The Legend Of The Blue Sea Ep 13 Part 2

Sebelumnya...


Di kamarnya, Joon Jae sedang membaca artikel Dam Ryung yang tadi ditinggalkan Si A. Dalam artikel itu ditulis, Dam Ryung tenggelam saat menuju ke pengasingan. Tiba2 saja, Joon Jae mendapat penglihatan soal Dam Ryung yang dibawa menuju pengasingan dan bertemu Bangsawan Yang di tengah laut serta Sae Wa yang berenang ke permukaan setelah melihat lampion yang diterbangkan Bangsawan Yang.


“Jadi, apa kau melindunginya dengan baik di sana?” tanya Joon Jae setelahnya.

Tiba2, Chung datang dan Joon Jae langsung menyembunyikan artikel itu.

“Kenapa kau tidak tidur?” tanya Joon Jae.

“Heo Joon Jae, kupikir aku tahu.” jawab Chung.

“Apa?” tanya Joon Jae.


“Jujur saja, hari ini aku menemukan banyak hal. Kudengar bahwa cinta pertama bagi seorang pria adalah seperti dicap. Begitu sudah dicap dalam hatimu, itu tidak akan hilang.” Jawab Chung.

“Cinta pertama?” tanya Joon Jae.

“Bagimu, Sae Wa adalah cinta pertamamu.” Jawab Chung.

Joon Jae tersenyum geli, ia lalu ingin menjelaskan tapi Chung tidak mau mendengar dan berkata karena Sae Wa sudah meninggalkan cap besar di hati Joon Jae, makanya Joon Jae bermimpi sedih begitu. Joon Jae berusaha menjelaskan tapi lagi2 Chung menyela kalimatnya.

“Tapi aku juga menemukan bahwa  cinta pertama seorang pria tidak menjadi kenyataan. Jadi aku akan membiarkan Se Hwa mencap "cinta pertama". Akan jadi masalah besar kalau aku adalah cinta pertamamu. Hubungan kita hampir saja tidak berhasil.” Ucap Chung.

Joon Jae diam saja dan hanya menghela napas mendengar kalimat Chung.


Sementara Dae Young lagi minum2 di kamarnya. Tak lama, ponselnya berdering dan itu telepon dari Seo Hee. Seo Hee protes karena Dae Young hampir tertangkap ketika menculik seorang gadis padahal ia sudah menyuruh Dae Young membereskan Joon Jae.

Dae Young tertawa mendengarnya. “Ji Yeon.”

“Siapa Ji Yeon? Aku Kang Seo Hee.” Jawab Seo Hee.

“Aku bermimpi. Dalam mimpiku, aku melihat kehidupan masa laluku. Kau  mungkin tidak percaya tapi ini benar. Dalam mimpiku, ada Heo Joon Jae dan juga kau. Dan wanita itu juga.” ucap Dae Young.

“Wanita itu... yang kau culik?” tanya Seo Hee.
“Ya. Benar. Dalam mimpi itu, wanita itu... adalah putri duyung.” Jawab Dae Young.

“Kau tidak minum obat belakangan ini, ya? Itu karena kau tidak minum obat.” Ucap Seo Hee.

“Benar, benar. Kau mungkin tidak percaya, tapi aku bisa gila. Aku tampak seperti orang gila. Tapi, mimpi itu begitu nyata sampai aku jadi gila.” jawab Dae Young.

“Sekarang, kita hampir berhasil. Presdir Heo hampir beres. Kalau kau bisa mengurus Joon Jae, Chi Yeon, kau, dan aku... Kita bertiga bisa hidup bahagia. Kita sudah menunggu lama untuk hari ini. Tolong luruskan pikiranmu dan minum obatnya. Berhenti bicara tentang mimpi aneh itu.” ucap Seo Hee.


Adegan lalu berpindah pada Joon Jae yang menemui psikiaternya. Joon Jae bercerita bahwa ia sering bermimpi aneh. Lalu suatu hari, adegan aneh terlintas dalam pikirannya. Psikiater mendengar cerita Joon Jae dengan raut serius.


Di kantor polisi, Detektif Hong dan asistennya sedang membahas data2 Dae Young.

“Ma Dae Young, mulai 2009, pergi sekali tiap beberapa bulan, secara tidak teratur. Orang yang dia datangi paling sering adalah yang ini.” ucap asisten Detektif Hong.

