My Golden Life Ep 18 Part 1

Sebelumnya...


Episode kali ini dibuka dengan Tuan Choi yang menerima surat kaleng bahwa Ji An bukan Eun Seok.

Sementara Tuan Choi terkejut membaca surat kaleng itu, Ji An sedang bahagia di tengah2 keluarga aslinya. Mereka mengambil foto keluarga di hari pernikahan Ji Tae dan Soo A. Usai foto bersama keluarganya, Ji An pun memberikan ucapan selamat pada kakaknya.

“Bagaimana kau bisa kemari?” tanya Ji Tae.

“Aku mampir dalam perjalanan menuju bandara. Aku harus pergi sekarang.” jawab Ji An.


Ji Soo mencoba menahan Ji An, namun gagal. Sebelum pergi, Ji An sempat memuji penampilan baru Ji Soo. Ji Ho kecewa Ji An pergi secepat itu. Ji Soo berkata, setidaknya Ji An sudah menyempatkan diri datang dan berfoto bersama mereka.


Ji An berlari keluar meninggalkan taman. Do Kyung yang masih menunggu Ji An diluar, menghentikan Ji An dengan menarik tangannya. Ji An terkejut Do Kyung masih menunggunya.

“Aku sungguh menghargai caramu membantuku agar bisa menghadiri pernikahan kakakku. Terima kasih.” Ucap Ji An.

“Seperti yang kubilang sebelumnya, kalian berdua korban. Momen ini tidak bisa diulang.” Jawab Do Kyung.


Pandangan Do Kyung kemudian tertuju pada Ji Soo yang lagi bersuka cita atas pernikahan Ji Tae.


Ji An kemudian beranjak pergi. Dia berjalan duluan ke mobil. Do Kyung berjalan di belakang Ji An.

“Ji Soo memberitahumu pernikahan Kak Ji Tae di sini?” tanya Ji An.

Do Kyung tidak menjawab, namun dari ekspresi Do Kyung, Ji An bisa tahu kalau Ji Soo lah yang meminta izin Do Kyung agar dia bisa datang ke nikahan kakaknya. Do Kyung balik bertanya, apa Ji An tahu dia pernah bertemu dengan Ji Soo. Ji An bilang, Ji Soo tidak pernah berbohong padanya.

“Saat membawakanku roti lapis, dia bilang dia bertemu denganmu.” Ucap Ji An.


Do Kyung kemudian menyuruh Ji An masuk ke mobil. Ji An menolak, ia bilang akan ke kantor sendirian. Tapi Ji An tetap menolak. Tapi Do Kyung memaksa. Ia bilang, terpaksa menunda pekerjaan Ji An agar bisa membawa Ji An ke nikahan Ji Tae. Belum sempat Ji An menjawab lagi, Do Kyung sudah keburu menarik Ji An ke mobil.

Aaaaaw… so sweet banget lihat cara Do Kyung memaksa nganterin Ji An ke kantor.


Setelah berada di mobil, keduanya merasa canggung. Do Kyung lantas bertanya, apa yang akan Ji An lakukan setelah hari itu tiba. Hari dimana rahasia Ji An terbongkar.

“Aku tidak pernah memikirkan tentang hal seperti itu. Aku sudah sangat sibuk karena mengurus acara hari jadi. Itu saja sudah hampir di luar kendaliku. Jadi, aku harus meminta tolong sekali lagi kepadamu. Aku akan bermalam di ruangan petugas malam sampai acara hari jadi selesai.” Jawab Ji An.

“Kau akan tidur di sana?” tanya Do Kyung cemas.

“Aku butuh tidur. Aku akan pulang setelah pukul 1.00 dan pergi lagi sebelum pukul 6.00. Aku bisa melakukannya sampai sekarang, tapi masih ada satu pekan lagi sebelum acaranya berlangsung.” Jawab Ji An.

“Itu mungkin lebih mudah bagimu. Aku akan bilang kepada orang tuaku bahwa kau tidak bisa pulang mulai hari ini.” ucap Do Kyung.


Usai menikah, Ji Tae dan Soo A siap terbang ke Kanada untuk honeymoon. Ji Ho pun meledek sang kakak yang kini sudah memiliki istri. Setelah mereka pergi, Ji Ho pun mengaku lega bisa melihat senyuman Ji Tae. Ji Ho bilang, sudah lama Ji Tae tidak pernah tersenyum sumringah seperti itu.

