My Golden Life Ep 14 Part 1

Sebelumnya...


Ji An syok ketika Do Kyung memanggilnya dengan nama Seo Ji An, tapi tak lama Do Kyung pun kembali memanggil Ji An dengan nama Eun Seok dan menyuruh Ji An keluar negeri. Melihat ekspresi Ji An, Nyonya No pun heran. Ia lalu bertanya pada Do Kyung, apa Do Kyung yakin Ji An mau pergi keluar negeri. Tuan Choi lantas menyuruh Do Kyung memberitahu Ji An apa yang terjadi.

“Ini hadiah kejutan kakak untukmu. Kakak tidak menduga kau akan terkejut.” Ucap Do Kyung.


Ternyata itu semua ide Do Kyung. Do Kyung yang meminta ayah dan ibunya mengirim Ji An keluar negeri untuk belajar seni. Do Kyung juga menginginkan sang ibu membukakan galeri untuk Ji An setelah Ji An selesai kuliah seni nantinya. Do Kyung bilang impian sang ibu juga bisa terwujud karena sang ibu selama ini sangat ingin membuka galeri.

“Apakah dia bilang mau belajar ke luar negeri?” tanya Tuan Choi.

“Tidak. Aku hanya merasa dia terlalu terobsesi dengan acara hari jadi perusahaan yang ke-40. Aku tahu ayah mau dia mencapai ekspektasi kita, tapi dia mau belajar seni. Aku tidak merasa dia bekerja untuk bersenang-senang. Kita harus membantu dia mewujudkan impiannya agar dia bisa puas sudah bergabung dengan keluarga. Itu juga akan membantunya menemukan tunangan.” Jawab Do Kyung.

“Ibu khawatir tidak akan mudah menemukan seseorang untuknya karena usianya.” Ucap Nyonya No.


Nyonya No lalu menanyakan pendapat Tuan Choi. Tuan Choi berkata, jika Ji An mau keluar negeri, artinya mereka akan berpisah lagi dari Eun Seok. Nyonya No mengatakan, kalau mereka harus menahan perasaan mereka untuk mendapatkan hasil yang baik. Tuan Choi setuju dan langsung ingin memberitahu Ji An. Tapi Do Kyung melarang. Do Kyung ingin hal itu menjadi kejutan untuk Ji An.


Do Kyung tersenyum, ia merasa aktingnya tadi sangat bagus sampai membuat Ji An ketakutan seperti itu. Tuan Choi pun meminta maaf sudah membuat takut Ji An. Tapi Ji An malah menangis. Nyonya No mengira Ji An menangis karena gembira. Makin tertekan, Ji An pun akhirnya lari ke kamarnya.


Sampai di kamar, Ji An mengunci pintu kamarnya dan bersembunyi di bawah selimut. Do Kyung menyusul Ji An. Tapi Ji An tidak mau membukakan pintu dengan alasan sedang berganti pakaian. Do Kyung pun bingung dengan sikap Ji An.


Ji An gemetaran di bawah selimutnya.


Di bawah, Tuan Choi dan Nyonya No membahas sikap Ji An itu. Tuan Choi bingung dengan sikap Ji An yang tiba-tiba saja dingin. Nyonya No merasa Ji An hanya sedang tertekan saja karena mengurus hari besar Haesung.

“Apakah hal ini terlalu berlebihan baginya? Dia tidak punya cukup waktu untuk menyesuaikan diri.” Ucap Tuan Choi.

“Dia cemas karena berusaha. Dia ingin pelaksanaan acara hari jadi itu sukses. Aku yakin dia akan baik-baik saja.” Jawab Nyonya No.

“Benar. Aku bisa melihat bahwa dia putrimu.” Ucap Tuan Choi.


Beralih ke Ji Tae yang lagi deg-degan nunggu Soo A di depan pintu masuk bioskop. Ia takut kalau Soo A tidak datang.

Flashback….


Saat Soo A masih belum sadarkan diri di ranjang rumah sakit, Ji Tae menyelipkan tiket nonton Casablanca di mantel Soo A.

Flashback end…


Karena Soo A tak kunjung datang, Ji Tae pun memutuskan masuk. Tapi sampai di dalam, ia menemukan Soo A sudah duduk di bangku penonton. Ji Tae pun bergegas mendekati Soo A. Kedua pasangan ini nampak kikuk. Ji Tae membuka pembicaraan dengan menanyakan kondisi Soo A.

