The Legend Of The Blue Sea Ep 8 Part 2

Sebelumnya...


Kim Hye Jin dan Sim Chung duduk di tepi sungai dekat kantor Jung Hoon. Hye Jin mengaku tidak menyangka Jung Hoon memiliki teman untuk berbagi cerita. Hye Jin mengaku Jung Hoon tidak mau berbagi rahasia dengannya. Sim Chung bertanya, apa Hye Jin meninggalkan Jung Hoon karena membenci rahasia yang dimiliki Jung Hoon.


“Rahasia ada karena manusia berbeda. Sebab kau harus berusaha agar tidak tertangkap dalam perbedaan. Itulah sebabnya rahasia itu pada akhirnya saling memberi luka. Baik orang yang menyembunyikan sesuatu dan terhadap orang yang disembunyikannya... Semuanya terluka. Itulah sebabnya, jika keduanya berbeda... Pada akhirnya, mereka tak bisa bersama.” Jawab Hye Jin.

“Orang tidak bisa bersama, jika berbeda?” tanya Sim Chung.

“Biar bagaimana, orang tahu jika hanya akan saling melukai. Apakah kau akan sanggup bersama hanya dengan alasan mencintai orang tersebut?” ucap Hye Jin.

“Jung Hoon bilang padaku dia tak menyesalinya. Karena itu hati yang hanya berdetak untuk satu orang, meski akhirnya mengeras dan mati. Dia bilang tak akan menyesal datang kemari. Saat ditanya kenapa dia tak menghapus ingatan saat dirinya ketahuan, dia bilang terlalu banyak kenangan indah untuk dihapus. Dia berharap kenangan itu akan tinggal dengan orang yang dia cintai dan memberi orang itu kekuatan.” Jawab Sim Chung.


Hye Jin yang sudah tak tahan lagi membendung kesedihannya, akhirnya beranjak pergi. Namun baru beberapa langkah, ia jatuh terduduk dan tangisnya pecah.


Joon Jae akhirnya tiba di tempat ia dan Sopir Nam janjian bertemu. Joon Jae merasa aneh Sopir Nam mengajaknya bertemu di tempat yang gelap dan sepi. Karena itulah, ia mengambil pistol kecil dari mobilnya dan menyelipkannya di sakunya. Kecurigaan Joon Jae semakin kuat saat ia menemukan lampu alarm yang tergeletak di lantai bangunan tak terpakai itu. Ingatan Joon Jae seketika melayang pada Dae Young yang mengikutinya saat ia dan Chung tengah menuju ke rumah juga saat Dae Young mendatangi rumahnya dan bicara pada Chung.


Joon Jae lantas menghubungi ponsel Sopir Nam. Ia terkejut mendengar suara ponsel itu tak jauh darinya. Joon Jae lalu melangkah dengan jantung dag dig dug mendekati sumber suara tapi tak ada apa2 di sana, ia pun menarik napas lega. Tapi kemudian ponselnya berbunyi, membuat ia kaget setengah mati.

“Heo Joon Jae.” Ucap Chung dengan suara lemas.

“Ada apa dengan suaramu? Kau sakit? Kau dimana sekarang. Kau di rumah? Chung-ah.” Jawab Joon Jae.


Usai bicara dengan Chung, ia dikejutkan dengan Dae Young yang sudah berdiri di belakangnya sejak tadi saat ia bicara dengan Chung di telepon. Dae Young tersenyum menyeringai pada Joon Jae. Joon Jae yakin orang di depannya adalah orang yang mengikutinya saat itu, juga orang yang datang ke rumahnya dengan menyamar sebagai polisi.

“Dimana pamanku? Kenapa ponselnya ada padamu?” tanya Joon Jae.

“Banyak sekali pertanyaanmu.” Jawab Dae Young.

“Menurutmu kenapa aku menanyakan banyak pertanyaan padamu? Itu karena aku ingin kau segera menjawabnya dan pergi. Cepatlah jawab karena ada seseorang yang menungguku di rumah.” Ucap Joon Jae.

“Kau tak bisa pergi.” Jawab Dae Young.


