• Sinopsis Wonderful World Episode 1-16

    Kim Nam Joo dan Cha Eun Woo memiliki rasa sakit yang sama akibat kehilangan seseorang yang sangat berharga bagi mereka.

  • Duis non justo nec auge

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

Showing posts with label Ruby Ring. Show all posts
Showing posts with label Ruby Ring. Show all posts

Ruby Ring Ep 93 Part 2

Sebelumnya...


Dongpal dan Jihyeok yang berseragam militer, sedang menata restoran sesuai arahan Chorim.

Tapi kemudian, Dongpal sebal karena Chorim menyuruh mereka menggeser meja kesana kemari.

Chorim pun jadi sewot.

"Kau ingin aku yang sedang hamil melakukan ini!"

Jihyeok tertawa melihat perdebatan orang tuanya.


Daepung lantas keluar dari dapur. Ia menghentikan pertengkaran itu dan mengaku, akan mengangkat meja itu sendirian.

Tapi karena mejanya berat, Jihyeok dan Dongpal langsung membantu Daepung.


Geum Hee tiba-tiba datang, mengejutkan Chorim. Geum Hee membawakan sebuket bunga untuk Chorim.

"Kudengar kau hamil. Jadi kubawakan bunga ini. Bunga ini bagus untuk kehamilan. Kuharap anakmu secantik bunga ini." ucap Geum Hee.

Daepung lantas mengajak Geum Hee pergi.


"Jihyeok-ah, apa yang terjadi?" tanya Chorim.

"Paman Daepung jatuh cinta. Dia ingin menikah jadi dia bekerja keras." jawab Jihyeok.

Mendengar Geum Hee calon istri Daepung, Chorim pun sewot.

Dongpal pun meminta Chorim berhenti menyewoti Geum Hee karena Chorim sedang hamil.


Dongpal lantas menyuruh Chorim mencium bunga dari Geum Hee. Chorim menciumnya dan tersenyum.


Di kamarnya, Gilja sedang bicara dengan Roo Na di telepon.

"Roo Na-ya, kau makan dengan baik? Bagaimana kabarmu? Tidurmu baik?"

"Satu-satu, Eomma. Aku tidak bisa menjawabnya kalau begitu. Aku makan dan tidur dengan baik."

"Tapi kenapa kau menelpon jam segini?"

Tak lama kemudian, Chorim pun datang dan melihat Gilja sedang bicara dengan Roo Na.

"Kapan pembukaan restoran bibi? Aku ingin datang. Rumah sakit mengizinkanku melakukan perjalanan bulan ini. Aku rasa, aku ingin datang ke restoran bibi. Aku ingin melihat restoran itu tapi aku tidak bisa pergi karena tidak punya pendamping."

"Kalau begitu biar kupikirkan siapa pendampingmu."

"Bisakah Kak Roo Bi yang datang?"

"Roo Bi?"

"Tidak bisa, ya? Aku pasti akan membuat dia tidak nyaman."

"Nanti ibu akan bicarakan dengannya."


Saat sarapan, mereka membahas Roo Na yang akan datang ke pembukaan restoran Chorim.

Gilja pun berkata, kalau Roo Na ingin Roo Bi datang menjemputnya.

"Baiklah, aku akan menjemputnya." jawab Roo Bi, meskipun sempat agak terkejut pada awalnya.

"Gomapta." ucap Gilja.

"Kenapa berterima kasih, dia adikku." jawab Roo Bi.

Sekarang, Roo Bi menunggu Roo Na di depan rumah sakit.


Dalam hatinya, Roo Bi mengaku, tidak ada gunanya tidak memberi maaf pada Roo Na. Meski ia tidak memaafkan Roo Na, hal itu tidak akan merubah apa yang sudah dilakukan Roo Na padanya.


Tak lama kemudian, Roo Na datang dan langsung memeluknya.

"Terima kasih sudah datang. Pasti sulit kan untuk datang kesini menemuiku."

"Semua baik-baik saja." jawab Roo Bi.


"Eonni, mianhae. Ini salahku. Apakah menurutmu, kau bisa memaafkanku? Kita masih tetap adik kakak setelah semua yang terjadi, kan? Aku tahu, aku sudah banyak membuatmu menderita. Aku ingin minta maaf tapi tidak tahu caranya. Apa yang harus kulakukan untuk menyembuhkan lukamu?"

