My Golden Life Ep 12 Part 2

Sebelumnya...


Ji An akhirnya sampai di rumah pewarna alami. Dia langsung minta maaf ke Do Kyung karena terlambat datang. Tapi Do Kyung malah menanyakan alasan Ji An meminjam uang ke Hyuk. Do Kyung memberitahu Ji An soal kedatangan Hyuk ke kantor. Ji An pun menjelaskan kalau ia sudah mengembalikan uang Hyuk dan tidak pernah meminjam uang Hyuk.


Hyuk yang baru kembali ke kantornya, terkejut mengetahui Ji An mengembalikan uangnya. Hyuk pun frustasi karena tidak tahu kemana Ji An pindah, tidak tahu nomor ponsel dan e-mail Ji An. Sementara itu, Ji An dan Do Kyung sedang melihat proses pencelupan dari daun nila segar.


Nyonya Yang yang sedang menuju rumahnya bingung sendiri bagaimana menyuruh keluarganya mengisi angket Haesung soal masakannya. Ia mengaku, bisa menyuruh keluarganya mencicipi masakannya tapi tidak bisa menyuruh mereka mengisi angketnya.

Tiba2, Hae Ja datang. Hae Ja yang tahu Nyonya Yang baru pulang dari seminar Haesung pun pura2 kelaparan, tapi malas memasak. Nyonya Yang langsung bersemangat. Ia mengajak Hae Ja ke rumahnya dan mau memasakkan sesuatu untuk Hae Ja. Hae Ja pun senang pancingannya berhasil.


“Kenapa harus hamburger?” tanya Hae Ja saat melihat Nyonya Yang membuat hamburger untuknya.


Nyonya Yang pun tersenyum dan mengaku lagi ingin membuat hamburger. Tapi Hae Ja tidak bisa dibohongi. Ia bisa menebak soal restoran burger yang dibukakan Haesung untuk Nyonya Yang. Nyonya Yang seketika terdiam. Hae Ja mengoceh lagi, ia bilang itulah alasan kenapa Tae Soo mau mulai berbisnis lagi.

“Eonni, kau pikir aku bahagia dengan semua ini? Ji Tae abeoji tidak bekerja di pusat distribusi. Dia hanya buruh harian.” Jawab Nyonya Yang.

Hae Ja pun kaget, Omo…

“Kau membeli rumah ini untuk investasi, kan? Tapi aku membeli rumah ini darimu dengan harga murah. Aku berterima kasih untukmu.Tapi bagaimana jika daerah ini dibangun kembali? Bagaimana jika rumah ini digusur? Aku akan berakhir di ruang bawah tanah lagi. Aku harap daerah ini tidak akan dibangun kembali. Itulah yang kurasakan.” Ucap Nyonya Yang.


Tangis Nyonya Yang pun keluar. Ia mengaku tidak pernah membayangkan akan hidup seperti itu. Ia bilang, saat Haesung menawarinya bisnis waralaba, ia sempat menolaknya. Tapi saat wanita itu bilang, Tae Soo hanyalah kuli bangunan, aku tanpa pikir panjang menerimanya.

Nyonya Yang terduduk lemas. Hae Ja menenangkan Nyonya Yang dan berkata, ia mengerti perasaan Nyonya Yang.

“Tidak. Kau tidak mengerti apa yang kurasakan. Dan juga Tae Soo, kalian tidak mengerti. Aku bahkan tidak mengerti diriku, kenapa aku melakukan ini.” ucap Nyonya Yang.

“Kau sudah melakukan hal yang benar. Lagipula, kau sudah membesarkan Ji An. Anggap saja ini ganti rugi karena sudah membesarkan Ji An.” Jawab Hae Ja.


Beralih ke Ji Soo yang baru bangun tidur dan langsung turun ke bawah gara2 mencium bau masakan ibunya. Begitu Ji Soo datang, Hae Ja buru2 menyembunyikan angket Haesung di laci meja.

“Kau turun karena mencium sesuatu?” tanya Hae Ja.

“Benar sekali.” Jawab Ji Soo.

Ji Soo pun mengira sang ibu membuat burger khusus untuknya. Ji Soo buru2 mencicipinya dan rasanya enak.


Sembari berjalan menuju ke mobil, Ji An menanyakan pendapat Do Kyung soal pewarna tadi. Do Kyung bilang itu indah, tapi bukan itu yang diharapkannya.

“Oya, kau masih harus mengunjungi satu tempat lagi kan? Aku tidak bisa menemanimu karena harus meeting. Jadi sebaiknya kita makan sesuatu yang bisa dimakan dengan cepat untuk makan malam hari ini.” ucap Do Kyung.