“Aku juga akan mengadakan pernikahan di tempat ini.” ucap Ji Soo.

"Pernikahan? Memang kakak sudah menabung? Apa kakak punya 100 dolar?” tanya Ji Ho.


“Kakak akan mulai menabung dari sekarang. Lagi pula, tidak perlu uang untuk menikah di sini. Kakak akan memakai gaun yang ada dan menulis sendiri undangannya. Kakak akan membuat roti lapis dan kuenya sendiri juga.” jawab Ji Soo.

“Cari pacar saja dahulu.” Suruh Ji Ho.

“Pasti seseorang akan datang, bukan? Seseorang yang amat mencintai kakak seperti Kak Ji Tae kepada istrinya.” Jawab Ji Soo.


Ji Ho pun menghela nafas dan meletakkan tangannya di bahu Ji Soo. Tapi Ji Soo langsung menyingkirkan tangan adiknya.


Do Kyung seperti biasa, menurunkan Ji An di dekat kantor. Ia tak mau sampai ada yang melihat mereka. Begitu mobil Do Kyung berlalu, Ji An menatap ke arah mobil Do Kyung dengan tatapan berkaca-kaca.

Seseorang tiba2 menepuk punggung Ji An dari belakang. Ji An menoleh dan langsung menghapus air matanya yang nyaris jatuh begitu melihat Myung Shin berdiri di depannya. Myung Shin penasaran siapa pria yang mengantar Ji An. Ji An bilang akan menceritakannya sambil makan siang.


Kedua gadis itu makan ramyeon di depan toserba. Myung Shin penasaran, kenapa Ji An memandangi mobil Do Kyung sampai segitunya.

“Aku merasa bersalah kepadanya. Dia tidak bisa berpaling karena aku pernah menjadi adiknya. Dia membiarkanku menyelesaikan proyeknya karena itu penting, tapi aku merusak mobilnya demi mencegah Pimpinan mengetahui aku bukan Choi Eun Seok. Meskipun sibuk, dia tetap membawaku ke pernikahan Kak Ji Tae karena Ji Soo memintanya. Ketika aku pergi menemui ahli pewarna alami, aku membuatnya jauh-jauh datang ke atas gunung. Tapi sejak aku berhasil membujuk Pak Jung untuk membantu proyek kami, dia tidak bisa marah kepadaku. Dia sangat pemilih soal tempat makan, tapi dia pasti sangat kelaparan sampai harus memakan sup yang dimasak sepekan lalu. Taogenya sudah kendur seperti benang, dan daun bawangnya sudah lembek.” Jawab Ji An.


Melihat ekspresi Ji An saat menceritakan tentang Do Kyung, Myung Shin pun langsung tahu Ji An menyukai Do Kyung. Ji An pun langsung menyangkalnya.

“Aku berterima kasih dan merasa bersalah. Aku malu. Aku tidak memercayai diriku. Aku tidak bisa berhenti berharap untuk terus mengandalkannya meskipun aku merasa malu. Aku terus mengharapkan sesuatu dari dirinya.” Ucap Ji An.

“Seperti apa?” tanya Myung Shin.

“Kuharap dia membantu orang tuaku agar tidak masuk penjara. Kuharap dia bisa menghentikan wakil pimpinan dan Bu No.” jawab Ji An.

“Dia akan melakukannya. Dia pasti telah mengenalmu dengan lebih baik sekarang.” ucap Myung Shin.

“Aku tidak yakin. Karena dia berasal dari keluarga Haesung, aku tidak terlalu yakin.” Jawab Ji An.

“Maafkan aku. Aku tidak menyangka sama sekali. Karena kau terus menatapnya, aku salah paham. Tapi aku mengerti. Mana mungkin memikirkan cinta jika berada di situasimu sekarang?” ucap Myung Shin.


Tiba2 saja, bayangan Do Kyung saat memakaikan mantel padanya mengisi pikirannya. Ji An pun mulai bingung sendiri dengan perasaannya.

Myung Shin-ah, kau benar! She loved him!


Beralih ke Ji Soo yang berhasil menemukan restoran ibunya. Nyonya Yang panik melihat Ji Soo datang. Ji Soo berkata, ia tahu dari Bibi Hae Ja. Ia memaksa Bibi Hae Ja bicara. Saat hendak mengusir Ji Soo, seorang pelayan datang memanggilnya Boss. Tentu saja Ji Soo kaget mendengar ibunya dipanggil Boss.

