My Golden Life Ep 5 Part 1

Sebelumnya...


Ji An akhirnya membuat keputusan. Ia akan pindah ke rumah keluarga kandungnya. Sontak saja, Ji Tae, Ji Soo dan Ji Ho yang tidak tahu apa-apa terkejut mendengar kata2 Ji An. Ji Ho bahkan mengira kakaknya itu sedang bercanda.

“Kau sudah membuat keputusan?” tanya Nyonya Yang.

Ji Ho dan Ji Tae langsung menatap sang ibu, minta penjelasan. Nyonya Yang pun akhirnya menjelaskan. Sebelum mereka pergi ke Dubai, saat Ji Tae tinggal di rumah ibunya. Ji Tae pun ingat, saat itu ia tengah sakit dan tinggal di rumah neneknya bersama sang ayah. Nyonya Yang bilang ada kecelakaan waktu itu. Saat Nyonya Yang mau menjelaskan kecelakaan itu, Ji An tiba2 saja memotong kata2 ibunya. Ia bilang, biar ia saja yang menjelaskannya.


“Kembaran Ji Soo meninggal dunia. Dan mereka menemukanku sebelum pindah ke Dubai. Mereka berpikir, aku dicampakkan.” Ucap Ji An.

Ji Tae, Ji Soo dan Ji Hoo tentu saja kaget. Mereka tidak percaya Ji An bukan saudara mereka. Ketiga bersaudara itu semakin kaget saat Nyonya Yang mengatakan siapa orang tua kandung Ji An. Nyonya Yang lantas beranjak ke dapur. Ji Soo masih tidak percaya kalau Ji An bukan lah saudara kembarnya.


Ji An menyusul ibunya ke dapur. Ia mendapati sang ibu tengah menangis. Ji An pun meminta maaf atas keputusannya. Nyonya Yang pura2 tegar. Ia berkata, Ji An tidak perlu minta maaf karena memang sudah seharusnya begitu. Tapi Ji An tahu ibunya kecewa.


Tak lama, Ji Soo pun ikut menyusul mereka. Ji Soo yakin ibunya berbohong. Ia tidak percaya Ji An bukan kembarannya. Nyonya Yang pun menghapus air matanya dan meminta Ji Soo menerima kenyataan soal Ji An.


Sepeninggalan Nyonya Yang, Ji Soo marah karena keputusan Ji An mau pindah itu. Ji An pun merangkul Ji Soo dan mengajak Ji Soo keluar dari dapur.


Nyonya No yang sedang sarapan bersama suami dan kedua anaknya, diberitahu Seketaris Min kalau para pekerja sudah datang. Tuan Choi heran para pekerja datang secepat itu. Nyonya No mengatakan, ia sengaja memanggil mereka agar renovasi kamar Eun Seok cepat selesai.

Do Kyung pun kaget, ia langsung bertanya apa Eun Seok akan pulang.

“Ibu tidak yakin, tapi mungkin dia akan datang.” jawab Nyonya No.

“Dia mungkin tidak akan datang, jadi jangan terlalu berharap.” Ucap Tuan Choi.

“Tidak akan ada yang bisa ibu lakukan kalau dia menolaknya, kan?” tanya Seohyun.

“Maksudku kita harus memberinya waktu. Aku tidak akan membiarkannya tinggal di rumah itu.” jawab Tuan Choi.


Tak lama kemudian, Nyonya Yang pun menghubungi Nyonya No. Nyonya No pun langsung lega mendengar kabar soal Ji An dari Nyonya Yang. Seohyun ingin tahu kapan Eun Seok akan datang. Tuan Choi tiba2 bangkit dari duduknya. Ia beranjak dari ruang makan dan masuk ke kamar mandi.


Di kamar mandi, Tuan Choi menangis bahagia karena putrinya yang hilang bertahun2 akhirnya pulang.