“Tapi kau akan makan malam selama pertemuan, kan?” tanya Ji An

“Mana mungkin aku membiarkan adikku melewatkan makan malam.” Jawab Do Kyung.


Do Kyung pun menemani Ji An makan tteokbokki di pinggir jalan. Tak tega liat Ji An makan di pinggir jalan, Do Kyung berniat untuk segera membuka identitas Ji An sebagai Eun Seok agar Ji An bisa makan enak.

“Aku tidak akan mengubah seleraku begitu saja. Ini sangat lezat.” Jawab Ji An.

“Ini demi kesehatanmu.” Ucap Do Kyung.

“Kau hanya berusaha mencari kesalahan orang lain.” Balas Ji An.

“Tapi ada sesuatu yang patut dipuji darimu. Sun Woo Hyuk.” Jawab Do Kyung.

“Hyuk-ah?” tanya Ji An bingung.

“Bagus sekali kau tidak memberitahukan nomormu. Kau akhirnya bertingkah seperti adikku. Seperti putri Haesung Corporation sejati.” Puji Do Kyung.


Ji An pun seketika teringat soal fotonya dan Ji Soo yang tiba2 hilang. Teringat hal itu, Ji An terdiam. Do Kyung heran sendiri melihat Ji An yang mendadak diam. Ji An pun berkata, bahwa ia hanya merasa seperti sedang diyakinkan. Ji An kemudian memuji Do Kyung sebagai kakak yang bisa diandalkan.

“Kau juga punya kakak di keluarga lamamu kan? Apa dia tidak bisa diandalkan?” tanya Do Kyung.

“Tentu saja bisa, tapi saat keadaan menjadi sulit, kau tidak akan mempedulikan orang lain.” Jawab Ji An pelan.


Ji Tae lagi asyik baca komik sambil ngemil di kamar komiknya. Soo A juga melakukan hal yang sama di ruang sebelah. Baik Ji Tae maupun Soo A, sama2 tidak saling menyadari kehadiran satu sama lain.

Di rumah, Tuan Seo lagi bicara sama Seok Doo soal item produk yang ia kirim ke e-mail Seok Doo. Tepat saat itu, Ji Tae pulang. Melihat ayahnya lagi sibuk bicara di telpon, Ji Tae pun langsung menuju kamarnya.


Tuan Seo langsung menyusul Ji Tae begitu selesai bicara dengan Seok Doo.

“Ji Tae-ya, mereka bilang kau bisa merasakan ketidakhadiran seseorang. Ruangan ini terasa begitu kosong sekarang.” ucap Tuan Seo.

“Ayah kenapa kemari?” tanya Ji Tae.

“Kudengar kau baru putus dari pacarmu.” Jawab Tuan Seo.

Ji Tae pun terkejut, ia penasaran ayahnya tahu darimana.


“Mereka bilang batuk dan cinta adalah dua hal yang tidak bisa disembunyikan. Kau sepertinya sudah pacaran dengannya selama bertahun-tahun. Konyol sekali kalau Ji Ho yang berbagi kamar denganmu sampai tidak tahu soal ini.” jawab Tuan Seo.

“Kami memang sudah putus.” Ucap Ji Tae.

“Kenapa? Kalian harusnya menikah.” Jawab Tuan Seo.

“Tapi kami sudah berakhir sekarang.” ucap Ji Tae.

“Kau bilang sudah berakhir tapi kau terus saja bersedih. Kenapa? Karena kau tidak kaya? Kenapa kau membutuhkan uang? Kau hanya membutuhkan kamar untuk tinggal bersama.” Jawab Tuan Seo.

“Ayah, apa yang ayah bicarakan? Kenapa ayah membicarakan soal uang dan kamar sewa?” tanya Ji Tae.


“Aku dan ibumu tinggal di sebuah ruangan yang sempit saat kami menikah.” Jawab Tuan Seo.

“Itukan sudah lama.” Ucap Ji Tae.

“Tapi tidak masalah. Menikahlah.” Jawab Tuan Seo.

“Ayah tahu kan aku tidak mampu membelinya.” Ucap Ji Tae.

“Kenapa tidak? Kau punya kamar ini. Aku dan ibumu tidak akan membebanimu setelah kami pensiun. Jadi kau bisa mulai dari sini. Menabung lah, kemudian pindah.” Jawab Tuan Seo.

“Tidak sesederhana itu ayah.” ucap Ji Tae.

“Hidup bisa jadi rumit atau sederhana. Itu tergantung dari caramu berpikir.” Jawab Tuan Seo.

“Aku tahu apa yang harus kulakukan.” ucap Ji Tae.


“Apa yang kau tahu! Kau pikir kau tahu semuanya! Karena kau sudah 33 tahun, jadi kau pikir kau tahu semuanya?” suara Tuan Seo mulai meninggi.