Terpaksalah Nyonya Yang mengaku kalau restoran tempatnya bekerja adalah restoran Haesung. Nyonya Yang minta maaf karena tidak mengatakannya sejak awal. Ia mengaku punya alasan merahasiakannya.

“Ini membuat ibu tampak buruk, ya? Ibu tampak tidak tahu malu, bukan?” tanya Nyonya Yang.

Ji Soo merasa sedih. Ia berkata, Ji An tetap mengurus ibunya meski sudah pergi padahal dia lah yang putri kandung Nyonya Yang, bukan Ji An.

“Ji Soo-ya, jangan berpikir begitu.” pinta Nyonya Yang.

“Aku akan membantu ibu setelah aku selesai bekerja.” Jawab Ji Soo.

“Kantor pusat yang memilih pegawai. Tidak sembarang orang bisa bekerja.” Ucap Nyonya Yang, lalu menyuruh Ji Soo pergi.


Tuan Choi yang baru sampai di rumah langsung menanyakan wanita bernama Jo Soon Ok, wanita yang menculik Eun Seok serta membantu mereka bertemu dengan Eun Seok juga.

“Katamu kau memberi mereka satu juta dolar.” Ucap Tuan Choi.

“Kenapa tiba-tiba menanyakan itu?” tanya Nyonya No heran.

“Kenapa kau membebaskan mereka? Setidaknya kau harus mengetahui alamat mereka. Mungkin saja ada masalah lagi.” Jawab Tuan Choi.

“Tidak biasanya kau seperti itu.” ucap Nyonya No.


“Kau lah yang tidak bersikap seperti biasanya.” Jawab Tuan Choi.

“Kubilang aku akan mengurusnya. Pikirmu aku akan membiarkan mereka membuat masalah lagi setelah kuberi satu juta dolar?” protes Nyonya Yang.

“Lantas, kau mungkin tidak tahu di mana mereka sekarang.” jawab Tuan Choi.

“Mereka pasti ada di tempat yang jauh dariku.” Ucap Nyonya No.

Tuan Choi lantas bangkit dari duduknya.Nyonya No heran sendiri suaminya tiba2 menanyakan soal itu.

Tak lama, terdengar suara Do Kyung yang baru saja pulang.


Do Kyung memberitahu orang tuanya kalau Ji An tidak akan pulang ke rumah. Do Kyung membuat alasan, kalau acara ultah Haesung sangatlah penting.
“Dia selesai bekerja pukul 21.00. Setelah membereskannya dan makan malam, dia tidak bisa tidur lama di rumah.” Ucap Do Kyung.

“Maksudmu, ruangan yang kita buat untuk para desainer saat mereka bekerja lembur?” tanya Nyonya No.

“Aku menyuruhnya bermalam di sana sampai acaranya selesai.” Jawab Do Kyung.

“Akan lebih nyaman tidur di kamar sendiri meski hanya sebentar.” Ucap Tuan Choi.

“Eun Seok sudah setuju denganku. Ada kamar mandi juga di sana.” Jawab Do Kyung.

“Kalau begitu, lakukanlah. Kekurangan tidurnya tidak boleh menjadi masalah saat acara hari jadi. Mari berikan dia liburan selama sepuluh hari setelah acara itu, Do Kyung-ah.” Ucap Nyonya No.

“Baiklah. Akan kuminta Ga Eun untuk mengemas pakaian Ji An.” Jawab Do Kyung.


Tuan Choi pun semakin curiga kalau Ji An memang bukan Eun Seok.


Nyonya Yang yang baru pulang, langsung menemui Ji Soo. Ia menyuruh Ji Soo sekolah di luar negeri. Nyonya Yang mengaku, sudah mencari tahu sedikit. Ia bilang, Ji Soo tidak bisa sekolah di Perancis karena Ji Soo tidak bisa Bahasa Prancis. Tapi Ji Soo bisa sekolah roti di Kanada.

“Ibu ingin mengirimku ke luar negeri dengan uang yang ibu dapatkan di restoran?” tanya Ji Soo.

“Hanya sebagian. Ayahmu juga sudah memulai bisnis baru.” Jawab Nyonya Yang.