"Roo Na-ya."

"Dokter bilang, aku hampir sembuh. Bagaimana penampilanku?"

"Kau terlihat lebih baik."

"Gyeong Min baik-baik saja? Aku harap dia melupakanku dan hidup bahagia."

Roo Bi tersenyum mendengarnya.

Mereka lalu kembali berpelukan.


Setelah itu, Roo Na berlari ke dalam untuk menemui dokternya.

Dari kejauhan, In Soo tersenyum melihat pertemuan kakak adik itu.

Ia lalu pergi tanpa menemui Roo Bi.


Roo Na pergi menemui dokternya. Roo Na memberitahu bahwa kakaknya menunggunya diluar.

"Bagaimana perasaanmu bertemu dengannya?"

"Karena kakakku datang kemari, mungkinkah dia sudah memaafkanku?"

"Kau ingat sesi pertama kita? Apa yang kau tanyakan padaku?" tanya dokter.

"Aku tidak yakin." jawab Roo Na.

"Apa kau tidak memiliki hasrat?" ucap dokter mengingatkan.

Flashback...


Roo Na berada di ruangan gelap itu. Ia sedang bicara dengan seseorang.

"Kau tidak memiliki hasrat? Apakah nafsu membuatku menjadi seorang Jezebel? Bagaimana hasrat dan ambisi itu bisa berbeda?"

Ternyata, Roo Na sedang bicara dengan dokternya.

Flashback end...


"Kau masih berpikir orang lain akan bertindak sama sepertimu? Misalnya, mencuri hidup kakaknya hanya karena mereka tidak pernah memiliki kesempatan?" tanya dokter.

"Dokter, aku orang yang berbeda sekarang. Pertanyaanmu membuatku bingung." jawab Roo Na.

"Apa kau berusaha menghindari pertanyaan ini?" tanya dokter.

"Dokter, aku harus pergi sekarang. Kakakku menungguku." jawab Roo Na, lalu beranjak pergi.


"Jeong Roo Na-ssi!" panggil dokter.

Roo Na pun menoleh.

"Ada apa denganmu, dokter? Sudah berapa kali kubilang, aku Jeong Roo Bi. Bukan Jeong Roo Na." jawab Roo Na lalu beranjak pergi.

Dokter tercengang melihatnya.


Tapi di depan ruangan dokter, perawat pun langsung menangkapnya.


Pembukaan restoran Chorim dimulai.

Tak lama kemudian, teman-teman Roo Bi datang.

Hyeryeon lantas menanyakan Roo Bi. Gilja berkata, Roo Bi akan segera datang.


Roo Na melakukan sesi pengobatan dengan dokter.

"Siapa namamu?" tanya dokter.

"Jeong Roo Na."

"Kau Jeong Roo Bi, bukan Jeong Roo Na." ucap dokter.

"Dokter, diam. Ini hanya antara kita. Itu rahasia." jawab Roo Na.

Roo Na lalu duduk di atas meja dan berkata, bahwa orang-orang mungkin memanggilnya Jezebel.

Ia pun mengaku, tidak peduli dengan omongan orang-orang.

"Kata-kata itu tidak akan mengubahku."


Roo Na lantas menatap dokternya.

"Kau tidak memiliki hasrat? Bagaimana bisa hasrat dan ambisi berbeda? Lihat jauh ke dalam dirimu. Kau tidak akan pernah memiliki kesempatan." ucap Roo Na.


Keesokan harinya, Gyeong Min masuk ke kantor.

Di lobby, ia bertemu dengan Roo Bi, Jin Hee, Hyeryeon dan Seokho.

"Kau tidak pergi keluar negeri setelah semua ini? Kau pasti tidak tahan meninggalkan kami, kan?" ucap Jin Hee.

"Jika aku tidak mengawasi tim pemasaran, tidak akan ada yang percaya pada kalian?" balas Gyeong Min, bercanda.


Gyeong Min lalu menatap Roo Bi. Ia mengaku, ia masih punya beberapa urusan yang belum ia selesaikan.

"Apa kau membicarakan ulang tahun bayi kami?" tanya Seokho yang sedang dipeluk Hyeryeon.

"Benar. Aku mencemaskan kalian." jawab Gyeong Min.


Gyeong Min lantas kembali menatap Roo Bi dan tersenyum.