“Aku bukan anak kecil lagi.” Jawab Ji Tae.

“Karena itulah kau belum dewasa! Karena kau berpikir seperti itu. Ayahmu sudah lebih dari 60 tahun. Aku bahkan takut kalau aku salah, tapi kau? Hanya karena umurmu sudah dewasa, bukan berarti pikiranmu dewasa. Kau tidak tahu apa yang kau butuhkan. Kau mungkin sudah lupa, tapi aku bekerja di perdagangan selama 15 tahun dan menjalankan bisnis selama 10 tahun. Dengarkan ayahmu.” ucap Tuan Seo.

“Ayah tidak tahu kan kenapa melakukan ini, jadi diamlah. Waktu sudah berubah sekarang. Aku tidak akan menyesali keputusanku.” Jawab Ji Tae.


Ji An yang baru pulang terkejut melihat Tuan Choi menunggunya di halaman. Tuan Choi tersenyum, kemudian berkata bahwa hari sudah larut, tapi putrinya belum pulang, jadi bagaimana ia bisa tidur.

“Maafkan aku. Aku baru saja pulang dari Yangpyeong menemui vendor kita.” jawab Ji An.


Tuan Choi lantas menyuruh Ji An duduk. Setelah Ji An duduk, Tuan Choi pun menjelaskan, kalau mereka mengirim Ji An ke tim marketing bukan untuk menyuruh Ji An bekerja. Tuan Choi juga bilang, Ji An hanya sementara ada di sana.

“Aku baik2 saja. Aku melakukannya karena aku benar-benar ingin melakukannya. Ini untuk hari jadi perusahaan kita yang ke-40.” Jawab Ji An.

“Lalu kapan kau akan meluangkan waktu agar kita bisa pergi berkencan? Ada yang ingin kuberikan padamu. Hadiah yang tidak akan pernah kau lupakan.” Ucap Tuan Choi.

“Ayah bisa memberikannya padaku nanti setelah ulang tahun perusahaan kita.” jawab Ji An.


Keesokan harinya, Nyonya Yang yang mau pergi, memberitahu Ji Soo kalau dirinya akan pulang terlambat. Nyonya Yang juga berkata, sudah menggoreng cumi2 favorit Ji Soo. Ji Soo heran sendiri dan penasaran sang ibu mau pergi kemana. Sang ibu berkata, hanya mau menghirup udara segar saja dengan Hae Ja. Sebelum beranjak dari kamar Ji Soo, Nyonya Yang minta maaf pada Ji Soo. Ji Soo pun sekali lagi heran ibunya tiba2 minta maaf tanpa alasan yang jelas.


Boss Kang heran sendiri Ji Soo udah datang pagi. Ji Soo mau menanyakan sesuatu tapi saat melihat mata Boss Kang yang sembab, ia terkejut. Boss Kang beralasan, kalau sebelum tidur, ia makan mie dulu. Boss Kang lantas menanyakan pertanyaan Ji Soo.

Ji Soo curhat soal Hyuk yang tiba2 berkeliaran di lingkungan rumahnya. Ji Soo yakin, kalau Hyuk sedang mencari rumahnya. Boss Kang terkejut, ia bertanya apa Hyuk tahu dimana rumah Ji Soo.

“Aku rasa dia tahu. Aku tidak pernah melihatnya lagi di kafe.” Jawab Ji Soo.

“Bagaimana kalau dia mengenal salah satu tetanggamu? Dia tidak pernah menanyakannya padaku dan aku tidak pernah memberitahunya dimana kau tinggal.” Ucap Boss Kang.

“Aku tinggal di Daebang-dong.” Jawab Ji Soo.

“Seo Ji Soo-ssi, punya harapan itu bagus tapi harapan tanpa dasar menjadi khayalan belaka.” Ucap Boss Kang.

“Tapi mau apa dia ke lingkunganku? Aku sudah melihatnya dua kali. Apa dia punya kerabat yang tinggal disana?” tanya Ji Soo.


Ji Soo yang sedang menuju ke kafenya Woo Hee, latihan bicara untuk menyapa Hyuk.  Tak lama kemudian, ia terkejut melihat Hyuk yang mendadak keluar dari kafe.  Ji Soo pun bicara pada dirinya, kalau ia gagal menyapa Hyuk dengan luwes, berarti dia bukan Seo Ji Soo lagi.


Tapi saat berhasil mengucapkan selamat pagi tanpa gugup, Hyuk malah bersikap seolah2 tidak mengenalnya. Ji Soo seketika teringat kata2 Boss Kang soal harapan. Ji Soo kemudian tersadar dan mengatai dirinya aneh.


