I Have a Lover Ep 25 Part 1

Sebelumnya....


Yong Gi syok saat melihat foto Hae Gang.


Dalam hati, Nyonya Kim berkata bahwa Hae Gang adalah kakak kembar Yong Gi. Yong Gi lalu terngiang2 kata2 Seol Ri yang melarangnya bertemu Hae Gang. Seol Ri berkata, Yong Gi tidak boleh bertemu Hae Gang demi kebaikan Yong Gi. Yong Gi juga terngiang kata2 Baek Seok. Baek Seok mengaku bahwa ada wanita yang ingin dinikahinya tapi wanita itu sudah menjadi milik orang lain.

“Apa kau yakin putrimu sudah meninggal?” tanya Yong Gi.


“Aku menerima abunya bersama dengan barang2 miliknya.” Jawab Nyonya Kim, membuat Yong Gi kaget.

“Perusahaan tempatnya bekerja yang mengurus semuanya setelah kecelakaan itu. Dia mengalami kecelakaan di China.” Ucap Nyonya Kim lagi.


Nyonya Kim lalu meminta Yong Gi bermalam di rumahnya. Ia katakan bahwa Yong Gi bisa tidur di ruang baca. Yong Gi awalnya bingung, namun setelah ia melirik ke arah foto Hae Gang, ia setuju bermalam di rumah Nyonya Kim.

Baek Seok melintasi ruang tengah dan tersenyum melihat anak2 yang tertidur pulas. (Ternyata tidurnya di ruang tengah toh, bukan di kamar). Senyum Baek Seok lalu menghilang saat menyadari Hae Gang tidak berada di tengah anak2.


Di luar, Hae Gang masih bersama Jin Eon. Jin Eon mengajak Hae Gang pergi ke suatu tempat. Hae Gang menolak, ia berkata anak2 akan syok saat menyadari dirinya tidak ada disamping mereka. Jin Eon lalu mengajak Hae Gang hidup bersamanya. Hae Gang menolak, ia takut anak2 akan terluka jika ia pergi. Jin Eon pun mengajak Hae Gang hidup bersama dengan anak2 itu. Hae Gang tidak menjawab pertanyaan Jin Eon dan mengajak Jin Eon pergi dan kembali sebelum anak2 bangun. Jin Eon meminta Hae Gang menjawab pertanyaannya. Hae Gang bilang ia akan menjawab pertanyaan Jin Eon nanti.


Baek Seok mengetuk pintu kamar Hae Gang. Karena tak ada jawaban, Baek Seok akhirnya masuk dan terkejut mendapati Hae Gang tidak ada di sana. Baek Seok langsung memeriksa lemari Hae Gang. Ia menarik nafas lega karena baju2 Hae Gang masih ada di lemari.


Yong Gi ngomel2 sembari masuk ke kamar Gyu Seok. Ia kesal karena Gyu Seok tidak menjawab ponselnya, namun mulutnya langsung berhenti mengomel saat melihat Woo Joo yang tidur sambil menggenggam erat tangan Gyu Seok. Yong Gi lalu duduk disamping Woo Joo. Tanpa Yong Gi sadari, ia sudah membuat Gyu Seok terbangun.


“Maafkan ibu, Woo Joo-ya. Ibu sangat2 menyesal karena tidak memikirkan perasaanmu. Karena tidak pernah menceritakan tentang ayahmu, karena berpikir kau tidak akan pernah bisa melihat dia. Kau tidak pernah menanyakan ayahmu karena kau berpikir hal itu akan membuatku sedih, kan? Aku sangat2 menyayangimu, jadi bertahanlah sedikit lagi. Kita akan pergi dan aku tidak mau kau terluka, jadi bertahanlah sebentar.” Ucap Yong Gi.


Tanpa disadari Yong Gi, Gyu Seok mendengar ucapannya. Yong Gi lalu melepaskan tangan Woo Joo yang menggenggam erat tangan Gyu Seok. Gyu Seok langsung bersuara, menyuruh Yong Gi melepas tangannya. Yong Gi pun panic.


“Aku tidak menyentuh tanganmu! Itu karena tanganmu…. aku minta maaf karena menyentuh tanganmu tanpa permisi. Aku tidak akan mengulanginya lagi.”

“Turun dari kasurku! Siapa yang menyuruhmu duduk di sana.” Suruh Gyu Seok, dan Yong Gi pun kembali meminta maaf.