‘Ayah juga mengatakan hal serupa. Kini Ibu juga? Aku sudah bilang kepada Ayah. Aku tidak perlu belajar di luar negeri. Aku hanya ingin belajar dari Pak Tukang Roti.” Ucap Ji Soo.

“Akan lebih baik belajar d i luar negeri sebab teknik memanggang roti berasal dari luar negeri.” Jawab Nyonya Yang.

“Bu, aku bahkan tidak berani pergi ke Itaewon karena takut diajak bicara oleh orang asing. Aku tidak bisa mengucapkan satu kata pun dalam bahasa Inggris. Aku tidak mau. Tidak pernah mau.” ucap Ji Soo.

“Pikirkan saja soal itu.” jawab Nyonya Yang.


Ji An akhirnya bisa tidur nyenyak. Ia tidur di ruangan yang memang dipersiapkan Haesung untuk karyawan mereka yang bekerja lembur. Tidak seperti di rumah keluarga Haesung, Ji An tidak bisa tidur dengan nyenyak lagi disana sejak mengetahui dirinya bukan Eun Seok.


Paginya, Ji An sudah duduk lagi di depan layar komputernya. Tak lama kemudian, Do Kyung datang membawakan tas berisi pakaianya.

“Ini kalung yang kau berikan dan sisa uang untuk membayar tagihan pinjaman mahasiswa. Maaf aku sudah memakainya.” Ucap Ji An.
“Kau tidak perlu membahas soal uang. Anggap saja aku sponsormu. Soal kalungnya... kuberikan itu kepadamu karena kupikir kamu adikku, jadi, kurasa harus kuambil kembali.” Jawab Do Kyung.


Ji Soo ngiler melihat menu barunya Boss Kang yabg baru saja keluar dari oven. Tak lama kemudian, Boss Kang memanggilnya dan menyuruhnya mencicipi roti yang lebih mirip dengan castella.

“Lezat.  Rotinya lembut. Ada rasa tersembunyi dari krim kocok. Kurasa ini bisa menjadi hidangan lezat. Intinya, ini lezat.” Jawab Ji Soo.

“Bawa ini ke kafe dan tanyakan pendapat mereka.” Suruh Boss Kang.

“Kafe? Tapi di sana ada Pak Sun. Dia akan salah paham jika aku terus membawa sesuatu.” Jawab Ji Soo.

“Aku ingin mendengar opini orang lain tentang roti baru kita.” ucap Boss Kang.

Boss Kang juga memberitahu Ji Soo nama lengkap si Mr. Sun. Ji Soo pun heran dan penasaran darimana Boss Kang tahu nama asli Mr. Sun. Boss Kang pun mengalihkan pembicaraan dengan menyuruh Ji Soo pergi sebelum rotinya dingin.


Ji Soo ke kafe Hee tepat saat Hyuk sedang mengepel lantai.Walau sudah tahu Hyuk pasti ada disana, tetep saja Ji Soo terkejut melihat Hyuk. Ji Soo lalu menghampiri Hee dan memberikan rotinya serta meminta Hee mencicipi menu baru mereka.

“Bolehkah aku mencobanya juga? Kau hanya meminta dia mencicipinya.” Ucap Hyuk.


Mereka lalu duduk bertiga. Hee dan Hyuk memuji kelezatan menu barunya Boss Kang. Bahkan Hyuk bilang, roti baru itu sempurna untuk sarapan mereka.

“Omong-omong, jika kau tidak keberatan, berapa umurmu, Ji Soo-ssi?” tanya Hee.

“Bukankah tidak sopan menanyakan usia wanita?” tegur Hyuk.

“Tidak apa-apa. Usiaku 28 tahun.” Jawab Ji Soo.

“Astaga. Kalian seumuran.” Kaget Hee.

“Kupikir kau lebih muda dariku.” Ucap Hyuk..

“Aku memang agak kekanak-kanakan.” Jawab Ji Soo sambil tersenyum malu-malu.

“Jadi, kita seumuran. Kita bisa menjadi teman.” Ucap Hyuk.

Ji Soo pun kaget, teman?


Do Kyung kembali rapat bersama tim pemasaran. Ji An yang bertanggung jawab penuh untuk acara itu, memberitahukan tugas masing2 anggota pemasaran.
“Pak Jo akan bertanggung jawab untuk bagian retro. Bu Yang akan bertanggung jawab untuk pasar pasar loak. Pak Song akan bertanggung jawab untuk cetak tangan. Nona Yoon akan bertanggung jawab untuk peragaan busana. Pak Yoo akan bertanggung jawab untuk konsernya. Lalu, aku akan bertanggung jawab untuk lokakarya pewarnaan alami.” Ucap Ji An.

