Fantastic Ep 3 Part 1

Sebelumnya <<<


Beberapa saat setelah berciuman, So Hye tersadar dan langsung melepas ciumannya. Hae Sung menatap So Hye, dia terdiam sejenak tak percaya dengan apa yang baru saja dilakukan So Hye. So Hye yang merasa malu pun berusaha mencari alasan atas apa yang sudah ia lakukan.

“Tidakkah jantungmu berdetak cepat? Jantungmu berdebar, kan? Karena kau diam saja, itu artinya aku benar. Aku seseorang yang cepat belajar. Aku berterima kasih padamu, aku akan menulis adegan ciuman yang sempurna. Terima kasih untuk idemu.” Ucap So Hye, lalu beranjak pergi.


Hae Sung diam membeku menatap kepergian So Hye. So Hye dengan anggunnya berjalan menjauhi Hae Sung. Tapi tiba2, kakinya keserimpet. So Hye pun langsung mengutuk dirinya sendiri dan semakin mempercepat langkahnya karena malu. Hae Sung tertawa melihat kelakuan So Hye.

“Aku bisa gila kalau begini. Gadis itu, aku hampir saja tertipu olehnya.” Ucap Hae Sung, lalu tertawa lagi.


Setibanya di rumah, So Hye menyesali dirinya yang mencium Hae Sung.

“Kenapa jantungku berdetak sangat cepat? Aku hanya sebentar melakukannya. Ya, itu dorongan biologis, lalu kenapa?” oceh So Hye, lalu masuk ke rumahnya.


So Hye sedang menyikat giginya, tapi masih terbayang2 adegan ciumannya dengan Hae Sung. So Hye pun panic, berbeda dengan Hae Sung yang justru malah tertawa terbahak2 teringat adegan ciumannya dengan So Hye.


Gara2 ciuman itu, So Hye tidak bisa konsentrasi. Sementara Hae Sung sedang mencari di internet bagaimana reaksi wanita setelah berciuman. Reaksi yang pertama, wanita akan meminta sedikit waktu. Reaksi kedua, wanita akan menutup wajahnya. Reaksi ketiga, wanita akan kesulitan bernapas dan tersandung. Hae Sung pun tertawa membaca reaksi yang ketiga.


So Hye dan Hae Sung sama2 tidak bisa tidur. Kalau So Hye panic memikirkan adegan ciuman itu, Hae Sung justru merasa senang dan malu2.


Keesokan harinya, Hae Sung masih tidak bisa melupakan adegan ciuman itu. Saat sarapan, ia mengambil sebuah tomat yang ukurannya kecil dari piringnya, kemudian mencium tomat itu sebelum memakannya. Tak lama kemudian, Chang Suk datang dan memberitahu Hae Sung kalau mereka akan shooting di daerah Pyeongchang.


“Apa?Dimana? Pyeongchang?” guman Hae Sung kaget. Hae Sung lalu tertawa, membuat Chang Suk penasaran apa yang terjadi dengan Hae Sung semalam.

“Kau tahu, itu adalah lokasi saat aku shooting drama untuk yang pertama kalinya. Harus kukatakan itu adalah tempat yang penuh dengan kenangan.” Ucap Hae Sung.

“Kenangan seperti apa?” tanya Chang Suk penasaran.

“Aku punya beberapa kenangan.” Jawab Hae Sung.

“Apa kau sedang membicarakan Penulis Lee?” tanya Chang Suk curiga.

“Omong kosong apa yang kau bicarakan!” sanggah Hae Sung, lalu beranjak pergi.


Begitu Hae Sung pergi, Chang Suk langsung senyum2 dan berkata, “Tentu saja, hanya aku satu2nya yang dia punya.”


Hae Sung melambung ke atas kasur dan mencari lokasi wisata yang dekat dengan Pyeongchang dengan layanan google map. Hae Sung senyum2 sendiri mengetahui dari Pyeongchang ke lokasi wisata hanya membutuhkan waktu 10 menit. Sepertinya, Hae Sung berencana mengajak So Hye berwisata.