“Kenapa kau mengajakku keluar jika amat khawatir?” jawab Soo A.

Ji Tae pun membalas jawaban Soo A dengan menggenggam tangan Soo A erat2. Soo A terkejut, tapi ia tidak protes tangannya digenggam Ji Tae. Keduanya lalu menikmati pertunjukan.


Habis nonton, mereka pergi makan, Sembari menunggu pesanan datang, mereka membahas hubungan mereka. Ji Tae terkejut ketika Soo A menyodorkan cincin pernikahan. Ji Tae bilang, seharusnya dia yang membelinya.

“Karena aku yang putus asa.” Jawab Soo A.

“Situasiku belum berubah. Saat aku mendapatkan pekerjaan, nenekku meninggal karena kanker perut. Aku menggunakan deposit sewaku untuk membayar operasi nenek. Saat aku mendapatkan sewa,  kubilang kepada diriku sendiri bahwa aku tidak boleh menikah. Ayahku mengalami kegagalan setelah dia tua. Tapi aku harus memulai dengan utang yang besar saat aku bahkan belum berusia 30 tahun. Aku tidak punya pilihan lain. Aku lahir sebagai anak sulung keluarga ini. Maaf. Pria sepertiku menghalangi kepergianmu.” Ucap Ji Tae.

“Kita bisa menyewa tempat dengan uang yang kita habiskan di toko komik. Selama tidak punya anak, kita bisa hidup dengan gaji kita berdua.” Jawab Soo A.

“Bagaimana menurutmu jika kita tinggal di rumahku?” tawar Ji Tae.

“Bagaimana? Apakah ada kamar sisa?” tanya Soo A.


Do Kyung memanggil Ji An. Ia mengetuk pintu kamar Ji An berkali2, tapi tak ada jawaban. Seohyun yang baru selesai mandi, memberitahu Do Kyung kalau Ji An sudah pergi setengah jam yang lalu.


Ji An termenung di haltenya. Ia tidak beranjak dari duduknya, padahal bis sudah berkali2 datang. Ji An kemudian mengambil ponselnya dan mengedit nama kontak ayah dan ibunya, juga kontak Tuan Choi, Nyonya No dan Do Kyung. Kontak ayah dan ibu yang sebelumnya bernama ayah dan dari Daebang-dong ia edit menjadi ayah dan ibu. Sementara Tuan Choi ia edit menjadi wakil pimpinan dan Nyonya No menjadi CEO. Saat mau mengedit kontak Do Kyung, Do Kyung tiba2 menelponnya. Tapi Ji An tidak menjawab telepon Do Kyung dan bergegas pergi.

Ji An pergi ke kafe Woo Hee tapi karena kafenya baru buka jam sebelas, akhirnya Ji An pun pergi ke kantornya Hyuk.


Hampir sampai di ruangan Hyuk, tiba2 saja ia berbalik arah. Namun begitu membalikkan badannya, Hyuk sudah nongol di depannya dan menatapnya dengan dingin. Hyuk yang masih kesal karena Ji An sempat ngilang dari hidupnya, mengusir Ji An. Tapi Ji An malah meminta Hyuk menemaninya sarapan.


Melihat Ji An yang makan seperti orang kelaparan, Hyuk heran sendiri padahal dandanan Ji An sudah seperti orang kaya. Ji An pun berkata, kalau ia tidak bisa makan dengan baik beberapa hari ini. Ji An juga meminta Hyuk tidak menanyakan apapun padanya. Hyuk pun makin kesal.


Habis makan, Ji An dan Hyuk jalan2 di taman.

“Aku tidak tahu kau di mana atau sedang apa. Tapi untuk apa kau seperti ini? Kini kau memakai pakaian mewah, tapi kau tampak sengsara.” Ucap Hyuk.

"Kenapa dan bagaimana aku bisa berakhir seperti ini?" Itu yang sedang kupikirkan.” Jawab Ji An.

“Kau menyukaiku?” tanya Hyuk, membuat Ji An terkejut.

“Jangan pura-pura kaget. Itu menghina. Aku tahu kau tidak menyukaiku, tapi aku tidak bisa menemukan alasan kau berkeliaran di tempat kerja pria yang tidak kau sukai.” Ucap Hyuk.