Sementara itu, Ji Tae penasaran kenapa orang tua kandung Ji An baru menemukan Ji An sekarang. Ji An pun mengaku tidak tahu cerita detailnya. Ji Soo pun kesal karena Ji Tae hanya ingin tahu soal itu, padahal Ji An akan pindah. Ji Soo juga menanyakan perasaan Ji Ho kalau Ji An pergi meninggalkan mereka.


Ji Ho yang ingat kejadian Ji An berlutut pada pelanggan di mall, terpaksa mengatakan kalau ia tidak masalah Ji An pergi. Ji Ho bilang, meskipun Ji An pergi, Ji An akan tetap menjadi kakaknya.


Ji Soo marah. Ji Ho pun meminta Ji Soo merelakan Ji An. Ji Ho bilang, sudah waktunya Ji An hidup bahagia.

Ji Soo lantas menanyakan pendapat Ji Tae. Tapi Ji Tae malah langsung pamit mau bekerja. Ji Soo tambah kesal. Dia makin kesal setelah Ji Tae bilang tidak masalah kalau mereka tidak bertemu lagi dengan Ji An. Namun wajah Ji Tae jelas menunjukkan kalau dia terpukul dengan fakta soal Ji An.


Ji Soo masih tidak rela Ji An pergi. Ji An pun menenangkan Ji Soo kalau mereka hanya berpisah rumah.

“Kalian keluargaku. Aku tidak akan keluar dari keluarga ini.” ucap Ji An.

Namun Ji Soo tetap saja protes. Begitu pula, Ji Tae dan Ji Ho yang wajahnya jelas menunjukkan mereka tidak rela Ji An pindah.


Tak lama kemudian, Nyonya Yang keluar dari kamar dan heran sendiri melihat ketiga anaknya masih di rumah. Ji Tae dan Ji Ho pun pergi duluan. Sementara Ji Soo masih menunjukkan wajah protesnya. Dan Ji An memaksakan diri menelan sarapannya.


Tuan Choi keluar dari kamar mandi. Bersamaan dengan itu, Nyonya No masuk ke kamar menyusul Tuan Choi. Nyonya No terkejut melihat mata Tuan Choi yang sembab. Tuan Choi yang malu karena ketahuan menangis pun beralasan kalau dia habis muntah.


Sekembalinya ke meja makan, Tuan Choi pun mengatakan alasan yang sama pada kedua anaknya. Do Kyung senang melihat ayahnya akhirnya tersenyum setelah sekian lama. Nyonya No pun meminta Do Kyung dan Seohyun membantu Eun Seok agar Eun Seok bisa secepatnya menjadi bagian dari keluarga mereka.


Tuan Choi juga berkata, tidak boleh ada yang tahu mereka sudah menemukan Eun Seok sebelum mereka membuat pengumuman resmi. Seohyun bingung maksud ayahnya. Tuan Choi bilang, mereka harus memberikan waktu pada Eun Seok untuk menyesuaikan diri. Do Kyung pun mengerti.

Nyonya No yakin, media akan langsung bergerak kalau tahu berita kemunculan Eun Seok. Seohyun ingin tahu apa yang akan dilakukan orang tuanya kalau media sampai tahu.

“Kami akan menanganinya jadi pastikan kalian tidak membuat ulah.” Jawab Tuan Choi.


“Biarkan aku tahu apa rencana kalian. Aku tidak sabar ingin bertemu dengan Eun Seok. Aku ingin tahu siapa namanya dan dimana dia bekerja. Aku tidak berani menanyakannya karena kalian belum siap menceritakannya pada kamu.” ucap Do Kyung.

“Dia gadis yang baik. Dia tumbuh dengan baik meskipun dalam lingkungan yang sulit.” Jawab Tuan Choi.


Nam Goo terheran2 karena Ji Soo belum datang juga ke tokonya. Biasanya Ji Soo selalu on time. Tak lama, Ji Soo datang sambil menghapus air matanya. Nam Goo terkejut melihat Ji Soo menangis. Ji Soo pun berkata, ada sesuatu yang harus dilaluinya mulai sekarang. Nam Goo awalnya terdiam, tapi sedetik kemudian ia malah berkata itu bukan urusannya dan menyuruh Ji Soo kembali bekerja.