“Sekarang aku jadi tidak bisa tidur. Kenapa kau dikejar. Siapa yang mengejarmu? Aku sudah bertemu dengan tiruan Dokgo Yong Gi.” Ucap Gyu Seok, membuat Yong Gi terkejut.


Gyu Seok pun beranjak keluar, namun langkahnya kembali terhenti saat melihat Yong Gi yang hendak menggendong Woo Joo keluar. Gyu Seok pun langsung mengambil Woo Joo dari tangan Yong Gi dan menggendongnya keluar.


Woo Joo tidur pulas di sofa, sementara Yong Gi bicara dengan Gyu Seok. Yong Gi akhirnya menceritakan masalahnya. Ia berkata, bahwa ia adalah si pengungkap masalah dan orang yang mencoba membunuhnya adalah orang yang juga membunuh ayah Woo Joo. Yong Gi juga mengatakan bahwa satu2nya kesalahan ayah Woo Joo adalah mengetahui hal yang seharusnya tidak mereka ketahui. Dengan tegar, Yong Gi berkata bahwa ayah Woo Joo dituduh melakukan korupsi dan bunuh diri.


Yong Gi lalu menatap Woo Joo. Ia berkata bahwa dirinya bertahan karena Woo Joo. Kalau bukan karena Woo Joo, mungkin saja ia sudah mati di tangan orang2 jahat itu. Gyu Seok ingin tahu nama perusahaan tempat Yong Gi bekerja. Tapi Yong Gi menolak memberitahukannya dengan alasan keselamatan Gyu Seok. Yong Gi bilang, kalau orang2 itu sudah mengetahui dirinya yang masih hidup. Yong Gi lalu menunjukkan foto Hae Gang pada Gyu Seok.

“Dia mirip denganku, kan? Wanita itu, dia masih hidup. Cinta pertamaku jatuh cinta padanya.” Ucap Yong Gi.

“Kau benar. Wanita ini memang masih hidup. Dia hidup dengan nama Dokgo Yong Gi.” Jawab Gyu Seok.

“Apa? Tapi namanya Do Hae Gang. Putri ahjumma bernama Do Hae Gang, kan?” ucap Yong Gi kaget.

“Kau juga hidup dengan nama Zhang Ming, kan?” jawab Gyu Seok.

Yong Gi lalu teringat sesuatu. KTPnya. Saat itu, Yong Gi memang meninggalkan KTPnya sebelum melarikan diri dengan membawa mobil Hae Gang.

“Dia bilang dia melihat putrinya tapi aku bilang kalau putrinya sudah meninggal. Wanita itu manajer di kantor hukum Baek Seok.” Ucap Gyu Seok.

“Apa? Kantor Baek Seok?” tanya Yong Gi kaget.


Hari mulai pagi, namun Jin Eon dan Hae Gang masih menghabiskan waktu mereka bersama. Di tengah hamparan ilalang, mereka berjalan2 dan menikmati hembusan udara yang begitu segar.

“Udaranya begitu segar.” Ucap Hae Gang.

“Bukan udaranya, tapi kau. Aku bilang berjalan denganmu terasa menyenangkan. Tidak peduli apapun, kita harus berjalan2 hari ini. Setelah kesehatanmu pulih, kita akan berjalan2 setiap hari. Berjalan2 di pagi dan malam hari itu sangat baik.” Jawab Jin Eon.


Tiba2, Jin Eon menggenggam erat tangan Hae Gang. Hae Gang terkejut, membuat Jin Eon bertanya apa Hae Gang tidak suka ia menggenggam tangannya. Hae Gang berkata bahwa ini bukan kali pertama Jin Eon memegang tangannya, jadi kenapa ia harus cemas Jin Eon menggenggam tangannya atau tidak. Hae Gang lantas mengaku bahwa ia tidak pernah memikirkan hal ini sebelumnya. Jin Eon pun ingin tahu apa yang dipikirkan Hae Gang.

“Aku bingung harus memanggilmu apa. Kau memanggilku dear atau yeobo. Tapi bagiku tidak begitu. Fakta bahwa Choi Jin Eon-ssi adalah suamiku masih terasa asing, aneh dan menakutkan bagiku.” Jawab Hae Gang.

