oh, maaf. Aku lupa. Aku teman sekampus Roo Bi, Seo Jin Hee. Aku melihatmu di Chuncheon beberapa kali.” Ucap Jin Hee.

“Apa kau mengenalku? Ini karena ingatanku... Aku tidak tahu seperti apa aku dulu. Mungkin, kau pernah mendengar tentangku?” tanya Roo Bi.

“Aku tidak bisa mengatakannya. Sampai jumpa.” Jawab Jin Hee, lalu pergi.



Roo Na lagi siaran, dan lagi2 ia berhasil menjual habis semua produknya.



Lalu, seorang pria mendekati Roo Na. Pria itu memuji Roo Na, lalu memberikan kartu namanya pada Roo Na. Pria itu bernama Lee Changhyeon, Direktur CC Homeshopping. Roo Na merendah, ia bilang dirinya tidak pantas dikunjungi pria hebat seperti Direktur Lee.

“Untuk menangkap harimau, seseorang harus masuk ke gua harimau. Jika aku menemuimu, itu artinya aku punya tawaran yang bagus.” Jawab Direktur Lee.

Direktur Lee mengajak Roo Na bergabung dengannya. Ia menawarkan program menarik, serta memberikan proposalnya agar Roo Na bisa mempelajarinya.



Dan begitu Direktur Lee pergi, Roo Na langsung membaca proposal itu. Ternyata, Direktur Lee berencana membuatkan Roo Na sebuah acara yang membahas kecantikan para wanita.

Lalu Tuan Bae datang bersama Se Ra. Keduanya memuji Roo Na. Roo Na lagi-lagi merendah, ia bilang itu karena produknya yang memang bagus.

Se Ra kemudian memberitahu Roo Na, kalau ayahnya mau mengajak Roo Na makan siang, tapi ia tidak bisa ikut karena ada urusan. Sebelum pergi, Se Ra meminta ayahnya memperlakukan Roo Na dengan baik karena Roo Na adalah asset perusahaan.



Tuan Bae mengajak Roo Na makan di restoran biasa. Tuan Bae berkata, bahwa dirinya lebih suka makan di tempat biasa seperti itu. Ia juga cerita, kalau dulu ia dan ibunya sering pergi keluar hanya untuk makan mie.

Tak lama kemudian, pesanan mereka datang. Roo Na pun cari muka, dia memindahkan mie di mangkuknya ke mangkuk Tuan Bae.

Lalu, saat Tuan Bae mulai menyantap mie nya, Roo Na pun kembali meminta JM Homeshopping pada Tuan Bae.

Roo Na juga menunjukkan proposal dari Direktur Lee dan mengancam Tuan Bae, akan menerima tawaran Direktur Lee jika Tuan Bae tidak memberikan JM Homeshopping padanya.



Tuan Bae awalnya kaget, tapi kemudian ia tertawa dan kembali menyantap mie nya.

“Mie dan kaldunya sempurna.” Ucap Tuan Bae.

“Abonim.” Bujuk Roo Na.

“Namun, bahkan jika mie dan kaldunya bagus, kimchi menyatukan semuanya. Roo Bi-ya, tidak peduli betapa enaknya sesuatu, semua bahan harus bercampur jadi satu. Keberhasilanmu, bukan milik dirimu sendiri tapi berkat kerja keras semua orang. Tidak peduli seberbakat apa dirimu, semua yang kau tunjukkan padaku sejauh ini hanyalah kemampuanmu menjual produk.” Ucap Tuan Bae.

“Aku bisa melakukannya, Abonim.” Jawab Roo Na.

“Jangan serakah. Keserakahanmu pasti akan menyebabkan kemarahan.” Ucap Tuan Bae.



Roo Na pun kembali mengancam akan menerima tawaran Direkur Lee.

“Sepertinya menantuku bukan hanya serakah, tapi juga tidak puas.” Jawab Tuan Bae.

“Bukan tidak puas, tapi lebih tepatnya ambisi, Abonim. Aku ingin membuat JM Group berada di puncak.” Ucap Roo Na.

“Mengambil JM untuk dirimu? Ambisi adalah mengejar sesuatu yang lebih besar. Sesuatu yang menguntungkan semua orang. Tetapi ketidakpuasan adalah mengejar kompensasi. Keserakahan yang lahir dari keegoisan. Kau terlalu tamak. Tidak ada di dunia ini, yang diciptakan dengan keserakahan dan ketamakan dari setiap individu. Mie cincang ini lezat karena bumbu lain.” Jawab Tuan Bae.

Roo Na pun kesal mendengarnya.



Sekarang, Roo Na kembali berada di ruangan gelap itu.