Di kantornya, Ji Tae mencari tahu soal Haesung Grup. Ji Tae pun terkejut mengetahui Ji An punya kakak yang seusia dengannya.


Ji An menghubungi Do Kyung saat Do Kyung lagi di mall, melakukan pengecekan produk. Do Kyung langsung menjawab teleponnya tanpa melihat nomor si pemanggil. Begitu tahu yang menelpon Ji An, Do Kyung pun langsung bergegas keluar dari butik.

“Kenapa kita harus bicara? Aku sedang bekerja sekarang.” jawab Do Kyung.

“Aku menelpon karena kita harus menyelesaikan urusan kita yang belum selesai.” Ucap Ji An.

“Aku rasa kita tidak perlu melakukannya.” Jawab Do Kyung.

“Kubilang ada urusan yang harus kita selesaikan.” Ucap Ji An.

“Tidak ada! Kita sudah mendiskusikannya semalam.” jawab Do Kyung.

“Kau membuat keputusan sepihak. Ada sesuatu yang harus kuurus. Aku akan memberimu 5.000 dollar.” Ucap Ji An.

“Kau membicarakan soal 5.000 dollar? Lupakan.” Jawab Do Kyung.

“Kau member N-Gaon, kan? Haruskah aku mendatangimu  ke kantormu?” tanya Ji An.

Do Kyung langsung ketakutan. Ia pikir Ji An lagi mengancamnya.

“Kau bekerja diluar kantor sekarang? Dimana kau sekarang? Kenapa aku tidak boleh menemuimu disana? Ini tidak akan lama. Hanya 3 menit.” Ucap Ji An.

Belum sempat Do Kyung menjawab, Ji An sudah bilang akan sampai di tempat Do Kyung dalam 30 menit…


Ji An sendiri lagi di bank, mau mencairkan uang 20.700 dollar nya yang dikirimkan Nyonya No.


Di mobilnya, Do Kyung panic mikirin Ji An yang mau ke kantornya. Ia takut beritanya soal meninggalkan Ji An malam itu tersebar di media. Terlebih lagi, sang ayah sudah mewanti2nya untuk tidak membuat masalah karena banyak berita negative soal anak chaebol yang beredar belakangan ini di internet.

Do Kyung pun menyesal sudah meminta Ji An datang malam itu ke Yangpyeong.


Ji An dan Do Kyung bertemu di tepi jalan. Begitu Ji An datang, Do Kyung yang menunggu di mobil langsung mengenakan kacamata hitamnya gara2 takut berita negatifnya kesebar. Dia bahkan juga tidak mau turun dari mobilnya dan hanya menurunkan sedikit jendelanya untuk Ji An. Karena Do Kyung mengaku sedang terburu2, Ji An pun langsung memberikan bungkusan di tangannya.

“Apa ini?” tanya Do Kyung.

“Lihat saja sendiri.” Jawab Ji An.

“Kenapa aku harus melakukannya?” tanya Do Kyung.

“Inilah yang mau kuberikan padamu.” Jawab Ji An.

“Apa ini?” tanya Do Kyung.

“Semua uangnya.” Jawab Ji An, sembari memberikan bungkusan plastic yang ternyata berisi uang pada Do Kyung.


Kaget lah Do Kyung melihat uang sebanyak 20.700 dollar di dalam bungkusan itu.

“Cepat hitung dan berikan aku tanda terimanya!” suruh Ji An.

“Apa maksudmu tanda terima?” tanya Do Kyung

“Haruskah aku memberimu 20.700 dollar tanpa memeriksa biaya perbaikannya?”


“Aku sudah menyingkirkan mobil itu dan mendapatkan mobil ini.” jawab Do Kyung.

“Aku tidak peduli. Aku hanya melakukan apa yang kau inginkan. Berikan aku perkiraan berapa biaya perbaikannya dan hitung uangnya sekarang.” ucap Ji An.