“Kau begitu dingin, tapi kau menulis sesuatu seperti ini. Jadi kau melakukan perjalanan ini untuk menyusuri jalan kenangan?” sangka Hae Sung.


Hae Sung pun kembali senyum2 sendiri. Sementara So Hye yang sedang sibuk dengan naskahnya kembali terbayang dengan adegan ciumannya. So Hye pun langsung menutupi wajahnya. Sang Hwa datang dan menatap heran ke arah layar karena So Hye menuliskan kata kiss untuk nama si pemeran utama. So Hye terkejut, ia pun beralasan kalau perasaannya sedang tidak baik.

“Aku harus menemui seseorang.” ucap So Hye.

“Dokter Hong Joon Ki?” tebak Sang Hwa.

“Dia menyuruhku datang sehingga dia bisa mengatakan sesuatu tentang naskahku secara langsung.” jawab So Hye.


So Hye beranjak pergi. Sang Hwa mengambil sebuah blouse bermotif horizontal dan menyuruh So Hye mengenakan blouse itu. Sang Hwa bilang So Hye terlihat cantik saat memakai blouse itu. Tapi So Hye menolak dan berkata kalau Joon Gi bukan tipenya. Sang Hwa melarang So Hye berkata seperti itu karena mereka tidak akan tahu apa yang akan terjadi nantinya. So Hye berkeras, mengatakan Joon Gi bukan tipenya.


Tiba2, bel rumah mereka berdering. Sang Hwa menjerit kesenangkan melihat Hae Sung berdiri di depan pintu. Sementara So Hye panic dan membenturkan kepalanya ke dinding. Sang Hwa membukakan pintu. Begitu pintu dibuka, Hae Sung langsung masuk dan menemui So Hye. So Hye berusaha bersikap normal di depan Hae Sung.


“Aku memikirkan penulisku ketika aku berada diluar, jadi aku mampir dan membawakan ini. Mie gelas yang dipenuhi pangsit!” ucap Hae Sung.

“Bagaimana kau tahu Penulis Lee menyukai itu?” tanya Sang Hwa.

“Benarkah? Apa ini hanya kebetulan?” ucap Hae Sung lebay.

“Kami akan menikmatinya, terima kasih.” Jawab So Hye.


So Hye lalu menyuruh Hae Sung pergi dengan menggerakkan kepalanya ke arah pintu. Tapi Hae Sung malah membahas lokasi shooting pertama mereka. So Hye pun terkejut saat Sang Hwa mengatakan mereka akan shooting di Pyeongchang. Tapi Hae Sung malah dengan pedenya yakin kalau So Hye yang memilih tempat itu.

“Sang Hwa-ya, bisa kah kau mengambilkan kopi untuknya?” tanya So Hye, yang langsung diiyakan Sang Hwa.


Saat Sang Hwa pergi mengambil kopi, So Hye menggunakan kesempatan itu untuk pergi. Hae Sung mau mengejar So Hye, tapi Sang Hwa keburu datang sehingga ia tidak bisa menyusul So Hye. Hae Sung lalu melihat lukisan Salar de Uyuni So Hye. Sang Hwa pun berkata, Salar de Uyuni adalah tempat favorit So Hye.


“Ngomong2 apa Penulis Lee mengatakan sesuatu tentangku?” tanya Hae Sung.

“Dia berkata, kau harus banyak berlatih untuk adegan yang membutuhkan penghayatan. Apa kau tahu aktor Park Won Sang. Dia sudah empat kali bekerja sama dengan Penulis Lee, jadi dia tahu selera Penulis Lee.” Ucap Sang Hwa.

“Begitukah?” tanya Hae Sung.


