My Golden Life Ep 25

Sebelumnya...


“Seo Ji An, turun!” suruh Do Kyung, tapi karena Ji An diam saja, Do Kyung akhirnya membuka seat belt Ji An dan menarik Ji An keluar. Hyuk pun ikut turun dari mobilnya.


Do Kyung marah, karena Ji An tidak menjawab teleponnya atau menghubunginya. Ia ingin tahu, apa yang dilakukan Ji An di tempat itu. Tapi Ji An malah menyuruh Hyuk mengusir Do Kyung. Ji An mengaku, tidak tahu kenapa Do Kyung marah-marah padanya.

Hyuk pun mendekat dan berkata, kau sudah tahu dia baik-baik saja jadi sebaiknya kau pergi sekarang. Tapi Do Kyung masih terus menahan Ji An.

“Kau mau kemana? Apa kau akan pulang?” tanya Do Kyung.

“Kenapa kau peduli?” ucap Ji An, lalu kembali ke mobil Hyuk.


Do Kyung pun hanya bisa terdiam, menahan kekecewaannya atas sikap Ji An.


Masih penasaran, Do Kyung pun mengikuti mobil Hyuk. Hyuk memberitahu Ji An, kalau Do Kyung mengikuti mereka. Hyuk lantas bertanya, haruskah ia mengecoh Do Kyung. Ji An berkata, bahwa ia tidak punya alasan untuk menghindari Do Kyung. Ia juga mengaku tidak peduli pada Do Kyung dan menyuruh Hyuk membiarkan Do Kyung.

“Aku tidak tahu bagaimana dia bisa menemukanmu.” Ucap Hyuk.


Do Kyung sendiri salah paham. Ia fikir, Ji An lah yang menghubungi Hyuk. Do Kyung kemudian bertanya2, kemana mereka akan pergi dan apa yang harus ia lakukan pada Ji An.


Do Kyung lalu teringat perkataan ibunya, yang tidak akan menuntut Tuan Seo dan Nyonya Yang demi Ji Soo. Teringat perkataan sang ibu, Do Kyung pun membatalkan niatnya mengikuti Ji An dan memutuskan kembali Seoul.


Hyuk membawa Ji An ke rumahnya. Hyuk mengaku, bahwa ia dan adiknya yang bernama Yong Gook, menggunakan lantai 1 dan ada beberapa orang yang menyewa kamar di lantai atas rumahnya.

Hyuk lantas menunjukkan kamarnya yang akan dipakai Ji An. Hyuk bilang, Ji An boleh menggunakan kamar itu. Ji An mencemaskan Hyuk. Hyuk bilang, dia akan tidur dengan Yong Gook.

“Kami sudah seperti saudara, jadi kau tidak perlu cemas. Aku lumayan sering menginap di rumah orang tuaku.” Ucap Hyuk.

“Aku disini tidak akan lama.” Jawab Ji An.

“Ini rumah berbagi, jadi kau tidak berutang apapun padaku.” Ucap Hyuk.

Melihat Ji An tidak membawa apapun, Hyuk pun mengajak Ji An berbelanja setelah Ji An beristirahat. Tapi Ji An menolak dan mengaku akan pergi untuk mengambil barang-barangnya. Hyuk cemas, ia tidak mau membiarkan Ji An pergi sendiri karena takut Ji An akan bunuh diri lagi.  Tapi Ji An bersikeras ingin pergi sendiri mengambil barang-barangnya. Ji An juga mengaku, kalau dirinya tidak punya ponsel sekarang. Hyuk pun mengerti.


Tuan Seo duduk di persimpangan jalan, memperhatikan orang-orang yang berlalu lalang di sekitarnya. Tak lama kemudian, Tuan Seo meraih ponselnya dan menghubungi Ji An. Karena masih  tidak bisa menghubungi Ji An, Tuan Seo pun meninggalkan sebuah pesan.

“Ji... Ji An-ah. Kau…. kau baik-baik saja, kan? Tolong… tolong hubungi ayah. Ayah mohon.”