“Kau ingin aku menghitung uangnya disini? Tapi darimana kau mendapatkan uang ini?” tanya Do Kyung.

“Aku hanya mau mau melunasi hutangku dan cepat berikan aku perkiraan biayanya.” Jawab Ji An.


“Darimana kau mendapatkan ini? Kau tidak memilikinya semalam? Kau meminjamnya dari lintah darat?” tanya Do Kyung.

“Oya, aku lupa. 100 dollar untuk trunk show, 80 dollar untuk ongkos taksi, 10 dollar untuk laundry dan 10 dollar untuk makan malam yang tidak sempat kumakan. Aku mengambil 200 dollar.”  Jawab Ji An, lalu mengambil 200 dollar dari dalam bungkusan yang berada di pangkuan Do Kyung.


Barulah Do Kyung turun dari mobilnya. Do Kyung memaksa Ji An mengambil kembali uang itu. Do Kyung bilang ia tidak bisa menerimanya. Ji An balik melemparkan bungkusan itu pada Do Kyung. Ji An bilang ia tidak meminjam uang itu ke lintah darat jadi Do Kyung tidak perlu cemas.

“Kalau tidak, bagaimana seseorang sepertimu bisa mendapatkan uang sebanyak ini?” jawab Do Kyung.

“Seseorang sepertiku? Memangnya aku orang seperti apa?” tanya Ji An.

Do Kyung langsung gugup menjelaskannya. Ji An mulai kesal dan menjawab sendiri pertanyaannya.


“Seorang gadis yang tidak tahu malu dan sopan untuk 20.000 dollar tapi angkuh untuk 5.000 dollar? Seorang pengemis yang membungkuk saat kau membebaskanku dari hutang?”

“Kau lah yang menyebabkan kesalahpahaman itu. Kau tidak ingat?” tanya Do Kyung.

“Bagaimana bisa kau menyuruhku ke Yangpyeong, memanfaatkanku lalu membuangku?” protes Ji An.

“Aku sudah bilang aku…”

“Ada urusan mendesak.” Sambung Ji An.

“Jika kau ada urusan mendesak, apa aku tidak boleh marah terhadap apa yang terjadi pada diriku? Kenapa? Karena kau sendiri yang mengurangi hutangku. Kau sendiri yang memutuskan tidak mau menerima uangku. Saat aku marah, kau bilang aku arogan? Kau pikir seseorang sepertiku tidak bisa marah?” ucap Ji An.


Do Kyung tidak terima semua ucapan Ji An. Tapi Ji An terus mengoceh. Ia bahkan mengejek Do Kyung yang masih menerima uang dari orang tua.  Do Kyung protes dan terus mendesak Ji An memberitahunya darimana uang itu Ji An dapatkan.

“Kenapa aku harus memberitahu padamu? Lintah darat, menjual organ, atau bekerja di bar, itu bukan urusanmu.” jawab Ji An.


Ji An lantas beranjak pergi tapi Do Kyung langsung menahannya dengan menarik bajunya. Ji An pun langsung berbalik dan menatap galak Do Kyung. Do Kyung memaksa Ji An mengambil kembali uang itu. Ji An pun salah paham, mengira Do Kyung masih menganggapnya seperti pengemis.

“Kau akan menghancurkan hidupmu hanya untuk menjaga harga dirimu tetap utuh!” jawab Do Kyung.


Do Kyung lantas melemparkan bungkusan itu ke Ji An dan buru2 masuk ke mobilnya. Ji An tak tinggal diam. Ia langsung mengetuk2 kaca mobil Do Kyung. Do Kyung pun menurunkan sedikit kacanya dan meminta Ji An tidak menghubunginya lagi. Ji An setuju, lalu beranjak pergi. Do Kyung langsung senang melihat Ji An pergi, tapi kesenangannya langsung sirna melihat Ji An berdiri di depan mobilnya.