Roo Bi tersenyum menatap Gyeong Min.

TAMAT!!

Ruby Ring Ep 93 Part 1

Sebelumnya...


Roo Na melajukan mobilnya dengan kencang.

Roo Bi yang takut, menyuruh Roo Na menyetir pelan-pelan.

Tapi Roo Na tidak mengindahkannya dan malah menyalahkan Roo Bi atas apa yang menimpa dirinya.

"Berhentilah menyalahkan orang lain. Kau melakukan ini untuk dirimu sendiri. Kau putri kandung ibumu tapi karena kau cemburu, kau berpikirkan kalau kau adalah putri adopsi."

"Berhenti memanggilku Roo Na! Aku Jeong Roo Bi!"

"Aniya, kau Jeong Roo Na! Hidupku hancur dan keluargaku juga hancur karena dirimu!"


Kesal, Roo Na pun menepikan mobilnya.

Ia memaksa Roo Bi turun, hingga ponsel Roo Bi tak sengaja jatuh di mobilnya.


"Kau sudah gila? Aku Jeong Roo Bi. Panggil aku Jeong Roo Bi." pinta Roo Na.

Sadarlah Roo Bi, bahwa Roo Na.... mengalami guncangan jiwa!


Orang-orang mengerumuni mereka dan mengambil foto mereka.

Roo Na terus mengklaim bahwa dirinya Roo Bi.

Lalu, Roo Na masuk ke mobilnya dan meninggalkan Roo Na.


Roo Bi terpaku menatap kepergian Roo Na. Ia syok menyadari adiknya mengalami gangguan jiwa.

Roo Na yang mulai menjauh, menatap Roo Bi dari spionnya sambil terus mengklaim bahwa dirinya Roo Bi.


Jihyeok mendapatkan surat resmi (kayaknya surat wamil nih).


Setelah menerima surat itu, Jihyeok pun langsung membawa Soyoung ke warung kopi.

"Haruskah kita bicara di dalam? Kopi di dalam sangat mahal. Jika bukan sesuatu yang serius...." Soyoung pun sadar, Jihyeok ingin bicara serius dengannya.

"Kau tidak meminta putus kan?" tanya Soyoung cemas.

Dan... cup!! Jihyeok tiba-tiba mengecup bibir Soyoung.


Di restoran, Gilja dan Chorim cemas karena Roo Bi tidak bisa dihubungi. Chorim bahkan sampai menghubungi In Soo.

Chorim pun meyakinkan Gilja kalau Roo Na tidak akan melakukan sesuatu pada Roo Bi.


Dongpal lantas menerima telepon dari Daepung yang mengatakan soal surat perintah wamil yang diterima Jihyeok.

Tak lama kemudian, Jihyeok dan Soyoung datang. Chorim langsung sewot melihat mereka bersama.

Apalagi saat Jihyeok mengaku ingin menikahi Soyoung, Chorim tambah marah. Ia bahkan mengira Soyoung hamil.

Soyoung pun mengaku, bahwa ia sangat mencintai Jihyeok. Tapi Chorim tidak mau merestui hubungan mereka.

"Kami saling mencintai. Kami tidak akan bisa bersama untuk waktu yang lama." ucap Jihyeok.

Soyoung lalu meminta penjelasan kenapa Chorim sangat membencinya.

Jihyeok pun berkata, meski ia belum lama mengenal Soyoung tapi ia tahu Soyoung orang yang baik.


"Kau tahu apa artinya tanggung jawab setelah menikah? Kau siap untuk itu?" tanya Gilja.

Jihyeok mengangguk dengan mantap.

"Kau siap menjadi suami yang baik No Jihyeok?" tanya Dongpal.


Soyoung pun memeluk Chorim. Ia memanggil Chorim 'ibu mertua' dan berjanji akan bersikap baik.

Chorim makin stress.


Tiba-tiba, ponsel Gilja berdering. Telepon dari ponsel Roo Bi.

"Roo Bi dimana kau?" tanya Gilja.

"Kapan ibu pulang?" tanya Roo Na.

"Roo... Roo Na-ya, itu kau? Kau bersama Roo Bi? Dimana kakakmu?"

"Kenapa ibu memanggilku Roo Na? Ini aku, Roo Bi. Jeong Roo Bi."


Gilja dan Chorim langsung pulang ke rumah.