“Kenapa tidak memanggilku ‘Choi Jin Eon, Jin Eon-ah’?” tanya Jin Eon.

“Kau pikir semudah itu?” ucap Hae Gang.

“Bukankah saat pertama kali kita bertemu, kau berbicara seolah2 kita sudah saling mengenal? Aku memanggilmu ‘Do Hae Gang-ssi’.” Jawab Jin Eon.


“Aku melakukannya? Lalu kenapa kau berbicara formal padaku?” tanya Hae Gang.

“Karena kau tidak memberiku kesempatan. Aku suka kau memanggilku ‘Jin Eon’. Aku sangat mencintaimu.” Jawab Jin Eon.

“Choi Jin Eon, Jin Eon-ah.” Ucap Hae Gang, tapi ia masih merasa canggung.

“Apa kau canggung? Apa namaku terdengar asing dan menakutkan?” tanya Jin Eon. Hae Gang mengiyakan.

“Itu tidak akan bekerja. Mari kita singkirkan itu. Rasa canggung, rasa asing dan rasa takut.” Ucap Jin Eon.

“Caranya?” tanya Hae Gang.


Jin Eon pun mengalihkan pandangannya ke hamparan ilalang yang luas dan meneriakkan nama Hae Gang.

“Do Hae Gang! Hae Gang-ah!” teriak Jin Eon, lalu menyuruh Hae Gang melakukan hal yang sama.


“Choi Jin Eon! Hei, Choi Jin Eon! Kau pria breng**k yang kubenci! Aku tidak mengenalmu sebelumnya! Aku takut padamu! Aku mungkin….”

Hae Gang pun berhenti berteriak dan terdiam sesaat.

“Aku mungkin harus membencimu. Aku takut.” Ucap Hae Gang lagi.


Mata Jin Eon mulai berkaca2. Ia kemudian memeluk Hae Gang dan berkata bahwa ia juga takut dibenci Hae Gang. Jin Eon mengaku tidak tahu apa yang harus ia lakukan kalau sampai Hae Gang membencinya. Jin Eon lantas semakin mengeratkan pelukannya.


Jin Eon meletakkan tangan Hae Gang di lengannya. Melihat itu, Hae Gang pun meminta Jin Eon bersabar menghadapinya, meskipun nanti ingatannya telah kembali. Jin Eon berjanji kalau ia tidak akan merasa lelah kali ini, bahwa kali ini ia akan melindungi Hae Gang sampai akhir. Mendengar itu, Hae Gang merasa lega dan semakin erat merangkul lengan Jin Eon.




Jin Ri memberitahu Tae Seok bahwa dirinya baru saja me-launching produk terbaru mereka, produk yang akan menolong penderita Alzheimer. Jin Ri sangat yakin kalau produknya akan laku keras. Tae Seok malah menanggapi ocehan Jin Ri dengan sinis. Ia berkata, apa Jin Ri peramal? Tae Seok mengatakannya sambil menjewer Jin Ri. Karuan saja, Jin Ri kesal.

“Bagaimana bisa produk itu laku sebelum keluar di pasaran? Kau sudah lama berkecimpung dalam industri ini, bagaimana bisa kau terlalu bersemangat?” ucap Tae Seok.

Tapi Jin Ri sangat yakin produknya akan sukses. Tae Seok pun penasaran dari dunia mana kepercayaan diri Jin Ri berasal.


“Tentu saja aku harus mempercayai diriku. Aku mempercayai diriku karena aku mencintai diriku. Kalau bukan aku, siapa lagi yang akan mencintai diriku? Karena tidak ada yang mencintaiku, setidaknya aku butuh cinta untuk diriku. Tidakkah kau berpikir begitu? Sejak kecil, inilah caraku untuk bertahan hidup dengan mencintai diriku sendiri. Itulah kenapa aku memusuhimu. Kenapa kau tidak mempercayai dan mencintai dirimu lebih sedikit? Semua penyakit bersumber dari membenci diri sendiri. Pada saat kau membenci dirimu, maka orang lain juga siap membenci dirimu.” Jawab Jin Ri.


Tae Seok terdiam dan langsung memeluk Jin Ri. Jin Ri pun heran Tae Seok tiba2 memeluknya.

“Kenapa kau memeluk produk yang kau benci ini?” tanya Jin Ri heran.

“Kau bukanlah produk yang kubenci, kau itu junk food.” Jawab Tae Seok.