“Pertama. Hanya kau yang bisa kutemui. Kedua. Aku butuh seseorang yang bisa kuajak bicara sebagai Seo Ji An. Ketiga. Aku butuh seseorang yang bisa makan bersamaku dengan santai dan hanya kau yang bisa melakukan itu. Keempat. Kau akan marah sesaat, tapi akhirnya kau akan memaafkanku.” Jawab Ji An.
“Aku memilih semuanya.” ucap Hyuk.


Hyuk lalu menyimpan nomornya di ponsel Ji An. Ia menyuruh Ji An menghubunginya jika Ji An membutuhkan teman bicara. Ia berjanji akan mendengarkan curhatan Ji An tanpa bertanya apapun. Ji An pun akhirnya tersenyum. Ia meninju pelan dada Hyuk dan berterima kasih pada Hyuk.

“Sekarang aku tampak seperti Ji An yang kau kenal, bukan?” ucapnya sembari tertawa. Hyuk ikut tertawa.


Akhirnya nyampe juga di scene Ji Soo…. Ji Soo lagi nyalin resep di toko rotinya Boss Kang. Tiba2, Woo Hee menghubunginya untuk memesan roti. Boss Kang pun langsung bergegas menyiapkan pesanan Woo Hee. Tanpa keduanya sadari, buku resep Ji Soo ikut kebawa masuk ke dalam kantong plastic saat Boss Kang membungkus roti2 itu.


Tak hanya mengantar pesanan, Ji Soo juga membantu Woo Hee yang kewalahan melayani pelanggan. Woo Hee takjub melihat Ji Soo mampu mengingat semua pesanan pelanggan. Ji Soo pun berkata, kalau dulu ia pernah bekerja di kafe dan memuji dirinya sebagai ahli dalam pekerjaan paruh waktu.


Tak lama, Hyuk datang dan tertegun melihat Ji Soo bantuin kakaknya  melayani pelanggan. Ji Soo langsung ingin pergi begitu selesai membantu Woo Hee, tapi ia terkejut melihat Hyuk berdiri menatapnya di depan pintu. Namun Ji Soo sudah tak segugup dulu lagi saat berhadapan dengan Hyuk. Meski masih sedikit gugup, tapi kini ia tampak luwes menyapa Hyuk.


Setelah Ji Soo pergi, barulah Woo Hee menemukan buku resep Ji Soo. Woo Hee pun menyuruh Hyuk mengembalikan buku itu ke Ji Soo. Hyuk bergegas menyusul Ji Soo, namun sayangnya Ji Soo udah keburu pergi.

Hyuk membuka buku Ji Soo. Ia kembali tertegun melihat sekumpulan resep dalam buku Ji Soo.


Balik ke toko, Ji Soo langsung bersorak girang karena berhasil menyapa Hyuk dengan luwes. Boss Kang lantas bertanya, kenapa Ji Soo lama sekali. Ji Soo mengaku kalau dia lama karena harus bantuin Woo Hee dulu di kafe. Tadinya Ji Soo pikir Boss Kang akan marah. Ji Soo heran sendiri melihat Boss Kang yang biasa aja padahal dia tidak minta izin dulu mau membantu Woo Hee.


Di kantor, Ji An minta izin Manajer Lee untuk menambahkan pegawai yang akan bekerja sama dengannya mengurus event perusahaan. Manajer Lee setuju dan menyuruh Ji An memilih sendiri mau bekerja sama dengan siapa. Ji An memilih Ha Jung. Sontak, semua rekannya terkejut. Ha Jung yang lagi merapikan kukunya reflek menyahut ketika namanya disebut2 Manajer Lee.

“Saat aku tidak berada di sini, dia bertanggung jawab atas proposalnya. Jadi, dia pasti lebih mengetahuinya daripada siapa pun.” Jawab Ji An.


Ha Jung sendiri curiga karena Ji An tiba2 mengajaknya bekerja sama. Ji An beralasan, dirinya hanya mau mempersiapkan semuanya karena itu acara penting untuk perusahaan. Ha Jung makin bingung.

“Bagaimana jika aku tiba2 tewas dalam sebuah kecelakaan, jika aku tiba2 sakit, terluka atau menghilang. Itu akan menjadi masalah besar. Jadi kurasa orang lain harus tahu apa yang terjadi.” Jawab Ji An.

