My Golden Life Ep 8 Part 2

Sebelumnya....


Ji Tae menuntut penjelasan Soo A, kenapa Soo A bisa ada di Hongdae padahal sebelumnya Soo A mengaku akan bekerja lembur. Tapi Soo A malah menuduh Ji Tae tengah mematai-matainya. Ji Tae pun makin kesal, apalagi Soo A melakukan kencan buta di tempat mereka dulunya melakukan kencan buta. Tapi Soo A malah membela pria kencan butanya.

“Hari itu, kau bilang aku sombong hanya karena aku memesan lobster. Tapi saat kubilang kepadanya untuk membagi dua tagihannya, dia menawarkan untuk mentraktir makan malam.” Jawab Soo A.

“Kau menyebut itu alasan untuk situasi seperti ini? Kau baru ketahuan berselingkuh.” Ucap Ji Tae.

Orang2 di sekitar mereka pun mulai berkumpul dan menonton pertengkaran mereka.

“Apa salahnya itu? Kupikir kita sudah sepakat soal ini. Boleh saja menemui orang lain. Katamu kau tidak keberatan.” Jawab Soo A enteng.

“Tapi kita belum berpisah!” teriak Ji Tae.


“Itukah yang harus kita lakukan? Kupikir aku bisa menemui siapa pun dan kapan pun.” Jawab Soo A.

Soo A beranjak pergi namun Ji Tae berusaha  menahan kepergian Soo A dengan memegang tangan Soo A. Soo A tambah marah. Ia menghempaskan tangan Ji Tae dan berkata kalau Ji Tae tidak berhak marah padanya karena ia ingin menikah.
“Aku ingin menikah. Tapi kau tidak mau. Katamu kau tidak mau menikah.” Ucap Soo A.

“Soo A, kau juga bilang tidak akan pernah menikah.” Jawab Ji Tae.

“Kau tidak paham maksudku yang sebenarnya? Itulah alasanku pergi kencan buta. Ketika kubilang akan pergi ke Kanada untuk kencan buta, kau tidak keberatan.” Ucap Soo A.

“Karena aku tahu kau tidak akan melakukannya. Kau tidak mau tinggal di luar negeri. Jadi, kau tetap tinggal di sini meski orang tuamu beremigrasi. Kau memintaku meneleponmu jika aku menyukai kencanku di Kanada.” Jawab Ji Tae.


Tepat saat itu, Tuan Seo lewat dan melihat pertengkaran putranya.

“Aku bilang begitu. Aku hanya mengatakannya karena memercayaimu. Tapi aku memang bilang begitu. Lalu? Kau sudah ke Kanada?” ucap Ji Tae.

“Apa bedanya? Apa yang membuatnya berbeda? Kau menyuruhku pergi ke kencan buta. Kau menyuruhku menemui orang lain kapan pun aku mau. Kenapa sekarang kau marah? Apa karena aku tidak mengabarimu? Baiklah. Maafkan aku. Aku minta maaf soal itu. Sudah puas?” jawab Soo A.


"Aku tidak mencintaimu lagi. Aku tidak menyukaimu lagi. Kau tidak mengatakan itu. Katakanlah. Dengan begitu, semua akan berakhir. Putus saja denganku dan lakukan semuanya sesukamu.” Ucap Ji Tae.

Tapi Soo A malah menuduh balik Ji Tae. Ia menuduh Ji Tae tidak mencintainya.

“Keluargamu bahkan tidak mampu membayar kamar untuk satu orang. Tapi kau selalu mencoba menjadi putra berbakti. Aku tidak menyukainya.” Ucap Soo A.

“Kau tidak menyukaiku lagi? Katakan itu sebelum kau pergi!” suruh Ji Tae.


Tapi Soo A menolak mengatakannya dan memutuskan pergi. Ji Tae pun berusaha menarik Soo A, namun ia tak sengaja menarik baju bagian belakang Soo A hingga terbuka. Ji Tae pun langsung melepaskan jaketnya dan menutupi tubuh Soo A. Tapi Soo A menghempaskan jaket itu dan terus menyalahkan Ji Tae.


Ji Tae yang sudah tidak tahan lagi, akhirnya memutuskan melepas Soo A. Ia menyuruh Soo A pergi, namun Soo A hanya diam saja dan menangis. Tangis Ji Tae pun akhirnya jatuh.

“Kau benar. Aku tidak akan pernah menikah! Aku tidak mau menikah. Aku putra sulung dari keluarga miskin. Aku tidak punya masa depan, jadi, tidak akan pernah menikah. Aku hanya tidak bisa mewariskan kemiskinan ini kepada anak-anakku. Jadi, aku tidak mau menikah. Kau, Lee Soo A. Aku tidak mampu membelikan apartemen yang kau inginkan, jadi, aku tidak mau menikah. Tidak akan! Jadi, pergilah.” Ucap Ji Tae.