“Apa? Junk food? Itu dibawah kualitas!” ucap Jin Ri kesal.

“Aku tahu itu buruk untukku, tapi aku masih menyentuhnya. Aku ingin membelinya.” Jawab Tae Seok.

Tae Seok lantas menghela napas, membuat Jin Ri kesal lagi.

“Kenapa kau menghela napas saat memelukku!” protes Jin Ri.


Tae Seok pun melepaskan pelukannya. Jin Ri lantas memberitahu kalau kemarin ia bertemu dengan Yong Gi saat berkunjung ke rumah Nyonya Kim untuk menemui Gyu Seok. Jin Ri juga memberitahu Tae Seok bagaimana akrabnya Gyu Seok dengan Woo Joo. Tae Seok pun terkejut mendengarnya.

“Dia merubah identitasnya menjadi warga China?” ucap Tae Seok kaget.

“Siapa? Siapa yang merubah identitas menjadi warga China?” tanya Jin Ri.


“Dokgo Yong Gi. Ayah mertua tiba2 melakukan perjalanan ke China dan melewatkan makan malam bersama keluarga. Beberapa hari yang lalu, aku  melihat ayah mertua di Buamdong. Aku mendapat informasi Dokgo Yong Gi bersembunyi di China, lalu aku melihatnya di rumah sakit kemarin, dan sekarang dia menjadi pembantu. Dari semua tempat, kenapa harus di rumah adik ipar? Dokgo Yong Gi yang aku lihat di rumah sakit kemarin adalah Dokgo Yong Gi yang asli.” Jawab Tae Seok.

“Apa yang kau bicarakan? Apa maksudmu ada dua Dokgo Yong Gi? Dokgo Yong Gi dari China dan Dokgo Yong Gi amnesia?” tanya Jin Ri kaget.

“Dokgo Yong Gi amnesia, tiruan Dokgo Yong Gi dan Dokgo Yong Gi yang dikejar2 Jin Eon adalah Pengacara Do.” Jawab Tae Seok.

“A… apa? Dia Do Hae Gang?” kaget Jin Ri.

“Jin Eon menemukan Pengacara Do. Jin Eon mau membawa kembali Do Hae Gang ke kehidupan Do Hae Gang sebelumnya.” Jawab Tae Seok.

Tae Seok panik, kemudian beranjak pergi. Jin Ri syok.


Tae Seok lantas pergi ke rumah Jin Eon di Buamdong. Setibanya di sana, ia melihat Woo Joo yang sedang bermain di halaman rumah. Tae Seok menyapa Woo Joo. Ia menyuruh Woo Joo membukakan pagar rumah untuknya. Tapi Woo Joo menolak. Bahkan meskipun Tae Seok mengaku sebagai teman Yong Gi, Woo Joo tetap tidak mau membuka pintu.


Nyonya Kim yang mengetahui kedatangan Tae Seok pun heran karena Tae Seok mengunjunginya pagi2 begitu. Nyonya Kim pun membukakan pagar. Begitu pagar dibuka, Tae Seok langsung masuk dan menghampiri Woo Joo.

“Kau pergi ke rumah sakit karena kau sakit, kan? Apa dokter yang merawatmu adalah Dokter Min Gyu Seok?” tanya Tae Seok yang langsung diiyakan Woo Joo.


Tae Seok menemui Nyonya Kim. Ia menanyakan Presdir Choi. Nyonya Kim bilang kalau belakangan ini Presdir Choi hanya menelponnya karena ia melarang Presdir Choi berkunjung ke rumahnya. Nyonya Kim juga memberitahu Tae Seok kalau Presdir Choi akan mengunjunginya sebentar lagi dengan membawa berita besar.

Saat Nyonya Kim mau mengambilkan cemilan dan secangkir teh untuk Tae Seok, Tae Seok menanyakan tentang seseorang yang mirip seperti Hae Gang yang bekerja di rumah Nyonya Kim sebagai pelayan. Nyonya Kim terkejut mendengar pertanyaan Tae Seok. Tae Seok celingak celinguk mencari Yong Gi.

“Dia bekerja di rumah lain hari ini.” ucap Nyonya Kim gugup.

“Lalu anak yang kulihat di depan, apa dia anak pembantumu?” tanya Tae Seok.