Di toko roti, Ji Soo teringat perkataan ayahnya tentang Ji An yang masih belum bisa dihubungi. Ia pun cemas. Takut terjadi sesuatu pada Ji An, Ji Soo pun mencoba menghubungi Ji An, tapi tidak berhasil. Ji Soo tambah cemas.


Ji An datang ke Ruang Barang Hilang dan Barang Temuan di stasiun kereta bawah tanah untuk mengambil tasnya. Ternyata Ji An sempat menyimpan tasnya di sana terakhir kali sebelum ia pergi menemui Do Kyung malam itu.

Selain pakaian, di dalam tas juga ada buku tabungan dan stempel Ji An.

Ji An lalu pergi ke bank untuk mengambil ang 500 ribu dollar nya.


Yong Gook cemas, kalau2 Ji An kabur lagi. Ia bilang, kalau sampai Ji An kabur lagi, Hyuk tidak akan mungkin bisa menemukan Ji An lagi. Tapi Hyuk percaya pada Ji An. Ia yakin, Ji An tidak akan kabur lagi.

“Darimana kau tahu?” tanya Yong Gook.

“Aku bisa merasakannya. Dia masih lemah, tapi kupikir dia sudah mengatasi bagian terburuknya.” Jawab Hyuk.


Ji An sudah kembali ke rumah Hyuk dan sedang merapikan pakaiannya.


Seohyun ada di taksi bersama Ji Ho. Taksi mereka berhenti di suatu tempat. Di sana, Supir Ryu dan istrinya sudah menunggu. Sambil menatap gemas pasangan itu,  Ji Ho berpesan kalau Seohyun tidak boleh terbawa perasaan. Ji Ho bilang, pasangan itu akan berusaha menarik simpati Seohyun.


Ternyata tempat yang mereka datangi adalah kantor pengacara. Begitu Seohyun turun dari taksi, Supir Ryu langsung bersikap hormat dengan membungkukkan badannya pada Seohyun, tapi Seohyun cuek dan langsung masuk ke kantor pengacara.


Di dalam, pasangan suami istri itu menandatangani perjanjian kalau tidak akan menyebarkan foto-foto Seohyun. Jika mereka melanggarnya, maka mereka berdua akan dituntut secara hukum. Supir Ryu dan istrinya hanya bisa mengangguk ketakutan.

“Dan, jangan pernah mempermainkan hati orang lagi.” Lanjut Ji Ho.


Supir Ryu hendak minta maaf, tapi baru saja memanggil nama Seohyun, Seohyun langsung menjawabnya dengan ketus.

“Tutup mulutmu! Tidak peduli seberapa besar penyesalanmu, itu sudah terlambat. “


Ji Ho terkejut, ia tidak percaya Seohyun bisa bersikap seketus itu.

Setelah urusan beres dan pasangan itu pergi, Ji Ho mengingatkan Seohyun bahwa bantuannya itu berarti mengurangi hutang ibunya. Seohyun mengerti dan mengucapkan terima kasih, tapi dengan wajah sedih. Ji Ho pun heran melihat Seohyun yang mendadak sedih begitu padahal di dalam tadi sangat dingin.


Seohyun tidak menjawab dan melirik ke arah Supir Ryu yang bersikap mesra pada sang istri.

Ji Ho pun marah, kau masih menyukainya? Kau tidak pernah pacaran, ya?

“Aku pikir, itu cinta sejati.” Jawab Seohyun.


Pecahlah tangis Seohyun. Ji Ho pun panic dan langsung menutupi Seohyun yang menangis dengan jaketnya.


Seohyun lalu berniat mentraktir Ji Ho sebagai balasannya, tapi yang ada mereka malah makan popcorn doang dan Seohyun menangis dibalik daftar menu. Ji Ho pun menasehati Seohyun dan Seohyun berterima kasih atas bantuan Ji Ho. Seohyun bilang, kalau keluarganya sampai tahu masalahnya, ia bisa dibunuh keluarganya.