“Tolong periksa kembali semuanya agar kerja keras kalian tidak sia-sia. Aku akan menemui kalian besok di aula pertemuan.” Jawab Do Kyung.


Di ruangannya, Tuan Choi masih memikirkan surat kaleng kalau Ji An bukan Eun Seok. Tak lama kemudian, Tuan Choi menghubungi Seketaris Min dan meminta Seketaris Min menemuinya di kantor.

Saat itu, Seketaris Min lagi bersantai layaknya si pemilik rumah. Ia menikmati secangkir teh sambil mendengarkan music.

Beralih ke Ji An yang lagi menghubungi Hyuk untuk menanyakan soal kayu yang dipesannya untuk keperluan acara Haesung.

“Kau memerlukan itu di lokasi sebelum pukul 15.00, bukan? Aku sedang membawanya ke Incheon sekarang.” jawab Hyuk.

“Kenapa Incheon?” tanya Ji An.

“Aku harus ke sana untuk mengambil kayunya, dan pukul 15.00 itu terlalu mepet. Jadi, aku akan mengantar punyamu dalam perjalanan pulang.” Jawab Hyuk.

“Kalau begitu aku ikut denganmu.” Ucap Ji An.


Saat meninggalkan kantor dan pergi bersama Hyuk, Seketaris Min yang baru tiba di kantor, tanpa sengaja melihat Ji An.


Sekarang, Seketaris Min sudah berada di ruangan Tuan Choi. Seketaris Min terkejut saat Tuan Choi menanyakan keberadaan Jo Soon Ok padanya.

“Aku tidak mengetahui keberadaannya sekarang.” jawab Seketaris Min.

“Kau tidak punya alamatnya? Aku ingin menemuinya.” Ucap Tuan Choi.

“Mereka langsung pergi.” Jawab Seketaris Min.

“Menurutmu istriku tidak tahu? Seperti yang kau ketahui, istriku tidak bersikap gegabah.” Ucap Tuan Choi.

“Aku tidak yakin.” Jawab Seketaris Min.

“Kau mengambil sikat gigi untuk sampel tes DNA. Bagaimana kau memastikan bahwa itu milik Eun Seok?” tanya Tuan Choi.

“Di sana ada dua sikat gigi.” Jawab Seketaris Min.

‘Bagaimana caramu memastikan bahwa Ji An adalah Eun Seok?” tanya Tuan Choi.

“Aku sedang di luar, dan Nyonya No langsung pergi  ke rumah Pak Seo. Dia bertemu dengan Bu Yang dan percaya Ji An adalah Eun Seok.” Jawab Seketaris Min.

“Tidak ada tes DNA tambahan?” tanya Tuan Choi.

“Sepengetahuanku, tidak ada.” Jawab Seketaris Min.


Gi Jae ke kantor Do Kyung. Ceritanya Gi Jae ini penasaran sama sosok Ji An.

“Setelah kau menelepon, aku memikirkannya. Setelah kau memutuskan tentang pertunanganmu, kau menjauh dari para wanita. Gadis baru di hidupmu hanya wanita 20.000 dolar itu.” ucap Gi Jae.

“Kubilang jangan salah paham.” Jawab Do Kyung.

“Kau meminta seorang pembelanja untuk dia, bukan?” tanya Gi Jae.

“Gi Jae-ya, imajinasimu tidak masuk akal, tapi semuanya tidak sesederhana itu. Aku tidak akan menjelaskan kepadamu, dan kau tidak seharusnya datang karena hal itu.” jawab Do Kyung.

“Tapi kau memang memintaku mempekerjakan seseorang. Tidak seperti dirimu sama sekali.” Ucap Gi Jae.

“Aku hanya mau dia mendapat pekerjaan layak. Dia terus mengusikku.” Jawab Do Kyung.

“Jika aku memberinya posisi bagus, kau akan merasa tenang?” tanya Gi Jae.

“Kumohon lakukanlah.” Pinta Do Kyung.

“Kudengar tunanganmu akan datang ke Korea untuk acara keluarga.” Ucap Gi Jae.

“Pekan depan?” jawab Do Kyung.