Tuan Seo terkejut mendengar ucapan Ji Tae. Tak lama kemudian, Tuan Seo memutuskan pergi dengan wajah sedih.


Sementara Ji Tae, mengambil jaketnya yang tadi dihempaskan Soo A dan menutupi tubuh Soo A. Setelah itu, Ji Tae pergi ninggalin Soo A. Soo A hanya bisa menangis menatap kepergian Ji Tae. Tak lama setelah Ji Tae pergi, Soo A pun juga pergi.


Tuan Seo pergi menemui Seok Doo. Setelah terdiam selama 1 jam di depan Seok Doo, akhirnya Tuan Seo bercerita kenapa ia mau memulai bisnis lagi. Tuan Seo mengaku bahwa dulu ia sangat takut memulai bisnis. Ia takut hancur lagi. Tapi sekarang, Tuan Seo tidak mau menjadi ayah yang tak berguna lagi. Itulah sebabnya ia mau memulai bisnis.


Ji Ho membuat mie ramyeon kimchi dan toge favoritnya Ji Soo. Terpaksalah ia membuat satu lagi karena Ji Soo merebut ramyeon nya. Namun nafsu makan Ji Soo seketika hilang saat Ji Ho membahas soal Ji An yang mengganti nomor ponsel dan tak memberitahu mereka.


Nyonya No yang mau tidur sama Ji An, terkejut melihat Ji An yang hanya mengenakan kaos biasa. Ia pun menyuruh Ji An memakai piyama, tapi Ji An bilang dirinya nyaman dengan kaos itu.

“Jangan memikirkan kenyamanan. Kau harus mengikuti aturan. Semuanya butuh pengorbanan.” Ucap Nyonya No.


Terpaksa lah Ji An menukar kaosnya dengan piyama. Nyonya No lantas mengelus pipi Ji An dan berkata kalau selama ini Ji An sudah cukup banyak menderita. Nyonya No pun mengaku bahwa tidak sehari pun ia melupakan Ji An.


Sementara Ji Soo merengek minta Nyonya Yang menemaninya tidur. Nyonya Yang pun akhirnya menemani Ji Soo. Ji Soo tertidur pulas dalam pelukan Nyonya Yang. Ji An sendiri tak bisa tidur dan terus menatap Nyonya No yang sudah tidur pulas.


Esok paginya, Ji An terbangun tanpa Nyonya No disampingnya. Selesai mandi, Ji An bergegas menyapa Do Kyung yang baru keluar kamar. Tapi ia malah tak sengaja menjatuhkan pakaian dalamnya saking gugupnya di depan Do Kyung.


Paginya, Seohyun terkejut tahu ibunya tidur dengan Ji An. Tuan Choi bahkan tertawa geli mendengar istrinya tidur dengan putri mereka yang sudah dewasa. Ji An dengan mulut penuh makanan pun mengaku tidurnya sangat nyenyak saat Tuan Choi bertanya. Seohyun langsung menegur Ji An yang bicara dengan mulut penuh.

“Seo Hyun, kau bisa berhenti menunjukkan kesalahannya. Dia akan memulai pelajarannya hari ini.” ucap Nyonya No.

“Akankah dia diajarkan untuk tidak mencuci bajunya di kamar mandi?” tanya Do Kyung.

Nyonya No kaget tau Ji An mencuci baju sendiri. Ji An berkata, ia biasa melakukan itu di rumah lamanya. Nyonya No melarang Ji An melakukan itu lagi. Ia berkata, sudah ada pembantu yang akan melakukan itu.


Seohyun yang sudah mau masuk kamarnya, diajak minum teh oleh Ji An. Ji An berbasa-basi menanyakan rencana Seohyun setelah lulus dari sekolah music. Seohyun mengaku akan kuliah di Juilliard School.

“Juilliard School? Kedengarannya hebat.” Puji Ji An. Ji An lalu bertanya apa Seohyun mau menjadi seorang musisi. Seohyun pun mengatakan tidak. Seohyun lantas bercerita, kalau setelah setahun berada di Newyork, dirinya akan menemui putra kedua dari Pimpinan Grup New World yang kuliah di universitas New York. Seohyun bilang mereka akan bertemu dalam sebuah pementasan dan jatuh cinta seperti di dalam dongeng.
“Apa maksudmu?” tanya Ji An bingung.

“Kami akan bertunangan, lalu aku akan lulus S2. Kemudian, menikah. Begitulah rencanaku. Aku akan menikah dengan keluarga Grup New World.” Jawab Seohyun.