“Kupikir, orang-orang yang berpikir bahwa mereka lebih baik daripada orang lain adalah yang terburuk. Keserakahan dan kekuatan satu orang tidak dapat mencapai apapun? Tidak benar. Aku melakukannya, oleh diriku sendiri. Siapa yang peduli jika mereka menunjukkan jarinya padaku atau apakah mereka mengejek diriku? Jika aku bahagia, meskipun itu hanya sebuah kastil di pasir, saat itu aku sudah memutuskan.” Ucap Roo Na.



Di restoran, Gilja, Chorim dan Soyeong sedang membaca artikel Roo Na di majalah.

“Roo Bi Eonni sudah menjadi selebriti sekarang.” Ucap Soyeong.

“Apa kau pikir, dia akan lebih terkenal dari Kim Tae Hee?” tanya Chorim.



Lalu, seseorang datang mengantarkan pesanan Soyeong. Soyeong memesan sebuah mesin kopi. Soyeong bilang, ia ingin memberikan mesin kopi itu untuk ibu angkatnya di panti asuhan karena ibu angkatnya sangat menyukai kopi. Soyeong lalu minta maaf karena tidak bisa memberikan apa-apa untuk Gilja.

“Kau bicara apa? Dengan kerja kerasmu saja, itu sudah menjadi hadiah untukku.” Jawab Gilja.

“Kau dengar itu, kan? Jadi mulai sekarang, berhentilah memainkan game ponselmu yang konyol itu.” Ucap Chorim.

“Jika kau menikah, aku akan membelikanmu satu.” Balas Soyeong.



Chorim lalu menyuruh Soyeong membuatkannya kopi, tapi kemudian, Chorim meralat kata-katanya dan menyuruh Soyeong mengambilkan cola.

“Dongpal, ayo minum cola!” teriak Soyeong.

“Bukan Dongpal, tapi Chef No.” Jawab Gilja.

“Aku lebih suka memanggilnya Dongpal.” Jawab Soyeong.

Dongpal pun keluar dari dapur dan berkata, Soyeong bisa memanggilnya apapun. Oppa, Appa...

“Kau belum menikah, panggilan Appa terlalu berlebihan.” Ucap Gilja.

“Kau bisa menjadi seorang ayah tanpa harus menikah.” Jawab Dongpal.



Lalu, Dongpal pergi keluar untuk mencuci tangannya. Selagi Dongpal keluar, ponsel Dongpal berbunyi. Melihat nama wanita di layar ponsel Dongpal, Chorim pun panas dan menjawab ponsel Dongpal.

“Siapa kau? Apa yang kau inginkan?” tanya Chorim, tapi wanita bernama Nyonya Kim itu malah menutup teleponnya.



Dongpal pun kembali dan ponselnya kembali berdering.

“Oh, Samonim.” Ucap Dongpal, lalu pergi keluar.

“Ini mencurigakan. Kenapa dia bicara diluar? Apa dia benar-benar punya wanita lain?” tanya Soyeong.



Ternyata yang menelpon Dongpal adalah pemilik apartemen yang ditinggali Dongpal. Nyonya Kim menelpon, untuk menagih uang sewa.

Chorim pun menyusul Dongpal keluar. Ia menatap Dongpal dengan tajam, sampai Dongpal selesai bicara dengan Nyonya Kim.

“Siapa pelacur itu?” tanya Chorim.

“Jaga bicaramu.” Ucap Dongpal.

“Jadi siapa gadis itu?” tanya Chorim.

“Dia Nyonya Kim. Ada masalah?” jawab Dongpal.

“Kenapa dia menelponmu? Apa yang kalian bicarakan?” tanya Chorim.

“Kenapa aku harus menceritakannya padamu? Wae? Wae?” ucap Dongpal, lalu kembali ke restoran.



Tuan Bae yang baru pulang, langsung masuk ke kamarnya. Di kamar, ia ingat ancaman Roo Na tadi yang akan menerima tawaran Direktur Lee jika ia tak memberikan JM Homeshopping pada Roo Na.

Tak lama, Nyonya Park masuk membawakan segelas minuman sehat untuk Tuan Bae.

“Ada apa?” tanya Nyonya Park.

“Ini tentang Roo Bi. Aku tidak tahu kalau dia serakah.” Jawab Tuan Bae.



Seorang pria sedang mencari-cari alamat. Jihyeok kebetulan lewat dan pria itu langsung menanyakan alamat yang dicarinya pada Jihyeok.

“Apa benar, alamat ini disini?” tanya pria itu. Dan Ji Hyeok membenarkan.

“Lalu apa kau mengenal Tuan No Dongpal?” tanya pria itu lagi.

“Dia ayahku.” Jawab Jihyeok.

“Jadi kau anaknya? Katakan hallo, anak muda! Aku pamanmu.” Ucap pria itu.


Jihyeok pun mengajak pamannya masuk. Jihyeok memberikan salam pada pamannya. Pria yang mengaku sebagai paman Jihyeok itu pun memuji Dongpal karena sudah membesarkan Jihyeok dengan baik, sehingga Jihyeok menjadi pria yang sangat sopan pada orang tua.