So Hye menyusuri lorong rumah sakit dengan terburu2. Saat melihat Joon Gi yang sedang bercanda dengan salah seorang perawat, ia tersenyum. So Hye lantas merapikan sedikit rambutnya sebelum menemui Joon Gi. Tapi saat ia mau menghampiri Joon Gi, ia keduluan gadis yang dilihatnya kemarin malam di kebun rahasia bersama Joon Gi. So Hye pun cemburu, apalagi saat gadis itu merapikan jas dokter Joon Gi, ia semakin cemburu. Gadis itu ternyata rekan Joon Gi sesama dokter. Gadis itu lalu melihat So Hye dan memberitahu Joon Gi tentang kedatangan So Hye.


Joon Gi pun memanggil So Hye. So Hye yang tadinya cemburu, langsung mengeluarkan senyumnya dan menghampiri Joon Gi.

“Aku menyuruhmu datang karena aku ingin mengenalkan seseorang padamu. Ini Dokter Jamie, dia dikirim ke Amerika Serikat untuk melakukan uji klinis sekarang.” ucap Joon Gi.

So Hye yang cemburu hanya menyapa Dokter Jamie dengan datar.

“Aku sudah banyak mendengar tentangmu.” Jawab Dokter Jamie yang menyadari kecemburuan So Hye.


Tapi So Hye malah sibuk meneliti setiap detail tubuh Dokter Jamie. Dokter Jamie lantas menyuruh So Hye ikut dengannya. Awalnya So Hye menolak, tapi Joon Gi memaksa So Hye mengikuti Dokter Jamie.


Dokter Jamie sedang memeriksa So Hye. Usai memeriksa So Hye, Dokter Jamie berkata jika kanker So Hye menyebar sampai ke paru2, maka ada pengobatan klinis yang cukup baik.

“Kau mau bilang kau mau menjadikan ku kelinci percobaan?” tanya So Hye.

“Bukan kelinci percobaan, tapi penelitian.” Jawab Dokter Jamie.


“Tapi aku tidak yakin kalau itu bisa diperiksa.” Ucap So Hye.

“Tentu saja aku tidak bisa mengatakan padamu akan 100% efektif. Itu bukan obat yang lengkap tapi kualitas hidupmu akan meningkat saat kau menerima pengobatan. Bagaimana kau hidup sama pentingnya dengan berapa lama kau hidup.” jawab Dokter Jamie.

“Baiklah, aku akan memikirkannya.” Ucap So Hye.

“Luangkan waktumu untuk memikirkannya dan kumpulkan keberanianmu. “ jawab Dokter Jamie.

“Baiklah, terima kasih.” Ucap So Hye.


So Hye menyusuri jalanan sendirian dengan wajah lesu, lalu tiba2 hujan deras turun membuat So Hye kaget dan menepi di depan sebuah toko untuk berteduh.


Hae Sung masuk ke sebuah ruangan. Di sana, ia menemukan Jaksa Han Cheol Ho, eeh maksudnya Park Won Sang yang ternyata sudah menunggunya. Hae Sung mengaku suatu kehormatan bisa bertemu dengan Park Won Sang. Park Won Sang berkata, Sutradara Yoon lah yang menyuruhnya menemui Hae Sung.

“Tapi seperti yang kau tahu, acting bukanlah sesuatu yang bisa kau pelajari.” Ucap Park Won Sang.

“Tapi aku benar2 ingin melakukannya dengan baik. Aku terluka mendengar julukan ‘Foot Acting’ yang diberikan padaku.” Jawab Hae Sung.

“Itu bagus. Kau sudah siap? Sekarang… keputusasaan yang kau miliki sekarang adalah pikiran bahwa kau seorang aktor.” Ucap Park Won Sang.


“Aku sudah putus asa cukup lama tapi aku tidak tahu bagaimana. Itu maksudku. Setidaknya tolong bantulah aku menemukan warna dari script ini.” pinta Hae Sung.

“Hae Sung-ssi, aku yakin kau bisa melakukannya dengan baik. Aku akan menyemangatimu.” Jawab Park Won Sang, lalu pergi.