“Kau belum mengenal pria itu. Kau tidak tahu akan menyukainya atau tidak.” Ucap Ji An.

“Aku akan menyukainya.” Jawab Seohyun.


Seohyun yang sudah tidak betah berlama-lama di dekat Ji An, akhirnya pergi. Namun sebelum pergi, Ji An ingin Seohyun bicara dengan santai saja dengannya agar mereka bisa menjadi dekat, namun Seohyun malah berkata kalau mereka tak akan pernah bisa dekat karena tak punya kesamaan. Ji An pun bingung. Ia bertanya-tanya sendiri apa Seohyun tidak mau dekat dengannya.


Sepeninggalan Seohyun, Seketaris Min menghampiri Ji An dan memberikan Ji An ponsel baru. Ji An lantas mengaku belum sempat melaporkan soal ponselnya yang hilang.

“Yang itu sudah didaftarkan. Berikan KTP anda dan akan kuurus pembatalannya.” Jawab Seketaris Min.

Ji An pun terkejut. Ia tak mau nomornya berubah. Seketaris Min mengaku hanya menjalankan perintah Nyonya No. Seketaris Min lantas melarang Ji An keluar rumah karena guru Ji An akan segera tiba.


Setelah masuk ke kamarnya, Ji An menghubungi ibunya. Ji An menyuruh ibunya memberitahu nomor baru ponselnya pada ayahnya dan juga ketiga saudaranya. Ji An cerita, kalau ponselnya hilang dan ‘ibu kandungnya’ memberikannya ponsel baru.

“Ji An, kau sudah bilang kepada mereka? Untuk mengirimmu ke luar negeri?” tanya Nyonya Yang.

“Belum. Aku baru berada di sini selama beberapa hari.” Jawab Ji An.

Ji An lalu menyudahi pembicaraan mereka karena ia harus turun ke bawah untuk belajar. Nyonya Yang sendiri nampak cemas karena Ji An masih belum meminta dikirim keluar negeri.


Ji Soo lagi di kafenya Woo Hee. Ngakunya mau nganter pesenan roti tapi tujuan sebenarnya mencari si Mr. Sun.


Si Mr. Sun yang ada di kantornya, heran sendiri karena Ji An belum membalas pesannya. Ia merasa Ji An marah padanya.


Guru Ji An akhirnya datang. Ji An awalnya mau memperkenalkan dirinya sebagai Ji An tapi ia buru-buru meralat namanya dan mengaku bernama Choi Eun Seok. Ji An lantas menyuruh gurunya duduk. Tapi gurunya hanya tersenyum dan memilih duduk di sofa lain. Ji An kemudian menawarkan secangkir teh pada gurunya tapi lagi2 gurunya tersenyum, lalu menyuruhnya duduk.

“Aku sudah diberi tahu segalanya tentang dirimu. Kau bisa bicara dengan santai. Kau tidak perlu berdiri dan membungkuk kepadaku. Aku seorang pegawai yang digaji.” Ucap Bu Yang, gurunya.

“Tapi tetap saja, anda tamu dan guruku, jadi...”

“Aku tidak melarangmu menyapaku. Melihat sekilas dan anggukan sudah cukup.” Ucap Bu Yang.

Bu Yang pun mulai mengajari Ji An. Pelajaran pertama, ttg caranya duduk. Bu Yang bilang, punggung Ji An harus tegap.

“Lebarkan bahumu dan agak menatap ke bawah. Tatap mata lawan bicara lurus-lurus dan buat ekspresi santai.” Ucap Bu Yang.


Nyonya Yang sedang melihat2 kafe barunya, yang didapatnya dari Haesung.


Di rumah, Ji Soo nampak menulis sesuatu. Ia langsung berhenti menulis begitu Nyonya Yang pulang. Ji Soo yang tahu ibunya itu belum makan pun menawari sang ibu mie kimchi. Nyonya Yang pun berteriak, mengatakan dia tidak lapar. Ji Soo sontak terkejut.

“Kenapa kau terus menawarkan padahal ibu sudah menolak? Kenapa? Kapan kau pernah memasak untuk ibu?” sewot Nyonya Yang.

“Ji An masih ada sampai kemarin. Dia yang biasa melakukan semuanya. Tapi kini dia sudah pergi. Sekarang aku putri Ibu satu-satunya, jadi, aku harus memasak untuk Ibu.” Jawab Ji Soo dengan mata sedikit berkaca-kaca.


Nyonya Yang langsung diam dan teringat kata-kata suaminya.