Dae Young lalu mengeluarkan martilnya dan bersiap memukul Joon Jae. Namun Joon Jae dengan cepat, mengambil pistolnya dan mengarahkannya ke mata Dae Young kemudian menyemprotkan isi pistol itu ke mata Dae Young. Seketika mata Dae Young perih. Joon Jae lalu menyalakan koreknya, membuat cahaya dan mengarahkannya ke wajah Dae Young untuk melihat wajah Dae Young. Ia terkejut melihat wajah Dae Young yang mirip dengan Bangsawan Yang.


Dae Young kembali menyerang Joon Jae. Ia bahkan memukul Joon Jae dengan kursi. Joon Jae terjatuh dan mengerang kesakitan. Dae Young kemudian mengeluarkan obengnya dan bersiap membunuh Joon Jae. Tapi tepat saat itu, ia dikejutkan dengan bunyi klakson dan sorot cahaya yang menyinari wajahnya. Dae Young pun langsung kabur.


Joon Jae kemudian berjalan keluar bangunan. Diluar, sudah banyak sekali taksi yang menunggunya. Ternyata, seseorang yang dihubungi Joon Jae sebelum masuk ke bangunan tak terpakai itu adalah Nam Doo. Nam Doo awalnya mau menghubungi polisi, tapi Joon Jae menyuruh Nam Doo menghubungi layanan taksi tercepat karena menurutnya taksi akan lebih cepat ketimbang polisi.


Joon Jae pun langsung menuju ke tempat Sim Chung dengan salah satu taksi yang dipesannya. Di dalam taksi, ia mengelap darah di wajahnya akibat pukulan Dae Young tadi. Joon Jae menyuruh sopir taksi menyetir lebih cepat karena khawatir Sim Chung sakit. Ia tak mempedulikan lukanya sendiri.


Sementara Sim Chung menunggu Joon Jae di tepi Sungai Han. Sim Chung berpikir untuk pergi. Tepat saat itu, Joon Jae datang dan melarang Sim Chung pergi. Sim Chung kemudian mendekati Joon Jae. Dan ia langsung cemas melihat luka di wajah Joon Jae.

“Bagaimana denganmu? Apa yang sakit? Apa kau terluka ketika menyeberang tanpa memperhatikan lagi?” tanya Joon Jae.

“Joon Jae. Kenapa kau terluka?” tanya Sim Chung.

“Aku yang bertanya. Apa kau sakit?” tanya Joon Jae, lalu meletakkan tangannya di kening Sim Chung untuk memeriksa suhu tubuh Sim Chung.


Tangis Sim Chung pun keluar. Sim Chung lalu mengaku kalau ia punya banyak rahasia. Tapi ia tak bisa memberitahu Joon Jae apa rahasianya.

“Tapi tetap saja, aku tak ingin kau sedih, sakit, atau terluka karena rahasiaku. Aku juga tak suka membuatmu sedih pada akhirnya.” ucap Sim Chung.

“Dan kalau kau tak menyukainya maka…

“Aku akan pergi. Ke tempat dimana aku berasal, sebelum semuanya terlambat.” Ucap Sim Chung.

“Mungkin… kau bilang aku harus mengatakan kalau aku punya rencana menyukaimu, bukan? Aku punya... rencana. Jadi... jangan pergi.” Pinta Joon Jae.


Kita lalu kembali ke masa lalu—Dam Ryung terus menjaga Sae Wa, ia tak peduli meski dirinya sudah mengantuk. Sae Wa akhirnya tersadar dan berniat kembali ke laut karena itulah satu2nya cara agar mereka berdua bisa hidup.

“Seperti ketika kita berpisah pertama kali, hanya aku yang akan memiliki kenangan, dan kau tidak. Kita harus hidup seperti itu di dunia kita sendiri. Sekarang aku tidak akan kembali lagi. Jadi kau harus melupakan semuanya.” ucap Sae Wa.

“Biar kutanyakan satu hal. Pertama kali kita putus, kenapa kamu menghapus ingatanku?” tanya Dam Ryung.

“Kalau aku tidak menghapusnya, aku tahu kau akan merasa pedih sepanjang waktu.” Jawab Sim Chung.

“Kalau kau tidak menghapusnya, maka aku bisa merindukanmu sepanjang waktu. Kali ini... jangan hapus. Kau tak boleh menghapusnya. Ingatan ini, kenangan ini… meski menyakitkan, aku akan membawanya sampai akhir.” Ucap Dam Ryung.

Dam Ryung lantas mendekatkan bibirnya ke bibir Sae Wa. Ia mencium Sae Wa.


0 Comments:

Post a Comment