Ha Jung setuju tapi dengan syarat namanya harus disertakan dalam video ulang tahun perusahaan. Ia juga minta Ji An bilang ke semua orang kalau mereka yang mempersiapkan acara itu. Ji An setuju.


Balik ke ruangan mereka, rekan2 mereka langsung syok dengan keputusan Ji An yang mengajak Ha Jung bekerja sama. Senior Jo lalu memuji Ji An yang masih bersikap baik pada Ha Jung.


Ji An lalu menyuruh Ha Jung mempelajari data2 risetnya. Setelah itu, Ji An menyuruh Ha Jung ikut dengannya untuk membahas jadwal acara ulang tahun Haesung.

“Kita akan menyelesaikan promosi acara tanggal 16. Tanggal 19, kita akan menyewa orang untuk acaranya melalui agensi dan meneken kontrak. Kita akan terus memeriksa perkembangan dan menyelesaikan semuanya pada tanggal 23.” Ucap Ji An.

“Tanggal 23? Kenapa kau terburu-buru sekali?” tanya Ha Jun heran.

“Bukankah lebih baik menyelesaikannya sebelumnya?” jawab Ji An.


Ji An lalu menugasi Ha Jung mengurus model pelanggan, acara peragaan mode dan konser C'est Si Bon sementara ia akan  akan mengurus kontes cetak tangan, lokakarya cat alami, dan sisanya. Ji An bilang mereka harus menyelesaikannya sebelum tanggal 23.

“Ji An, kau akan mati tanggal 23? Kita masih punya sepekan penuh.” Jawab Ha Jung.

Tapi Ji An tak peduli dan menandai di agenda Ha Jung kalau mereka harus sudah selesai sebelum tanggal 23.

“Karena kini kau pegawai tetap dan Wakil Presdir menyukaimu, kau berusaha keras?” tanya Ha Jung.

“Aku akan mempromosikannya melalui koran dan majalah. Kau membuat poster dan katalog. Pastikan kau sudah mengirim pesan kepada semua pelanggan mengenai acaranya.” Ucap Ji An.

“Baiklah.” Jawab Ha Jung.

“Aku mau keluar sebentar. Hubungi aku jika butuh. Acara ini akan dimasukkan ke video promosi kita. Salah satu acara kita soal kenangan kekurangan materi, jadi, aku akan melakukan riset.” Ucap Ji An.


Tuan Seo senang karena akhirnya memiliki kartu nama lagi. Pas lagi motret kartu namanya, Ji Tae tiba2 nelpon, menyuruh Tuan Seo pulang lebih awal.

Nyonya Yang yang baru aja pulang belanja sama Hae Ja, dihubungi Tae Soo yang ngasih tahu soal Ji Tae.

Sy nebak, Ji Tae mau ngenalin Soo A ke keluarganya…


Ji An yang lagi menyusuri jalanan, dihubungi Do Kyung. Ji An mengaku mau ke Paju. Do Kyung memarahi Ji An yang pergi sendirian. Do Kyung mengingatkan Ji An, kalau Ji An bukan hanya sekedar staff di perusahaan. Ji An mengerti dan berkata, kalau ia harus pergi sekarang.
Tapi kemudian Ji An terkejut melihat Do Kyung yang berdiri menatapnya di seberang jalan. Ji An pun bergegas menghampiri Do Kyung. Do Kyung bilang, Ji An lah yang menyuruhnya datang.

“Kapan aku bilang begitu?” tanya Ji An.

“Kau menangis saat kakak menyuruhmu belajar ke luar negeri, menghilang pagi-pagi buta, dan mengabaikan telepon kakak.  Bukankah kau membutuhkan bantuan kakak, meski kau tidak mengatakannya secara langsung.” jawab Do Kyung.

“Kakak memang punya alasan untuk berpikir seperti itu. Omong-omong, bagaimana bisa Kakak kemari?”

“Kakak bosmu. Kakak wakil presdir.” Jawab Do Kyung, lalu mengajak Ji An pergi.


Ji An mengajak Do Kyung ke toko yang menjual barang2 klasik. Ji An beralasan, itu karena acaranya akan dimasukkan ke dalam video promosi, tapi karena mereka kekurangan bahan, jadi ia mengajak Do Kyung kesana. Do Kyung lantas masuk ke toko elektronik.