Mereka masuk ke kamar Roo Bi dan terkejut melihat Roo Na mengenakan dress yang sempat dikenakan Roo Bi sebelum kecelakaan.

"Roo... Roo Na-ya, dimana kakakmu?" tanya Gilja.

"Komo, Eomma, kalian bicara apa?" tanya Roo Na bingung.

Roo Na lalu memberitahu mereka bahwa ia akan Seoul untuk menemui orang tua Gyeong Min, membicarakan soal pernikahan.


"Roo... Roo Na-ya." panggil Gilja.

"Kenapa semua orang memanggilku Roo Na. Komo, Eomma, kalian tidak ingat? Roo Na sudah meninggal setahun lalu. Dia mengalami kecelakaan saat dalam perjalanan menuju Seoul untuk audisi. Dia koma dan meninggal." jawab Roo Na, mengejutkan Gilja.


Roo Na lalu marah mereka masih memanggilnya Roo Na. Ia mengklaim berkali-kali bahwa dirinya Roo Bi.

"Oke, baiklah. Dimana Roo Na?" tanya Chorim.

"Roo Na dimana?" tanya Gilja.

"Roo Na, Roo Na! Kenapa semua orang peduli padanya sekarang! Dia sudah mati!"

Gilja dan Chorim pun syok.


Tak lama kemudian, ponsel Roo Bi berdering. Telepon dari Gyeong Min. Roo Na pun mengaku, bahwa ia sudah mengenakan dress yang dibelikan Gyeong Min dan akan segera ke rumah Gyeong Min.

"Roo Na-ya, dimana kakakmu!" tanya Gilja.

"Kenapa kau bicara seperti itu! Aku Roo Bi. Jeong Roo Bi."


Roo Na lantas mengenakan cincin ruby. Ia menunjukkannya pada ibu dan bibinya dan mengaku bahwa itu adalah cincin lamarannya dari Gyeong Min.

Roo Na lalu tertawa-tawa sendiri.


-SETAHUN KEMUDIAN-

In Soo menemui Roo Na di rumah sakit jiwa.

Kondisi Roo Na sudah mulai membaik.

In Soo pun mengaku lega, melihat kondisi Roo Na sudah membaik.

Roo Na tersenyum mendengarnya.


Suster lalu memberi penjelasan, bahwa kondisi Roo Na mengalami peningkatan dan rumah sakit mengizinkan Roo Na melakukan perjalanan di luar rumah sakit dalam waktu sehari.


Setelah suster pergi, Roo Na mengucapkan terima kasih karena In Soo sudah mau datang mengunjunginya.

Ia juga minta maaf karena sudah melakukan banyak hal mengerikan pada In Soo.

In Soo pun mengajak Roo Na jalan-jalan diluar rumah sakit.


Mereka berjalan-jalan di taman. In Soo mendorong kursi roda Roo Na.

Roo Na bertanya, apa In Soo tidak menyesal meninggalkan Roo Bi.

"Aku ingat hari itu, saat aku dirawat di rumah sakit karena kecelakaan, sebenarnya, aku melihatmu. Kau menatapku dan Gyeong Min dengan tatapan tersiksa. Aku melihatmu." ucap Roo Na.

"... jika aku meluruskan semuanya saat itu, kita tidak akan berakhir seperti ini kan?"

Roo Na juga mengaku menyesal sudah menyakiti semua orang yang mencintainya.


Sekarang, In Soo sedang berdiri sendirian, menunggu bis. Ia teringat kata-kata Roo Na tadi.

"In Soo-ssi, kau mungkin tidak percaya, tapi aku benar-benar mencintaimu. Aku selalu bilang cinta itu tidak ada, tapi sebenarnya aku percaya cinta itu ada."

Tak lama kemudian, In Soo ingat Roo Na tadi mengatakan tentang perjuangannya meraih mimpi sebagai perjuangan yang indah dan putus asa.

In Soo pun tiba-tiba menyadari sesuatu. Ia lantas bergegas pergi.


In Soo menemui Se Ra di warung kopi. In Soo mengaku tidak bisa pergi begitu saja karena tidak akan ada satu orang pun yang menjaga Roo Na.

Se Ra lalu mengaku, bahwa dirinya cemburu pada Roo Na.

Singkat cerita, In Soo meminta bantuan Se Ra selama Roo Na dalam masa penyembuhan.