Woo Hee mengajak Ji Soo minum kopi saat Ji Soo sudah mau pergi.  Woo Hee bertanya, berapa yang harus ia bayar untuk roti2 yang dikirimkan Ji Soo. Ji Soo berkata, ia akan menanyakannya pada Boss Kang.

Woo Hee lalu membicarakan soal Hyuk. Ia memberitahu Ji Soo alasan kenapa Hyuk jarang datang ke kafe. Woo Hee bilang, semua itu karena gadis yang disukai Hyuk.

“Tidak semua pria seperti dia, tapi aku mengenalnya cukup baik. Ketika dia menyukai seseorang, dia tidak akan semudah itu melupakannya. Aku pikir waktu akan menyembuhkan lukanya. Setelah waktu berlalu, dia akan baik2 saja.” Ucap Woo Hee.

Ji Soo ingin tahu wanita seperti apa yang Hyuk sukai.

“Aku tidak terlalu mengenalnya, tapi dia cantik dan juga pintar.” Jawab Woo Hee.

Ji Soo pun langsung kecewa mendengarnya.


Ji An minta izin keluar lagi sama Manajer Lee karena ia harus mengunjungi beberapa supplier. Manajer Lee berkata, Ji An tidak perlu minta izin lagi padanya.

Saat Ji An sudah mau pergi, Ha Jung langsung menghampiri Ji An. Ha Jung berbisik, bertanya kapan Ji An akan mengatur file seperti yang dimintanya.

Tapi Senior Jo yang sudah bisa menebak kalau Ha Jung menyuruh Ji An melakukannya, langsung menegur Ha Jung.


Di lobby, Ji Soo menghubungi Ji An. Ji Soo curhat soal perasaannya pada Hyuk. Ji Soo bilang pada Ji An, kalau ia akan melupakan Hyuk dan hanya focus pada roti saja.

Saat Ji An mau menutup teleponnya, Ji Soo memberitahu Ji An tentang sang ibu yang menangisi fotonya. Ji Soo yakin itu karena Ji An pergi dan meminta Ji An bicara pada ibu. Ji An pun terkejut.


Dari sinilah Ji An mulai menggali lebih dalam soal Eun Seok. Ji An langsung menemui Ji Tae dan bertanya, kenapa Ji Tae tidak bisa menyadari wajah salah satu dari adik perempuan Ji Tae yang berubah padahal saat itu Ji Tae sudah berumur 8 tahun.

“Aku tidak tahu Ji An sudah meninggal. Suatu hari aku pulang ke rumah tapi ibu tidak ada di rumah. Ayah bilang ibu sakit dan ibu tinggal dengan orang tuanya. Aku menangis berbulan2 karena harus tinggal sama ayah.” jawab Ji Tae.

“Lalu bagaimana kita bisa pergi Dubai?” tanya Ji An.

“Sebelum ke Dubai, ibu membawa kalian berdua pulang. Tapi aku merasa wajah Ji Soo sedikit berbeda.” Jawab Ji Tae.

Ji An pun kaget, Ji Soo?

“Aku pikir itu kau.” ucap Ji Tae lagi.


Habis menemui Ji Tae, Ji An pergi ke kafe internet. Ia mencari tahu sosok anak perempuan Haesung yang menghilang. Tak lama kemudian, ia menemukan foto Eun Seok kecil.


Ji An lantas buru2 pulang ke rumah. Kata2 sang ibu tentang luka di kelingkingnya yang ia dapat saat berumur satu tahun, juga saat sang ibu memintanya sekolah di luar negeri terus terngiang di telinganya. Ji An mencari bukti di setiap sudut rumah, namun ia tak menemukannya.

Ji An lantas masuk ke kamar ibunya. Setelah lama mencari, ia akhirnya menemukan bukti itu di dalam lemari ibunya. Ji An langsung lemas saat melihat foto Eun Seok yang asli.

Tak hanya itu, Ji An juga menemukan passport Ji Soo. Dengan tangan gemetar, Ji An membuka passport itu dan melihat foto Ji Soo yang asli. Tangis Ji An pun pecah…

Bersambung…

Akhirnya Ji An tahu ibunya berbohong… Tapi sy jadi gak rela kalo identitas Ji An yg asli cepet2 ketahuan.. Sy mau lihat dulu Ji An kencan sama Tuan Choi dan Nyonya No… Sy juga masih betah lihat kebersamaan Ji Soo dengan Tuan Seo…

Makin penasaran sama drama ini…. Episode selanjutnya, kita bakal dibuat nangis sama Ji An yang ketakutan kalau keluarga Choi tahu dia bukan Eun Seok….

0 Comments:

Post a Comment