Hyuk lagi makan siang dengan Ji An. Hyuk bercerita, kalau ia membuat furniture dan mendekorasi rumah dua temannya, lalu teman2nya yang lain memintanya juga.

“Itukah awalnya?” tanya Ji An.

“Generasi kita suka mendekorasi rumah sendiri. Kita tahu pentingnya ruang.” Jawab Hyuk.

“Luar biasa. Kupikir kau memulainya dengan rencana bisnis.” Ucap Ji An.

“Rencana bisnis? Hidup tidak pernah berjalan sesuai rencana kita. Tidak punya rencana itu rencanaku. Saat aku tidak suka datang ke lokakarya kerajinan kayu, kau membuatku menghadirinya. Aku tidak mau kehilangan gadisku, jadi, aku berusaha lebih keras. Lalu, aku jatuh cinta dengan kayu. Tapi saat itu kita masih muda. Kita berdua memiliki rencana. Kita berencana berkuliah di Universitas Hongik dan belajar di luar negeri. Tapi kau akhirnya mengambil jurusan manajemen dan aku masuk ke kampus yang menawariku beasiswa.” Jawab Hyuk.

“Beasiswa?” tanya Ji An.

“Ayahku seorang tukang kayu yang selalu mabuk-mabukan.” Jawab Hyuk.


“Profilmu mengatakan kau kuliah di Universitas Youngmin.” Ucap Ji An.

“Aku pindah. Aku melakukan segalanya selama satu tahun.” Jawab Hyuk.

“Kamu tinggal dengan ayahmu sekarang?” tanya Ji An.

“Ayah tinggal sendiri. Aku tinggal di rumah bersama dengan kakakku sekarang.” jawab Hyuk.

“Bukankah kakakmu sudah menikah?” tanya Ji An.

“Kakakku, yang 12 tahun lebih tua dariku, sudah bercerai lima tahun lalu. Kini, dia di bawah perlindunganku.” Jawab Hyuk.

“Kau tampak amat dewasa.” Puji Ji An.

“Kau menyukai restoran ini? Lezat, bukan? Dahulu kamu tidak bisa memakan ini. Anehnya, aku selalu makan banyak saat sedang bersamamu. Setelah makan, ayo minum kopi di pinggir pantai. Pemandangannya bagus.” Ajak Hyuk.

“Aku tidak punya waktu untuk itu. Aku tidak boleh telat datang ke acara.” Jawab Ji An.


Ji An lalu berkata lagi kalau ia senang melihat laut.

“Kurasa sudah sekitar tujuh tahun.” Ucap Ji An.

“Lantas, kita harus kembali lagi. Kau bisa melihatnya lagi dalam perjalanan pulang.” Jawab Hyuk.

“Bisakah kau menunggu sepekan? Aku tahu betapa anehnya aku dan betapa khawatirnya dirimu. Aku merasa bersalah karena itu. Kurasa akan lebih baik jika aku berkata jujur. Tapi sekarang, aku tidak punya kekuatan untuk membicarakan itu. Aku harus mengerahkan kekuatanku untuk acara ini.” ucap Ji An.

Hyuk mengerti. Ji An pun senang Hyuk mau mengerti dirinya.


Sekarang, Hyuk dan Ji An sudah tiba di lokasi acara. Hyuk takjub melihat lokasi acaranya.

Do Kyung pun melihat Ji An di belakang. Ia mau menghampiri Ji An tapi gak jadi saat melihat sosok pria yang bersama Ji An.

“Apakah dia yang membuat pilar-pilar kayu ini? Katanya sudah memutuskan hubungan. Dia pasti sedang bersiap untuk kembali.” Ucap Do Kyung lirih.


Beralih ke Hee yang terkejut melihat Boss Kang yang tau2 sudah nongol aja di belakangnya. Boss Kang mengaku, ia datang untuk minum kopi karena kopi buatan Hee sangat enak.Saat meletakkan cangkir kopinya di atas meja, Hee menatap Boss Kang penasaran.

“Kau tinggal di area ini?” tanya Hee.

“Aku ada urusan di sekitar sini.” Jawab Boss Kang.

“Omong-omong, sebelumnya kau tidak meminum kopi, bukan?” tanya Hee.

“Sebelumnya itu kapan? Saat itu, ya? Itu sudah bertahun-tahun lalu.” jawab Boss Kang.