“Jika kau mau berterima kasih padaku, perlakukan noona ku dengan baik.” Ucap Ji Ho.

“Entahlah, aku bingung.” Jawab Seohyun.


Bir buah pesanan mereka pun datang. Seohyun mencium birnya terlebih dahulu sebelum mencicipinya karena baru pertama kali, tapi setelah mencicipinya, ia langsung menyukai rasanya.

Ji Ho lantas menanyakan alasan Seohyun meminta bantuannya.

“Karena kau menyukai uang. Aku pikir, jika aku membayarmu, maka kau akan menyimpan rahasiaku, tapi itu bukan satu-satunya alasan. Kau adalah kakaknya Ji An.” Jawab Seohyun.

“Ji An?” tanya Ji Ho.


“Benar. Dia pergi begitu aku mulai menyayanginya.” Jawab Seohyun kecewa.

“Aku akan mengurus mantan kakakmu yang pergi segera setelah kau menyayanginya dan kau harus memperlakukan kakakmu, Seo Ji Soo, dengan baik.” Ucap Ji Ho.


Hee yang baru pulang, langsung menyapa Ji An. Ji An yang lupa pernah bertemu Hee, memperkenalkan dirinya (sekali lagi). Hee pun mengingatkan Ji An, kalau mereka sudah pernah bertemu dua kali. Hee bilang, Hyuk pernah mengajak Ji An ke kafenya. Ji An pun penasaran, hubungan Hee dan Hyuk.

Hee menyuruh Ji An duduk dan memulai ceritanya.

“Dia ingin aku mandiri, jadi dia menyembunyikan identitas kami sebagai kakak adik. Dia memotivasiku selama 4 tahun ini.”

“Noona, kejujuranmu membuat dia takut.” Sela Hyuk.

“Kenapa? Memang benar, kan?” jawab Hee, lalu melanjutkan ceritanya.

“Dia menghentikan kesedihanku yang berlarut-larut. Dia membantuku belajar soal kopi dan membuka kafe. Dia menyuruhku memanggilnya, Mr. Sun Woo.” Ucap Hee.

“Aku hanya ingin memisahkan urusan pribadi dan pekerjaan.” Jawab Hyuk.

“Bagaimana pun, aku bersyukur bisa melihatmu lagi. Sangat nyaman di sini. Tidak akan ada seorang pun yang mengganggumu.” Ucap Hee.

Hee lantas memberikan beberapa pakaiannya pada Ji An. Ji An pun memberikan uang 300 ribu dollar sebagai pengganti sewanya. Hyuk tidak mau menerimanya, tapi Hee menerimanya karena itulah keinginan Ji An.

Setelah Ji An masuk ke kamar, Hee pun berkata bahwa Ji An mengingatkannya pada masa lalu.


Nyonya No melamun memikirkan kata2 suaminya.

“Gadis yang kau terima sepenuh hati bukanlah putri kandungmu. Apa kau berharap Ji Soo bukan putri kandungmu? Kau pikir, putrimu terlahir mulia?” ucap Tuan Choi.

Nyonya No juga ingat saat Ji Soo menertawakan mereka yang harus berpakaian rapi hanya untuk makan malam.

Tak lama kemudian, Seketaris Min datang membawakannya teh serta memberikan sebuah amplop yang ditinggalkan Ji An di kotak surat. Nyonya No terkejut, ia pikir Ji An sudah kembali. Seketaris Min bilang, Ji An meninggalkan itu di kotak surat pada hari dimana Ji An mengungkapkan kebenarannya. Nyonya No pun membuka amplopnya. Isinya, kartu kredit yang sempat Nyonya No berikan pada Ji An.


“Ini sudah lama, kenapa kau baru memberitahuku sekarang?” tanya Nyonya No.

“Maafkan saya. Saya lupa karena terlalu sibuk.” Jawab Seketaris Min.

Nyonya No lalu menanyakan soal guru Ji Soo.


Ji Ho keluar dari kafe untuk menjawab panggilan Ji Soo.

“Bagaimana ujian masuk kuliahmu?” tanya Ji Soo.