Ia langsung sewot melihat Ji An melemparkan bungkusan itu ke mobilnya. Ia bergegas turun dari mobilnya dan mengejar Ji An, tapi Ji An keburu naik taksi.


Dalam perjalanan, Ji An menghapus kontak Do Kyung dari ponselnya. Setelah itu, ia pun menarik napas lega.


Tuan Seo langsung senyum sumringah dapat panggilan dari istrinya. Sang istri mengajaknya makan siang bersama. Tuan Seo terkejut tahu istrinya ada di Daejeon.


Tuan Seo langsung nyamperin istrinya menggunakan taksi. Ia terkejut istrinya tiba2 nongol di Daejeon hanya untuk mengajaknya makan. Nyonya Yang mengaku sudah membooking restoran terkenal di Daejeon untuk mereka berdua, tapi Tuan Seo mengajaknya makan sesuatu yang disukainya.


Sementara Tuan Seo menyantap makan siangnya dengan lahap, Nyonya Yang hanya minum saja daritadi. Tuan Seo pun heran melihat istrinya itu tidak menyentuh makanan sedikit pun. Nyonya Yang mengaku sedang tidak berselera.

“Kenapa tidak? Apa ada sesuatu yang mau kau katakan? Katakan saja.” Ucap Tuan Seo.

“Aku akan mengatakannya kalau kau sudah selesai makan.” Jawab Nyonya Yang.

“Sejak awal aku sadar kau bersikap aneh. Kau tidak akan ada disini hanya untuk mengajakku makan. Jadi katakan lah.” Ucap Tuan Seo.

“Kau akan kehilangan seleramu sekali kau mendengarnya.” Jawab Nyonya Yang.

“Perutku akan sakit kalau mendengarnya setelah makan, jadi cepat katakan.” Ucap Tuan Seo.


Dengan berat hati, Nyonya Yang mengaku kalau ia sudah membuat kesalahan besar. Tuan Seo mengira kesalahan Nyonya Yang itu adalah meminjam uang dari Hae Ja. Nyonya Yang menggeleng.

“Lalu apa?” tanya Tuan Seo.


“Ternyata mereka tidak meninggalkannya. Anak itu… seseorang menculiknya… lalu membuangnya setelah mengambil perhiasannya.” Jawab Nyonya Yang.

“Apa maksudmu? Aku tidak mengerti.” Tanya Tuan Seo.

“Aku membicarakan Ji Soo. Ibu kandungnya datang padaku.” Jawab Nyonya Yang.

“Ibu kandung Ji Soo?” tanya Tuan Seo, kaget.

“Tapi aku bilang itu Ji An.” Jawab Nyonya Yang.

“Tunggu. Maksudmu, kau mau bilang ibu kandung Ji Soo datang padamu tapi kau bilang Ji An putri kandungnya?” tanya Tuan Seo.


Nyonya Yang lantas menyodorkan artikel tentang menghilangnya Eun Seok yang dulu sempat dicetaknya. Nyonya Yang kemudian berkata, Ji Soo adalah putri pemilik Haesung Group yang menghilang. Tuan Seo pun kaget tahu Ji Soo anak pemilik Haesung Group.


Di sisi lain, Tuan Choi dan Nyonya No juga sedang makan siang bersama. Intinya, Tuan Choi menyuruh Nyonya No membayar mahal Tuan Seo dan Nyonya Yang yang sudah mengambil putri mereka agar Eun Seok merasa terbebani dan mau kembali pada mereka. Tuan Seo juga mengaku merasa menyesal karena berpikir bahwa Eun Seok sudah meninggal. Ia mengaku merasa bersalah pada Eun Seok dan juga Nyonya No.

“Ini pasti juga terasa berat untukmu, kan?” jawab Nyonya No.

“Terima kasih karena kau tidak pernah menyerah selama 25 tahun terakhir. Aku berhutang padamu.” Ucap Tuan Choi.

“Tapi aku yang membuatnya menghilang.” Sesal Nyonya No.

“Itu bukan berarti kau melakukannya dengan sengaja.” Jawab Tuan Choi yang membuat Nyonya No sedikit tersenyum.