“Profesor Jin Gyeong Won?” tanya Detektif Hong.


Profesor Jin yang dimaksud Detektif Hong adalah psikiater yang didatangi Joon Jae. Profesor Jin ingin tahu, apa Joon Jae mau melihat akhir dari mimpi itu.

“Kalau orang itu begitu mati-matian punya cerita yang ingin dia sampaikan padaku, maka... aku ingin melihat bagian akhirnya.” jawab Joon Jae.

“Melihat itu bisa saja menciptakan trauma serius bagimu. Apa itu tidak apa-apa?” tanya Profesor Jin.

“Tidak masalah.” Jawab Joon Jae.


Joon Jae pun mulai diterapi. Bersamaan dengan itu, Dae Young sedang berjalan menuju ruangan Profesor Jin.


Dalam mimpinya, Joon Jae melihat Dam Ryung yang meminta sesuatu pada sang asisten. Sang asisten berkata, bagaimana ia bisa hidup kalau Dam Ryung meminta hal seperti itu. Asisten Dam Ryung lalu bertanya, kapan mereka akan bertemu lagi. Dan Dam Ryung menanyakan pada tabib, tanggal berapa hari itu. Tabib berkata, tanggal 15 Desember.


Dam Ryung lalu teringat mimpinya tentang Joon Jae yang sedang membaca buku biografinya. Di dalam buku itu, tertulis bahwa dirinya kan wafat di usia 27 tahun.

“Bahkan ketika aku tahu masa depan,  itu hanya menunda sebentar. Aku melihat bahwa aku tidak dapat mengubahnya dengan kekuatanku sendiri. Karena hari untuk kita bertemu lagi sudah ditetapkan, kita akan bertemu lagi. Sebagai teman baik.” Ucap Dam Ryung pada asistennya.


Dam Ryung dan asistennya lalu mulai menuju kapal yang akan membawa mereka ke tempat pengasingan. Di kapal, Dam Ryung bertemu pengawal yang ditugaskan untuk mengawalnya. Pengawal Dam Ryung adalah Detektif Hong di masa depan.

“Aku lega karena kau petugasnya.” Ucap Dam Ryung.

“Aku tidak memikirkan hubungan pribadi. Aku hanya melakukan apa yang harus kulakukan.” jawab si pengawal.

Dam Ryung lantas melihat anak buah Bangsawan Yang yang menerbangkan lampion di pinggir pantai, tapi ia tidak curiga kalau orang2 itu anak buahnya Bangsawan Yang.


Anak buah Bangsawan Yang mulai menerbangkan lampion ke langit. Setelah itu, Bangsawan Yang bersama anak buahnya bergegas menuju kapal. Di kapal, anak buah Bangsawan Yang menyiapkan jaring untuk menangkap Sae Wa.


Tak lama kemudian, Sae Wa muncul setelah melihat lampion itu. Ia berenang menuju permukaan karena mengira Dam Ryung lah yang menerbangkan lampion itu.


Dam Ryung yang menuju pengasingan mendongakkan kepalanya ke langit dan ia terdiam melihat awan hitam yang menutupi bulan. Tak lama kemudian, ia terkejut melihat lampion yang beterbangan di langit.


Bangsawan Yang dan anak buahnya masih terus menunggu. Tak lama kemudian, Bangsawan Yang melihat kemunculan Sae Wa. Sae Wa sendiri berusaha menjauhi permukaan karena menyadari bahaya. Tepat saat itu, anak buah Bangsawan Yang melemparkan jaring dan Sae Wa pun terperangkap di dalamnya.


Dam Ryung yang melihat lampion beterbangan di langit langsung teringat orang2 menerbangkan lampion tadi di pinggir pantai. Merasa ada yang tidak beres, Dam Ryung langsung memerintahkan petugas memutar arah kapal, tapi petugas menolak. Dam Ryung pun langsung mencabut pedang si petugas dan mengarahkannya ke leher petugas.

“Jika aku tidak bisa melindungi orang itu, maka tak ada lagi alasan bagiku untuk hidup.” ucap Dam Ryung.

Dengan tatapan nanar, si petugas pun menyuruh anak buahnya memutar balik arah kapal. Si petugas berkata, bahwa Dam Ryung sudah menyelamatkan ayahnya yang difitnah.