Boss Kang lalu bertanya, bagaimana bisa Hee masih mengingatnya.

“Entah kenapa ingatanku baik.” Jawab Boss Kang.

“Kau buka pukul 11.00 dan tutup pukul 22.00, bukan? Bagaimana kau bisa mengurus keluargamu? Kau bekerja sendirian selama 11 jam di kafe. Kenapa kau bekerja seperti buruh sebagai hobi?” tanya Boss Kang.

“Bekerja di kafe bukanlah pekerjaan buruh.” Jawab Hee.


Boss Kang kemudian mengeluhkan kopinya yang sudah dingin karena kebanyakan bicara sama Hee. Dengan wajah kesal, Hee pun berkata akan membuatkan kopi yang baru. Boss Kang dengan wajah santai, menggeser cangkir kopinya ke dekat Hee, membuat Hee makin kesal.


Tak lama kemudian, Hyuk datang. Boss Kang langsung menutupi wajahnya dengan koran dan mengendap2 pergi dari kafe Hee.


Boss Kang balik ke toko roti, sambil megangin perutnya yang kram gara2 minum kopi. Ji Soo yang berdiri membelakangi Boss Kang, mengancam Boss Kang mau keluar gara2 Boss Kang gak mau berbagi ilmu dengannya. Namun saat menoleh ke belakang, Ji Soo terkejut melihat Boss Kang kesakitan. Boss Kang lalu menyuruh Ji Soo mengambilkan susu organiknya.


Di mobil, Supir Ryu (nama supirnya ternyata Ryu, bukan Kim) memakaikan kacamata dan topi ke Seohyun. Seohyun tersenyun senang dan mengaku tidak terpikirkan hal itu sebelumnya. Seohyun lalu melihat dirinya di kaca spion dan yakin tidak akan ada yang mengenalinya kalau begitu.


Seohyun dan Supir Ryu lantas sepedaan di taman. Seohyun memegang jas Supir Ryu supaya tidak jatuh.

“Akan berbahaya jika kau memegangiku begitu.” ucap Supir Ryu.

Supir Ryu pun dengan sengaja mengayuh sepedanya lebih kencang. Seohyun yang takut jatuh, langsung memeluk pinggang Supir Ryu.

“Anginnya menyegarkan, bukan?” tanya Supir Ryu.

“Memang menyegarkan, tapi kita pasangan yang tidak diberkati. Kita tidak bisa berharap lebih.” Jawab Seohyun.

“Aku tahu.” ucap Supir Ryu.

“Kau harus berhenti begitu kusuruh berhenti, ya?” pinta Seohyun.

“Kapan pun.” Jawab Supir Ryu.


Supir Ryu kembali mengayuh sepedanya lebih cepat. Seohyun sontak terkejut dan memeluk pinggang Supir Ryu cepat2. Topi Seohyun jatuh. Mereka pun berhenti sejenak untuk mengambil topi Seohyun.

“Kau sengaja melakukannya, kan?” tanya Seohyun. Supir Ryu tersenyum.


Supir Ryu lantas memasangkan earphone ke telinga Seohyun. Ia bilang, saat menaiki sepeda bersama, lebih baik mendengarkan music tanpa memikirkan apapun.


Ji Ho dapat tawaran kerja di daerah Hongdae. Tadinya ia menolak karena tidak ada uang tip nya tapi begitu tahu dirinya dibayar double, Ji Ho langsung mengambil pekerjaan itu.


Hari mulai malam, Seohyun dan Supir Ryu kembali ke mobil. Seohyun mengaku, tidak menyangka naik sepeda akan menyenangkan.

Supir Ryu lalu mengajak Seohyun pergi ke bioskop mobil.
“Bioskop mobil?” tanya Seohyun.

“Kau belum pernah pergi ke bioskop dengan pria.  Akan lebih aman jika pergi ke bioskop mobil.” Jawab Supir Ryu

“Kita akan menonton film di dalam mobil? Aku benci berada di ruangan sempit.” Ucap Seohyun.

“Aku bisa mendorong kursinya ke belakang jika kau mau.” jawab Supir Ryu.

“Ayo ke kelab saja.” Ajak Seohyun.


“Kau sudah berjanji kepadaku tidak akan ke kelab lagi.” Jawab Supir Ryu.

“Maksudku tidak akan pergi sendiri. Aku punya mimpi pergi ke kelab dengan pacarku.” Ucap Seohyun.