“Bagaimana keadaan ayahmu akhir-akhir ini?” tanya pria itu.

“Dia bekerja dengan keras.” Jawab Jihyeok.

“Jadi dia tidak kuliah lagi?” tanya pria itu.

“Kuliah?” tanya Jihyeok heran.

“Maksudku, penjara. Penjara sebenarnya tempat yang baik untuk mempelajari hidup.” Itulah kenapa kami para penipu menyebut penjara itu universitas.” Jawab pria itu.


Pria itu kemudian mengaku lapar dan menyuruh Jihyeok membuatkan ramen. Jihyeok mengangguk. Tapi saat hendak ke dapur, Jihyeok tanpa sengaja melihat tato di lengan pria itu, ketika pria itu membuka jaketnya.

“Aku baru ingat, kami kehabisan ramen. Aku akan keluar sebentar untuk membelinya.” Ucap Jihyeok.

Jihyeok yang takut, lalu buru-buru keluar.


Diliar, Jihyeok menghubungi Dongpal. Dongpal pun berkata, kalau Jihyeok tidak punya paman. Dan setelah mendengar cerita lengkap Jihyeok soal pria itu, Dongpal pun buru-buru pergi dari restoran.

Sampai di rumah, Dongpal langsung menyeret pria itu keluar. Dongpal juga melarang Jihyeok keluar rumah.



Begitu tiba di luar, Dongpal pun langsung menghajar pria itu.

“Dongpal, aku minta maaf.” Ucap pria itu.

“Diam dan pergilah! Aku baik-baik saja sebelum kau muncul di kehidupanku dan mengubahku menjadi penipu!” jawab Dongpal.

Dongpal pun kembali memukuli pria itu.



Setelah itu, mereka menenangkan diri di kafe. Pria itu meminta izin Dongpal, untuk menginap di rumah Dongpal selama dua bulan. Tapi Dongpal menolaknya dan beranjak pergi meninggalkan pria itu.


Keesokan harinya, seluruh anggota keluarga Gyeong Min berkumpul untuk merayahan Hari Terima Kasih.

Di hari itu pula, Gilja menggelar perayaan untuk menghormati mendiang suami dan ayah mertuanya.

“Aboji, Oppa, aku percaya kalian melakukannya dengan baik. Terima kasih karena sudah menjaga kami dari sana.” Ucap Chorim.

Chorim lalu menyuruh Gilja memberi hormat, tapi Gilja menolak.

“Kau selalu seperti ini. Setidaknya sapalah mereka.” Ucap Chorim, tapi Gilja tetap menolak.



Di lobby kantor, Roo Bi tak sengaja bertemu Gyeong Min. Gyeong Min yang bersama para eksekutifnya, tersenyum pada Roo Bi. Roo Bi juga membalas senyuman Gyeong Min, tapi terlihat canggung.


Setelah itu, Roo Bi langsung berlari ke ruang ganti. Roo Na pun marah karena Roo Bi terlambat. Roo Bi beralasan, kalau ia terjebak macet.


Roo Na lalu menanyakan pakaiannya. Roo Bi minta maaf karena belum sempat mengambilnya.

“Pergilah dengan taksi dan ambil pakaianku. Jangan naik bus. Nanti orang-orang berpikir, aku tidak memberimu ongkos taksi. Ingat, kau adik perempuan Jeong Roo Bi. Reputasiku ada di tanganmu.” Ucap Roo Na.


Mendengar itu, Eun Ji yang juga ada di sana, pun ikut bicara.

“Mereka harus melakukan studi kasus pada kalian. Aku pikir, orang-orang dapat berubah seiring berjalannya waktu. Tapi bagaimana bisa sebuah kecelakaan mengubah kalian? Mereka bilang, ahli bedah plastik di Korea, adalah yang terbaik, jadi tidak heran mereka bisa merekonstruksi wajah kalian dengan sempurna. Tapi kepribadian kalian ikut berubah. Beberapa orang mungkin akan mengatakan, jika kalian tubuh kalian tertukar.”


Mendengar itu, Roo Na pun marah dan langsung menimpuk Eun Ji dengan majalah. Eun Ji pun berkata, kalau dia hanya bercanda tapi Roo Na tetap marah dan mengatakan sesuatu yang membuat Eun Ji tersinggung.

Setelah puas mengatai Eun Ji, Roo Na pun beranjak pergi.


Roo Bi mendekati Eun Ji dan meminta Eun Ji memaafkan Roo Na.

“Apa kau bodoh! Sadarlah! Jeong Roo Na yang kukenal, mungkin memang jahat tapi dia akan pasang badan untuk membela teman-temannya! Lalu apa yang terjadi dengan mimpimu menjadi reporter terkenal atau apakah jiwa Jeong Roo Bi masuk ke tubuhmu saat kau koma!” ucap Eun Ji, membuat Roo Bi terdiam.

0 Comments:

Post a Comment