Ia meminta Se Ra mengizinkannya bekerja kembali di JM. Ia berjanji, akan bekerja keras jika Se Ra mengizinkannya.


Gyeong Min sedang mengepak barang-barangnya.

Tak lama kemudian, nenek masuk dan terkejut melihat Gyeong Min mengepak barang-barang.

Gyeong Min mengaku, akan mengirimkan barangnya duluan.

"Gyeong Min-ah, haruskah kau pergi? Bagaimana dengan JM?"

"Perusahaan semakin kokoh dan Kak Se Ra akan melakukan tugasnya dengan baik. Halmeoni, dua tahun itu tidak akan lama."

"Apa kau tahu betapa lamanya dua tahun bagi wanita tua sepertiku?"

"Aku akan sering mengunjungimu. Aku akan benar-benar menyelesaikan sekolahku sekarang. Kau juga bisa mengunjungiku di luar negeri kapanpun kau merindukanku."

Gyeong Min lantas meminta nenek menjaga ibunya. Mendengar itu, nenek langsung sewot. Nenek bilang, harusnya dirinya lah yang dijaga.


Tak lama kemudian, Se Ra masuk. Se Ra kesal karena dirinya tidak diajak diskusi.

"Kalian pasti membicarakan aku, kan?"

"Nenek, tolong jaga bayi Se Ra juga." pinta Gyeong Min.

"Beraninya kau memanggil kakakmu bayi, Bae Gyeong Min?" balas Se Ra, pura-pura marah.

Kemudian, terdengar suara Nyonya Park, memanggil mereka untuk makan buah kesemek.

Nenek keluar duluan.


Se Ra memberitahu Gyeong Min, bahwa In Soo tidak jadi pergi. Gyeong Min terkejut.

"Ini akhir yang menyedihkan. Jeong Roo Na-ssi satu-satunya hal yang tidak bisa membuatnya pergi, lalu bagaimana dengan Jeong Roo Bi?"

Se Ra lantas menyemangati Gyeong Min, sebelum keluar dari kamar Gyeong Min.

Gyeong Min pun terdiam memikirkan sesuatu.


Di bawah, Nyonya Park, Se Ra, nenek dan Geum Hee asyik menikmati kesemek.

Kesemek mengingatkan nenek pada Tuan Bae. Nenek mengatakan, bahwa Tuan Bae sangat menyukai kesemek.

"Aku penasaran apakah dia juga makan ini di sana dan sedang menunggu kedatanganku?" ucap nenek.

"Halmeoni! Berhentilah membicarakan ayah. Kau membuat kita semua sedih." jawab Se Ra.

"Baiklah. Ayo kita lawan dinginnya musim dingin dan kesedihan dengan kesemek ini." ucap nenek.


Ponsel Geum Hee tiba-tiba berdering. Geum Hee pun senang membaca nama Daepung di layar ponselnya.

Ia langsung beranjak pergi untuk menerima telepon Daepung.


Nyonya Park dan nenek cemas, mereka takut Geum Hee tertipu lagi.

Nenek lalu berharap, Geum Hee menemukan pria yang baik.

Nenek kemudian mengganti topik pembicaraan dengan Se Ra.

"Se Ra-ya, jika kau bertemu pria yang kau sukai, jangan ragu..."

"Halmeoni! Berhentilah bicara itu!" protes Se Ra.

"Wae? Belakangan ini, bayi lahir sebelum pernikahan." ucap Nyonya Park.

"Wow, ibu juga." jawab Se Ra.

"Nenekmu mengajari ibu banyak hal. Memiliki bayi adalah hal yang harus dilakukan." ucap Nyonya Park.


Gyeong Min pun turun dan mendukung ibu dan neneknya.

Ia juga mengungkit tentang pria amerika yang bernama Eddy, yang waktu itu menelpon Se Ra di hari pertama Se Ra bekerja di JM.


Di rumah sakit, Roo Na menatap foto dirinya bersama In Soo juga foto pernikahannya dengan Gyeong Min.

Lalu ia meletakkan fotonya bersama In Soo di atas kasur dan mengikis-ngikis wajahnya di foto itu dengan kukunya.

Di jari nya, masih tersemat cincin rubi. Tak lama kemudian, ia tersenyum.

Bersambung ke part 2.........

Roo Na kumat lagi gaes...