“Karena aku merasa kesepian, jadi aku menyuruhnya meninggalkan anaknya di sini.” Jawab Nyonya Kim gugup.

“Berarti dia akan kembali menjemput anaknya?” tanya Tae Seok.

“Itu benar.” Jawab Nyonya Kim.

“Sepertinya anaknya sakit. Boleh kutahu anaknya sakit apa?” tanya Tae Seok.

“Gaucher.” Jawab Nyonya Kim.

“Adik iparku memiliki ketertarikan tentang penyakit itu.” ucap Tae Seok.

“Benarkah itu?” tanya Nyonya Kim.

Tapi Tae Seok tidak menjawab pertanyaan Nyonya Kim dan malah bangkit dari duduknya. Nyonya Kim menyuruh Tae Seok meminum teh sebelum pergi. Tapi Tae Seok menolak dan menitipkan sebuah amplop untuk Gyu Seok pada Nyonya Kim.


Yong Gi berdiri di depan kantor Baek Seok. Kata2 Gyu Seok tentang Hae Gang yang bekerja di sana, terngiang di telinganya. Yong Gi juga ingat tentang Seol Ri yang melarangnya bertemu Hae Gang karena Hae Gang pernah bekerja di Perusahaan Farmasi Cheon Nyeon, sekaligus menantu dari keluarga Farmasi Cheon Nyeon.

Sementara itu, di dalam… Baek Seok sedang membaca artikel tentang gugatan yang dilayangkan Perusahaan Farmasi Mi Do kepada Perusahaan Farmasi Cheon Nyeon.  Baek Seok juga membaca artikel tentang kematian Eun Seol, serta bunuh diri yang dilakukan seorang wanita yang kalah dalam persidangan melawan Perusahaan Farmasi Cheon Nyeon. Baek Seok pun stress. Ia merasa tidak sanggup menangani kasus itu.

Tak lama kemudian, Yong Gi datang dan terdiam melihat wajah frustasi Baek Seok. Yong Gi lantas terkejut saat membaca  tulisan2 Hae Gang tentang efek samping Pudoxin, juga tentang Tae Seok yang naik jabatan karena kesuksesan Pudoxin.


“Yong Gi-ya!” seru Baek Seok. Yong Gi pun berbalik dan menatap Baek Seok.

“Seharusnya kau senang. Jika kau terkejut, aku akan marah. Meskipun waktu telah banyak berlalu, cinta pertama harus tetap menjadi yang tersayang. Bagaimana bisa kau begitu terkejut melihat cinta pertamamu.” Ucap Yong Gi.

“Maaf.” Jawab Baek Seok.

“Kenapa? Apa kau tiba2 merasa sayang padaku?” ucap Yong Gi.

“Duduklah di sana.” Suruh Baek Seok.


Yong Gi ingin bertemu dengan Hae Gang. Yong Gi berkata bahwa namanya bukanlah nama yang banyak dipakai orang2. Yong Gi juga berkata, dari semua tempat kenapa Hae Gang harus bekerja di kantor Baek Seok.

“Aku pikir dia dirimu.” Jawab Baek Seok, membuat Yong Gi terkejut.

“Do Hae Gang adalah Manajer Dokgo Yong Gi?” tanya Yong Gi kaget.


Baek Seok mengiyakan. Baek Seok juga berkata, setelah Hae Gang kehilangan ingatannya, setelah Hae Gang kehilangan semuanya, Hae Gang muncul di depannya dan memegang KTP Yong Gi.

“Apakah kecelakaan yang dialaminya karena diriku?” tanya Yong Gi.

“Itu bukan kau. Itu karena seseorang yang ingin membunuhmu.” Jawab Baek Seok.

“Ini tidak masuk akal. Seandainya aku tidak menukar mobilku pada hari itu, seandainya aku tidak melarikan diri dengan mobil wanita itu…” sesal Yong Gi.

“Lalu Woo Joo tidak akan ada di sini. Di tempatmu, di tempat Woo Joo, dia terluka. Dan dia akan merasa lega karena kalian masih hidup. Seperti itulah dirinya. Seperti itulah, gadis yang kukenal.” Ucap Baek Seok.

“Dimana Do Hae Gang sekarang?” tanya Yong Gi

“Di rumahku. Dia terluka.” Jawab Baek Seok.

Bersambung ke part2.......

0 Comments:

Post a Comment