Nyonya Yang masih menjelaskan pada suaminya kalau ia tidak tahu bagaimana cara orang tua kandung Ji Soo menemukan mereka.

“Mereka menyewa seorang pramunia kosmetik dari pintu ke pintu.  Kau ingat hari dimana sikat gigi Ji An dan Ji Soo menghilang? Mereka melakukan tes DNA dengan sikat gigi itu.” ucap Nyonya Yang.

“Tapi kau bilang Ji An putri mereka? Kenapa kau melakukan itu?” tanya Tuan Seo.

“Aku tidak tahu. Itu keluar begitu saja dari mulutku. Dia bertanya padaku, yang mana putrinya. Dia terus mendesakku ke sudut. Lalu aku teringat Ji An. Dan nama Ji An langsung keluar dari mulutku.” Jawab Nyonya Yang.

“Apa yang kau bicarakan? Ini konyol!” ucap Tuan Seo.

“Saat aku melihat Ji An di kantor polisi…” jawab Nyonya Yang.


Nyonya Yang pun teringat bagaimana ia bisa tahu Ji An ada di kantor polisi. Ternyata, Ha Jung lah yang memberitahu Nyonya Yang. Dia diam2 mengirim sms pada Nyonya Yang kalau Ji An ada di kantor polisi dan menyuruh Nyonya Yang datang.


Nyonya Yang langsung ke kantor polisi, tapi ia tetap berada di taksi dan melihat Ji An sedang bicara dengan ayahnya Ha Jung. Saat itu, ayah Ha Jung berkata, dunia sangat kejam.


Tangis Ji An langsung pecah setelah Ha Jung pergi. Tanpa Ji An sadari, Nyonya Yang berdiri di belakangnya. Nyonya Yang menangis melihat Ji An diperlakukan seperti itu.


Usai dari kantor polisi, Nyonya Yang terus mengikuti Ji An. Nyonya Yang juga mendapatkan telepon dari seseorang tentang Ha Jung yang merebut pekerjaan Ji An karena koneksi keluarga.

Flashback end…


“Saat aku melihat punggung Ji An hari itu, rasanya aku ingin mati saja. Ji An menjalani hidupnya seperti itu. Dia berjuang untuk membiayai sekolahnya, dia bekerja sebagai pekerja kontrak. Jadi aku menyebutkan namanya. Ini gila, kan? Aku mengambil anak orang lain dan membesarkannya. Dan sekarang, aku mengatakan putri mereka adalah Ji An, bukan Ji Soo.” Ucap Nyonya Yang.

Tuan Seo terkejut, saking terkejutnya ia tak tahu harus mengatakan apa.

“Aku tidak mau mengakui kebenarannya. Aku tidak mau memberitahu kalau Ji Soo lah putri mereka.” Lanjut Nyonya Yang.

“Yang Mi Jung…” Tuan Choi mulai kesal.


“Kita membesarkan Ji Soo seperti putri kita sendiri. Ayo kita tukar putri kita dengan putri mereka.” Ucap Nyonya Yang.

“Apa kau gila? Katakan yang sebenarnya pada mereka dan minta maaf lah!” suruh Tuan Choi.

“Ini sudah terlambat.” Ucap Nyonya Yang.

“Apa maksudmu?” tanya Tuan Seo.

“Ji An sudah memutuskan hidup bersama mereka.” Jawab Nyonya Yang.


Tuan Seo pun panic. Dia langsung mengajak Nyonya Yang kembali ke Seoul untuk meluruskan semuanya. Namun Nyona Yang menolak karena Ji An sudah memutuskan untuk pergi. Tuan Choi pun marah, ia bilang Ji An memutuskan pergi karena Ji An tidak tahu kebenarannya.

“Lalu apa yang mau kau lakukan setelah sampai di Seoul?” tanya Nyonya Yang.

“Aku akan memberitahu Ji An dulu, lalu memberitahu keluarga itu kalau Ji An bukan putri mereka.” Jawab Tuan Seo.