“Kau tidak merasa bersalah kepada Ji Soo? Jadi, kau merampas mimpi seseorang? Itu namanya pencuri.” Ucap Tuan Seo.

Setelah teringat perkataan suaminya, Nyonya Yang pun langsung meminta maaf pada Ji Soo.


Keesokan harinya, Ji Soo yang sudah mau berangkat kerja terkejut melihat sang ibu menyiapkan roti sebagai sarapan. Ji Soo heran sendiri karena biasanya sang ibu tidak pernah mengizinkan mereka makan roti di rumah. Ji Soo senang sekali bisa makan roti sebagai sarapan. Ji Soo lantas membungkus satu roti untuk di makan di jalan.

Tapi sesampainya diluar, Ji Soo masuk lagi ke rumah karena ponselnya ketinggalan.


Nyonya Yang mengeluarkan kotak kayu dari lemarinya. Ia mengeluarkan foto saat Ji Soo masih kecil dari dalam kotak itu. Nyonya Yang lantas mengingat saat ia dan suaminya mengambil foto Ji Soo kecil agar bisa mencari orang tua Ji Soo.

Tangis Nyonya Yang pun pecah. Berkali2 ia meminta maaf sambil menatap foto Ji Soo kecil.


Ji Soo yang baru keluar dari kamarnya, tanpa sengaja mendengar tangisan ibu. Ji Soo pun duduk di tangga, di depan kamar ibunya dan terus mendengar tangis ibunya. Ia berpikir, sang ibu menangis lantaran kehilangan Ji An.


Tak lama kemudian, Hae Ja datang dan nyelonong masuk ke kamar Nyonya Yang tanpa menyadari Ji Soo yang duduk di tangga. Hae Ja terkejut melihat Nyonya Yang menangis. Hae Ja lalu mengambil foto Ji Soo kecil dan bertanya apa NyonyaYang menangis karena merindukan Ji An.

“Berikan itu.” pinta Nyonya Yang.

“Apa ini Ji An? Kenapa kulitnya merah sekali? Dia terkena cacar air?” tanya Hae Ja.

“Meski aku menyewa rumahmu dengan harga murah, kau tidak boleh asal masuk begini.”  Protes Nyonya Yang.


Nyonya Yang lantas bertanya ada urusan apa Hae Ja ke rumahnya. Hae Ja mengaku sudah memberitahu suaminya kalau Ji An anak dari pemilik Haesung dan sang suami langsung memberikannya sebuah foto.

Nyonya Yang pun terkejut melihat foto itu. Foto Ji An dan mendiang Ji Soo! Hae Ja berkata, itu foto ulang tahun Ji An dan Ji Soo yang pertama. Hae Ja bilang suaminya membawa kamera saat itu dan suaminya mengambil foto Ji An dan Ji Soo.

“Katanya foto ini terselip di barang-barangnya. Saat kami melihat-lihat album foto ketika acara selamatan rumah barumu. Katamu semua album fotomu hilang saat kau pergi ke Dubai. Kurasa dia mengingatnya. Dia memintaku memberikannya kepadamu karena kau tidak punya foto mendiang Ji An.” Jawab Hae Ja.


Hae Ja lalu bertanya, yang mana mendiang Ji An dan mana Ji Soo.

“Aku ingat seseorang memegang stetoskop di tangan kanannya dan yang satu di tangan kirinya, lalu menolak melepaskannya. Tapi aku tidak tahu yang mana Ji Soo. Siapa yang kidal?” ucap Hae Ja.

Nyonya Yang pun panic dan langsung mengusir Hae Ja dengan alasan mau pergi. Ia bahkan mengantarkan Hae Ja ke depan.


Saat itulah Ji Soo masuk ke kamar ibunya dan terkejut melihat foto masa kecilnya.


Ji Soo lantas mencari ibunya. Nyonya Yang yang baru masuk rumah terkejut melihat Ji Soo keluar dari kamarnya. Ji Soo pun menunjukkan foto masa kecilnya. Ia menuntut penjelasan Nyonya Yang atas apa yang ia dengar tadi.

“Ini aku. Kenapa ibu bilang ini Ji An?”


Nyonya Yang terkejut.


Akhirnya Ji Tae dan Soo A putus di episode ini….

Oke… Sy paham kenapa Soo A bersikap seperti itu… Soo A sudah 30 tahun. Sudah waktunya untuk menikah. Tapi Ji Tae belum mampu menikahinya… Tp kenapa Soo A harus mengungkit2 soal ekonomi keluarga Ji Tae? Soo A bahkan secara terang2an mengatakan tidak suka melihat Ji Tae menjadi anak yang berbakti… Sumpah, sy kasihan sama Ji Tae disini…..

0 Comments:

Post a Comment