Sae Wa berusaha mencari jalan keluar, tapi ia tak bisa berhasil menemukannya. Dari atas kapal, anak buah Bangsawan Yang mulai menghujani Sae Wa dengan anak panah. Sae Wa awalnya berhasil menghindari anak panah itu, namun tembakan terakhir berhasil melukai salah satu lengannya. Tak lama kemudian, Bangsawan Yang melempari Sae Wa dengan tombak, tapi Sae Wa berhasil menghindar.


Tepat saat itu, Dam Ryung dan anak buahnya datang. Bangsawan Yang pun mengejek Dam Ryung dengan menyebut Dam Ryung sebagai mantan kepala desa yang akan diasingkan karena terbukti berbuat jahat.

“HENTIKAN!” teriak Dam Ryung.

“Sepertinya kau masih belum memahami situasi di mana kau mendapatkan keberanian untuk memerintah untuk menghentikan atau tidak ketika kau seorang penjahat!” jawab Bangsawan Yang.

“Ini Petugas Kim Hyun dari Biro Investigasi Kerajaan. Hal-hal aneh apa yang kamu lakukan disini?” tegur Petugas Kim.

“Pemburu berburu di pegunungan, dan nelayan memancing di laut. Bukankah begitu?” ucap Bangsawan Yang.

Tiba2, anak buah Bangsawan Yang berseru memberitahu ada darah.


Dam Ryung terkejut air laut yang bercampur dengan darah. Bangsawan Yang memerintah anak buahnya untuk terus menembaki Sae Wa. Dam Ryung yang tak terima wanita yang dicintainya terluka pun, akhirnya melompat ke kapal Bangsawan Yang dan menebas anak buah Bangsawan Yang satu per satu. Namun tak lama kemudian, anak buah Bangsawan Yang berhasil memukul tengkuk Dam Ryung. Dam Ryung pun terkulai lemas.


Bangsawan Yang terus mengikuti arahnya Sae Wa. Tak lama kemudian, ia mengambil tombaknya dan siap melempar Sae Wa. Dam Ryung yang melihat itu, langsung teriak, SAE WA-ya!!


Mendengar teriakan Dam Ryung, Sae Wa berhenti berenang. Tak lama, ia melihat tombak yang melaju ke arahnya. Sae Wa pun memejamkan matanya. Tepat saat itu, Dam Ryung melompat ke air dan memeluk erat tubuh Sae Wa. Dan, tombak Bangsawan Yang pun menghujam tubuh Dam Ryung.

Di atas kapal, Bangsawan Yang tertawa puas menyaksikan pemandangan itu.

Sae Wa terkejut melihat tombak yang menembus tubuh Dam Ryung. Tak lama kemudian, Dam Ryung pun menghembuskan napas terakhirnya. Sae Wa memeluk tubuh Dam Ryung yang sudah tidak bernyawa itu.


Detik berikutnya, Sae Wa memegang tombak itu dan... ia menghujamkan tombak itu ke tubuhnya. Sae Wa tewas seketika.


Kita lalu dibawa melihat flashback... dimana Sae Wa remaja berkata, bahwa Dam Ryung hidup di darat dan ia di air. Sae Wa bertanya2, akankah mereka berada di surga yang sama setelah mereka mati.

“Surga tidak memiliki perbedaan antara air dan tanah.  Kita akan berada di surga yang sama.” Jawab Dam Ryung.
“Kau tahu, Dam Ryeong. Jika mungkin, kita bisa bertemu nanti di tempat lain, aku berharap kau akan menjadi kau dan aku akan menjadi aku. Dengan begitu, aku bisa mengenalimu.” Ucap Sae Wa.

“Itu akan terjadi. Jika kita bertemu lagi, kau akan menjadi kau dan aku akan menjadi aku.” jawab Dam Ryung.

“Apakah kita bisa mengingat apa yang kita bicarakan sekarang?” tanya Sae Wa. Dan Dam Ryung pun terdiam.

Kembali ke Dam Ryung dan Sae Wa yang sudah tewas karena tombak Bangsawan Yang. Kita mendengar jawaban Dam Ryung atas pertanyaan Sae Wa remaja saat itu.

“Aku janji, bahkan jika kita dilahirkan kembali, aku akan mencarimu, menemukanmu, dan terlahir untukmu, dan melindungimu. Percakapan kita sekarang... aku akan mengingatnya untuk yakin.” Ucap Dam Ryung.


Bersambung

0 Comments:

Post a Comment