“Tae Soo-ya, jika kau melakukan itu, kau akan kehilangan kedua putrimu.” Ucap Nyonya Yang.

“Aku kehilangan mereka? Apa maksudmu?” tanya Tuan Seo.


“Ji An sudah memutuskan hidup sebagai putri mereka. Kau pikir Ji Soo akan memaafkan kita? Dia tahu kita mengirim Ji An ke keluarga kaya.” Jawab Nyonya Yang.

“Ji Soo tahu soal ini?” tanya Tuan Seo kaget.

“Ji Tae dan Ji Ho juga tahu.” jawab Nyonya Yang.

“Ji An mengumumkan di depan seluruh keluarga kalau dia akan pindah ke keluarga itu.” ucap Nyonya Yang.

“Kenapa kau melakukan ini! Kau bahkan tidak mendiskusikan dulu denganku soal ini! Apa yang sudah kau lakukan! Bagaimana bisa!” marah Tuan Choi.


Tuan Seo pun menangis. Tapi Nyonya Yang tetap kekeuh mau mengirim Ji An ke keluarga yang sebenarnya keluarga kandung Ji Soo.

“Bagaimana dengan Ji An?” tanya Tuan Seo.

Menurut Anda bagaimana perasaannya? Apa yang akan dia lakukan? Dia tidak menipu mereka. Aku yang melakukannya! Dia juga tertipu olehku. Dia akan terkejut dan menyalahkanku. Aku tidak peduli tentang itu.” jawab Nyonya Yang.

“Lalu bagaimana dengan Ji Soo? Kau tidak merasa bersalah padanya?” tanya Tuan Seo.

“Ji Soo… dia cukup senang disini. Ji An, dia tidak bahagia dengan kita!” jawab Nyonya Yang, membuat Tuan Seo tercengang.


Tuan Choi pergi mengambil hadiah yang sudah dia siapkan. Hadiah itu berupa pena mewah yang ada ukiran nama Choi E.S. Sudah bisa ditebak pena itu disiapkan Tuan Choi untuk Eun Seok.


Ji An sedang menikmati harinya di Hongdae. Ia berjalan2, sambil menikmati satu cup ice cream. Tak lama kemudian, Myung Shin menghubunginya. Myung Shin terkejut saat menyadari Ji An ada ada di Hongdae. Ji An mengaku, ia sedang jalan2.

“Kudengar kau tidak mendapatkan pekerjaan di Haesung?” tanya Myung Shin.

“Itu benar.” jawab Ji An dengan ceria.

“Apa yang terjadi padamu? Kau bertingkah seperti gadis yang berasal dari keluarga kaya.” Ucap Myung Shin.


“Myung Shin-ah, langit di bulan September benar-benar indah. Awannya juga cantik. Siapa yang tahu langit di Seoul masih terlihat seperti ini?” jawab Ji An.


Ji An-ah, apa kau baik-baik saja?” tanya Myung Shin cemas. 

Pembicaraan itu pun akhirnya terhenti karena Myung Shin harus kembali mengajar setelah terdengar bunyi bel.


Tuh kaan bener si Eun Seok itu Ji Soo… dan Nyonya Yang terpaksa mengatakan Ji An itu Eun Seok karena gak tega liat Ji An menderita…

Air mata sy jatuh pas scene flashback Ji An dan Nyonya Yang di kantor polisi..

Tapi sy kesel sama Nyonya Yang yang kekeuh mau ngirim Ji An ke keluarga kandungnya Ji Soo… sy udah ngilu duluan ngebayangin kalau Ji An dan Ji Soo tahu kebenarannya… mereka pasti bakal terpukul banget….

Dan…untuk Park Shi Hoo… saya mulai menikmati acting dia… sy mulai merasakan chemistry nya dengan Shin Hye Sun…. ngakak banget liat dia kalau udah mikirin Ji An plus adu bacot ama Ji An….

0 Comments:

Post a Comment