Tapi Hae Sung menahan langkah Park Won Sang. Park Won Sang menghela napas saat Hae Sung menyodorkan tiga gepok uang padanya. Sedangkan Hae Sung hanya nyengir menatap wajah Park Won Sang. Park Won Sang lantas setuju membantu Hae Sung tanpa menerima uang itu. Hae Sung pun melonjak girang.


Hae Sung dan Park Won Sang duduk di sebuah ruangan yang hanya disinari lampu sorot. Park Won Sang bertanya, sejak kapan Hae Sung ingin menjadi artis dan apa alasannya. Hae Sung pun berkata bahwa ia bercita2 menjadi artis sejak umurnya enam tahun. Ingatan Hae Sung langsung melayang ke masa lalu.

Flashback…


Saat itu, Hae Sung kecil sejak bernyanyi di atas panggung diiringi oleh penyanyi cilik lainnya. Tapi hanya terlihat 3 orang di bangku penonton. Pasangan suami istri bersama dengan anak mereka yang masih balita. Hae Sung menyanyi sambil terisak. Usai bernyanyi, terdengar suara tepuk tangan yang entah darimana asalnya.

Flashback end…


“Aku masih tidak bisa melupakan bagaimana perasaanku saat itu. Saat aku memikirkan hal itu, aku merasa yakin kalau aku memiliki bakat acting.” Ucap Hae Sung.

“Kita akan lihat kau memiliki bakat atau tidak. Ngomong2, kau memimpikan tepuk tangan sejak itu?” tanya Park Won Sang.

“Itu benar, tapi aku tidak pernah lupa tepuk tangan hari itu. Saat aku akhirnya memulai debut setelah setahun menjadi trainee, ada seseorang yang menemukan bakatku.” Jawaab Hae Sung.


Hae Sung lantas melihat ke arah bangku penonton dan melihat So Hye duduk di sana. Hae Sung berkata, kalau ia ingin diakui sekali lagi oleh orang itu. Kita lalu melihat So Hye tersenyum dan memberikan tepuk tangannya untuk Hae Sung.

“Sekarang mana adegan yang kau bilang sulit itu?” tanya Park Won Sang.

“Disini, aku sudah berlatih ribuan kali tapi aku masih tidak mendapatkan feel nya.” Jawab Hae Sung sembari menunjukkan adegan di naskahnya.

“Pertama, jangan merasa kalau itu sulit. Semua jawabannya ada di dalam script ini. Masukkan dirimu dalam script ini.” ucap Park Won Sang.


Hae Sung memejamkan matanya dan mulai latihan di depan Park Won Sang. Tapi baru satu dialog, Park Won Sang langsung menyuruhnya berhenti. Park Won Sang menyuruh Hae Sung menggunakan emosi dan memberikan contoh pada Hae Sung. Hae Sung langsung memberi tepuk tangan untuk Park Won Sang setelah melihat acting Park Won Sang.

“Sekarang gunakan emosimu. Kau tidak melakukan ini dengan kepalamu. Masuk ke dalam emosimu.” Ucap Park Won Sang.

“Aku rasa aku mulai mengerti sedikit. Aku akan mencobanya.” Jawab Hae Sung.


Tapi hasilnya tetap sama. Park Won Sang kesal dan menyuruh Hae Sung menggunakan emosinya. Tapi tetap tidak ada perubahan, membuat Park Won Sang kesal setengah mati dan mencengkram kerah baju Hae Sung. Hahaha…


Diluar, Chang Suk menunggu di mobil. Hujan turun sangat deras. Tak lama kemudian, Hae Sung keluar. Chang Suk langsung turun dari mobil dengan payungnya dan menghampiri Hae Sung. Chang Suk kemudian heran melihat tisu yang menancap di hidung Hae Sung. Hae Sung pun beralasan kalau ia mimisan karena terlalu bersemangat.

“Benarkah? Seharusnya aku mengawasimu. Itu karena kau adalah aktor kebanggaan negara ini.” jawab Chang Suk.