Saat Do Kyung asyik main2 di toko elektronik, Ji An sibuk mengambil beberapa foto. Saat kameranya tidak sengaja mengarah ke Do Kyung yang lagi berjoget ria, ia terdiam. Do Kyung menyadari kamera Ji An mengarah padanya, langsung menyuruh Ji An memotretnya. Tapi Ji An hanya memotret ruangan musiknya saja dan bergegas pergi. Melihat Ji An pergi, Do Kyung menyusul Ji An.


“Kenapa kau pergi disaat kakakmu berusaha bersikap manis?” tanya Do Kyung.

“Kakak seharusnya juga memakai rambut palsu.” Jawab Ji An.

“Tapi orang lain sudah memakainya.” Ucap Do Kyung.

“Apakah kakak tidak pernah menggunakan apa pun yang pernah digunakan orang lain?” tanya Ji An.

“Tentu saja tidak.” Jawab Do Kyung.

“Kalau begitu, bagaimana kakak makan di restoran? Piring dan alat makannya sudah pernah digunakan.” Ucap Ji An.

“Itu sudah dicuci. Kau juga harus berhenti memakan makanan dari sembarang tempat.” Jawab Do Kyung.


Ji An lagi2 berusaha menghindari Do Kyung, tapi Do Kyung malah mengajaknya main2. Ji An seketika ingat kata2 Do Kyung saat Do Kyung mengembalikan boneka Ji Soo padanya. Saat itu, Do Kyung menyuruh Ji An memberitahunya jika Ji An merasa sudah tidak tahan.


Lamunan Ji An buyar seketika saat Do Kyung menariknya ke dalam salah satu toko. Ji An pun berkata, akan memotret Do Kyung. Do Kyung langsung senang dan bergegas masuk ke dalam miniature TV. Do Kyung memasang berbagai ekspresi konyol, membuat Ji An tertawa. 




Ji An juga mengambil foto foto Do Kyung dibalik manekin. Tak lama kemudian, Do Kyung mengajak Ji An foto bersama.


“Kakak datang mau membantumu, tapi malah bersenang-senang.” Ucap Do Kyung.

“Aku senang.” Jawab Ji An.

“Kakak cukup tahu soal seni, tapi tidak pernah tertarik dengan seni pahat. Tapi belakangan ini, kakak tertarik dengan hal ini. Jika kau belajar di luar negeri dan menjadi pemahat, mari letakkan karya senimu di depan gedung kita.” ucap Do Kyung.


Ji An yang kembali terbebani dengan kata2 Do Kyung pun berusaha menghindar lagi dengan berkata akan pulang dengan bus.

“Eun Seok-ah, kenapa kau terus pergi amat pagi?kau bahkan tidak menjawab telepon kakak hari ini. Ada yang mengganggu pikiranmu?” tanya Do Kyung.

“Aku hanya terbangun pagi. Saat duduk di taman, aku bisa memikirkan soal pekerjaan lebih jernih, jadi, aku pergi pagi.” Jawab Ji An.

“Kau tidak mau belajar ke luar negeri?” tanya Do Kyung.

“Aku tidak bisa memikirkan hal lain saat fokus pada satu hal. Saat ini, menyiapkan acara hari jadi sudah cukup sulit untukku.” Jawab Ji An.

“Acaranya tidak sepenting itu. Kau tidak perlu melakukannya dengan sempurna.” Ucap Do Kyung.

“Aku hanya mau melakukannya dengan sebaik-baiknya.” Jawab Ji An.
“Kau tidak perlu melakukannya sejauh itu. Performamu tidak memengaruhimu. Kau adik pewaris Grup Haesung. Kenapa kau tidak bisa melepaskan masa lalumu?” ucap Do Kyung.

“Aku punya alasannya. Aku mau menyukseskan proyek ini. Hanya itu yang bisa kupikirkan sekarang.” jawab Ji An.

“Kakak tidak bisa memahamimu.” Ucap Do Kyung.

“Lebih baik kita pulang sendiri-sendiri. Aku akan naik bus.” Jawab Ji An.


Tapi Do Kyung langsung menarik Ji An ke mobil dan mengaku akan menurunkan Ji An di kantor.

Sesuai yang dibilang Do Kyung, Do Kyung menurunkan Ji An tak jauh dari kantor mereka. Tanpa mereka sadari, ada yang diam2 mengambil gambar mereka.

0 Comments:

Post a Comment