“Pakaian kita tidak cocok untuk pergi ke kelab. Kita juga tidak punya sesuatu untuk menutupi wajahmu.” Jawab Supir Ryu.

“Lantas, ayo pergi ke kelab di Hongdae. Orang-orang seperti kami hanya pergi ke kelab di Gangnam.” Ucap Seohyun.

Supir Ryu terdiam sejenak, sebelum akhirnya setuju pergi ke kelab di Gangnam dengan Seohyun.


Ji Ho disuruh rekannya mengantarkan minuman ke beberapa pelanggan. Rekannya bilang mungkin mereka akan memberikan tip untuk Ji Ho. Saat mengedarkan pandangannya, mencari si pelanggan, Ji Ho terkejut melihat Seohyun dan Supir Ryu.

“Kenapa? Kau mengenal si bedebah itu?” tanya rekan Ji Ho.

“Bedebah?” tanya Ji Ho bingung.

“Ya, si Pria Judo. Dia bisa menaklukkan wanita mana pun yang dia inginkan. Seperti atlet judo.” Jawab rekan Ji Ho.

“Menaklukkan wanita seperti atlet judo? Astaga, bedebah itu... Hubungan rahasia dengan Cinderella?” dengus Ji Ho kesal.

Supir Ryu lalu meminta whisky pesenannya. Ji Ho sontak menolak dan menyuruh rekannya mengantarkan whisky itu ke meja Seohyun.


Sekarang, Seohyun dan Supir Ryu sudah kembali ke mobil. Supir Ryu sengaja membukakan kaca mobil, agar Seohyun bisa menghirup udara segar.

Tanpa mereka sadari, seseorang memotret kebersamaan mereka.


Supir Ryu lantas membantu Seohyun memasang sabuk pengaman. Seohyun pun terdiam, menatap wajah Supir Ryu yang mendekati wajahnya saat Supir Ryu membantu memasangkan sabuk pengamannya.


Supir Ryu kemudian menoleh ke Seohyun. Seohyun semakin dag dig dug menatap Supir Ryu yang juga terdiam menatapnya. Tak lama kemudian, Supir Ryu mulai mendekatkan bibirnya ke bibir Seohyun.


Sekali lagi, seseorang memotret saat Seohyun mau dicium Supir Ryu.


Belum sempat mencium Seohyun, Ji Ho tiba2 nongol di depan pintu membuat Supir Ryu terlonjak kaget.


Di kamar bacanya, Tuan Choi masih sibuk memikirkan kemungkinan Ji An bukanlah putrinya.  Tiba2, ia teringat soal hadiahnya yang sudah ia berikan pada Ji An. Tuan Choi pun bergegas ke kamar Ji An. Ia membuka lemari dan makin mencurigai Ji An setelah melihat hadiahnya masih utuh.


Saat mau keluar dari kamar Ji An, tanpa sengaja perhatiannya tertuju pada sebuah sisir.


Acara ultah Haesung dimulai. Keluarga Haesung mulai memasuki gedung pertemuan, begitu pula tamu undangan. Tuan Jung menunjukkan keahliannya, memberi pewarna alami pada sehelai kain. Ji An tampak kagum dengan hasilnya. Do Kyung menatap Ji An yang sedang tersenyum.


Ji An kemudian mengawasi jalannya acara. Ia bahkan tidak segan2 memungut sampah yang berceceran.


Ji An lantas duduk sebentar di meja hand-printing. Ia menggambar sesuatu di atas kaus putih. Do Kyung yang juga sedang berkeliling tanpa sengaja melihat Ji An.


Tak lama kemudian, Ji An dipanggil karena acara utama akan segera dimulai. Ji An pun pergi denga n terburu2. Setelah Ji An pergi, Do Kyung melihat gambar Ji An. Ia tersenyum gambar seekor bebek yang digambar Ji An.


Do Kyung berjalan2 di halaman luar. Tiba2 saja, ia terkejut melihat kain buatan Tuan Jung menghilang. Seluruh tim pemasaran panik. Do Kyung bahkan memarahi Ji An yang tidak berhati2.


Ha Jung yang berdiri di belakang Ji An, tampak menatap Ji An dengan puas.

Mungkinkah Ha Jung yang mengambilnya untuk mendepak kembali Ji An dari perusahaan??

0 Comments:

Post a Comment