So Hye masih berteduh di depan sebuah toko. So Hye termenung melihat seorang ibu yang berlari mengejar putri kecilnya dibawah hujan deras. Senyum So Hye terkulum saat sekelompok siswi berlari dibawah derasnya hujan. Ponsel So Hye berdering. Satu pesan masuk, So Hye menghela napas menatap layar ponselnya.

[Kau membawa payung? Kau bisa kena kanker kalau kau kehujanan. Berhati2lah, karena kau sangat berharga]

Di mobilnya, Hae Sung mengeluh karena So Hye mengabaikannya lagi. Pesan itu dikirim oleh Hae Sung. Chang Suk pun heran dengan omongan Hae Sung. Hae Sung berkilah, ia berkata dirinya sedang latihan. Hae Sung pun kembali menatap ponselnya.


So Hye menengadahkan tangannya, merasakan air hujan yang menyentuh tangannya. So Hye kemudian berpikir sejenak, sebelum akhirnya memutuskan untuk menerobos hujan. So Hye berlari di bawah derasnya hujan dengan wajah ceria.


Seol sedang mengepel lantai ketika Jin Sook datang bersama Mi Do. Seol terbelalak melihat Mi Do. Ibu berkata, bahwa orang2 pasti akan mengira kalau Jin Sook dan Mi Do kakak beradik. Mi Do tersenyum dan mengaku akan senang kalau diadopsi sebagai putri oleh ibu. Seol sangat terkejut mendengarnya. Ibu kemudian menyuruh Seol mengambilkan minuman dingin untuk Mi Do, tapi Mi Do menyuruh Seol menyiapkan makanan karena ia lapar. Seol pun kesal, tapi ia tidak bisa melakukan apa2.


Jin Sook lantas mengaku bahwa Mi Do memberinya proyek pembangunan pemerintah.

“Tadinya aku ingin membawanya ke tempat yang bagus, tapi dia ingin makan di rumah.” Ucap Jin Sook.

“Itu karena aku ingin sekalian menemui ibu.” Jawab Mi Do, membuat Seol syok.


Ibu pun menyuruh Seol menyiapkan makanan. Seol dengan terpaksa menurutinya.

“Apa Jin Tae akan pulang terlambat? Cepat telpon dia dan katakan Majelis Lee ada di sini.” Suruh ibu.


Belum sempat dihubungi, Jin Tae sudah pulang. Seol yang mendengar suara Jin Tae dari dapur langsung kesal. Jin Tae masuk ke dapur, ia mengaku pada Seol bahwa dirinya tidak tahu apa2. Jin Tae berkata, bahwa Mi Do datang sebagai tamu kakaknya jadi ia tidak bisa pergi meninggalkan Mi Do sekarang. Seol pun tersenyum kesal. Jin Tae berjanji kalau hal ini tidak akan terulang lagi. Pembicaraan keduanya terhenti karena Jin Sook datang. Jin Sook menyuruh Seol menyiapkan buah2an juga. Seol menurut. Setelah Jin Sook pergi, Seol langsung menarik napas kesal.

Semua sudah berkumpul di meja makan. Mi Do mengaku kalau ia akan datang setiap hari ke rumah itu dan makan masakan Seol setiap hari. Seol datang membawa piring makanan. Ia meletakkan piring itu di hadapan Mi Do dengan sedikit kasar. Jin Tae terkejut. Ibu langsung menegur Seol. Tapi Mi Do bersikap biasa aja, seolah tidak ada yang terjadi. Seol lalu beranjak pergi.


“Aku kagum padamu Presdir Choi. Kau masuk ke bisnis hiburan sebagai seorang wanita dan datang dengan semua ini. Semua ini tidaklah mudah. Ini adalah kemenangan sebagai manusia.” Puji Mi Do.


“Industri ini tidak beradab. Aku benar2 memiliki waktu yang sulit.” Jawab Jin Sook, sambil menatap tajam Seol.

“Sekarang hanya hal yang baik yang akan terjadi. Kau akan menjadi yang nomor satu di bisnis ini dan Jaksa Choi akan masuk ke ranah politik.” Ucap Mi Do.

“Aku diberitahu kalau seseorang yang berharga akan masuk ke rumah ini. Orang itu kau, Majelis Lee.” Puji ibu.

“Ibu, jangan bicara begitu formal padaku. Aku ini kan putrimu juga. Kita ini satu keluarga.” Jawab Mi Do, membuat Seol muak.


Mi Do lalu mengajak mereka semua liburan. Jin Sook bilang kalau ia bisa meluangkan waktunya. Jin Tae tak langsung menjawab, membuat Mi Do meremas pahanya. Barulah Jin Tae menjawab kalau ia akan meluangkan waktunya untuk Mi Do. Seol terkejut mendengar jawaban Jin Tae. Mi Do lalu meminta Seol membuatkannya makanan 3 kali sehari. Seol kesal mendengarnya.


Saat hendak menyebrangi jalan, Kim Sang Wook menyadari ada yang tidak beres dengan lampu pengatur lalu lintasnya. Sang Wook pun langsung menghubungi pengontrol lalu lintas dan meminta teknisi segera datang memperbaiki lampu lalu lintas. Selesai mengurusi urusan lampu lalu lintas, Sang Wook dengan terburu2 memasuki sebuah kafe dan menemui seorang wanita di sana.


“Aku minta maaf karena membuatmu menunggu. Ada hal penting yang harus kuurus terlebih dahulu.” Ucap Sang Wook.

“Aku juga baru datang. Kau terlihat lebih baik daripada di foto.” Jawab wanita itu.

“Kau juga terlihat lebih baik dari di foto.” Ucap Sang Wook, yang membuat wanita itu terkejut.

“Aku hanya bercanda. Apa itu tidak menyenangkan?” ucap Sang Wook lagi meralat ucapannya.

Sang Wook lantas menyuruh wanita itu memesan sesuatu. Wanita itu menatap geli Sang Wook, kemudian mulai melihat2 menu makanan di dalam daftar.


Wanita itu melajukan mobilnya dengan kencang. Tiba2 saja, Sang Wook yang duduk di sebelahnya menyuruhnya berhenti. Wanita itu heran, ia bertanya apa yang dilakukan Sang Wook di jalan tanpa penerangan seperti itu. Tapi Sang Wook malah mengucapkan beberapa pelanggaran lalu lintas yang dilakukan wanita itu. Sang Wook lantas menyuruh wanita itu turun karena ia akan mengambil alih kemudi. Tapi wanita itu malah marah dan meninggalkan Sang Wook begitu saja di jalanan.


“Hey, kau setidaknya mengantarkanku sampai ke rumah!” teriak Sang Wook.


So Hye duduk di depan laptopnya sambil menahan rasa sakit. Tepat saat itu, ia menerima panggilan Hae Sung. Tapi So Hye tidak tidak menjawab panggilan Hae Sung dan mengambil obatnya. Namun rasa sakitnya tidak kunjung mereda meskipun ia sudah meminum obatnya.


Sementara itu, Hae Sung sudah berdiri di depan rumah So Hye. Ia memencet bel. Di dalam, So Hye yang kesakitan tidak sanggup membukakan pintu. So Hye batuk darah. Saat ia hendak beranjak ke meja untuk mengambil tisu, ia terjatuh ke lantai.


Diluar, Hae Sung masih menunggu So Hye. Karena So Hye tak kunjung membukakan pintu, ia memutuskan menelpon So Hye. Di dalam, So Hye yang masih menahan rasa sakitnya berusaha meraih ponselnya, tapi tidak berhasil. Hae Sung menempelkan telinganya di pintu rumah So Hye. Hae Sung pun terpaksa pergi karena beberapa orang memperhatikannya. Ponsel So Hye terus berdering, namun So Hye tak mampu menjawabnya. So Hye akhirnya jatuh pingsan.


Bersambung ke part 2

0 Comments:

Post a Comment