“Jadi kau menelponku hanya untuk menanyakan itu?” protes Ji Ho.

“Seo Ji An belum pulang ke rumah?” tanya Ji Soo.

“Aku tidak tahu.” jawab Ji Ho.

“Kau adiknya, bagaimana bisa kau tidak tahu?” tanya Ji Soo.

“Bagaimana aku bisa tahu? Dia mematikan ponselnya. Dan aku sedang tidak mau berbicara dengan keluargaku.” Jawab Ji Ho.


“Itu sebabnya, kan?” tanya Ji Soo.

“Tapi noona, apa kau baik-baik saja di sana? Kau suka disana?” tanya Ji Ho.

“Tentu saja, aku suka disini.” Jawab Ji Soo.

“Aku merindukanmu.” Ucap Ji Ho, membuat Ji Soo kaget dan terdiam.

“Kenapa? Kau juga tidak mau melihatku? Kau membenciku juga? Kita bahkan belum mengucapkan selamat tinggal.” Ucap Ji Ho.

“Maaf.” Jawab Ji Soo.

“Kenapa kau minta maaf? Akulah yang seharusnya minta maaf. Aku minta maaf atas nama orang tuaku.” Ucap Ji Ho.

“Kenapa kau minta maaf? Itu bukan salahmu. Bagaimana pun, katakan pada mereka aku melakukannya dengan baik di sini dan menghabiskan banyak uang.” Jawab Ji Soo.

“Aku tidak mau pulang ke rumah.” Ucap Ji Ho.


Seseorang tiba2 mengetuk pintu kamar Ji Soo. Ji Soo pun langsung menyudahi pembicaraannya dengan Ji Ho dan turun dari tempat tidur.

Nyonya No masuk ke kamar Ji Soo, membawakan Ji Soo beberapa kosmetik.  Tapi Ji Soo menolaknya.

“Aku minta maaf karena kehilanganmu, Ji Soo-ya.” ucap Nyonya No.

Ji Soo pun kaget mendengar Nyonya No memanggilnya Ji Soo. Nyonya No lantas berbalik dan menatap Ji Soo dengan lembut. Ia berkata, tidak akan memanggil Ji Soo Eun Seok sampai Ji Soo siap. Nyonya No juga mengajak Ji Soo untuk saling membuka hati.

“Kau bilang kau tidak punya tempat untuk dituju, pada akhirnya kau datang pada orang tuamu. Haruskah kau datang jika menganggap kami orang asing? Itu salahku karena kehilanganmu dan aku akan menebusnya sepanjang hidupku.” Ucap Nyonya No.

Ji Soo mulai tersentuh, tapi ia diam saja. Nyonya No lalu beranjak keluar dari kamar Ji Soo.


Sampai di rumah, Tuan Seo malah dibikin kecewa oleh Ji Tae yang ingin pindah. Namun Tuan Seo yang sudah tidak punya kekuatan lagi untuk bicara hanya mengiyakan saja perkataan Ji Tae dan masuk ke kamarnya.


Di kamar, Tuan Seo membuka jaketnya dan mengingat alasan Ji Tae ingin pindah rumah. Tuan Seo lantas memukul dadanya yang terasa sesak karena terus menahan kesedihan.


Di kamar, Ji Tae dan Soo A melihat2 iklan rumah sewaan yang harga sewanya sesuai dengan kemampuan mereka dan dekat dengan lokasi kerja.


Ji An sudah tertidur. Tapi tidak begitu dengan Do Kyung. Do Kyung tak bisa tidur karena terus menerus teringat pada Ji An.

“Dia punya hak untuk marah.” Gumam Do Kyung.


Paginya, Do Kyung menghampiri Ji Soo yang baru selesai mandi. Do Kyung mengajak Ji Soo melakukan sesuatu untuk melepas stress.

“Apa yang kau suka? Olahraga? Seni? Belanja?” tanya Do Kyung.

“Aku menyembuhkan stress dengan makan.” Jawab Ji Soo.

“Apa yang ingin kau makan? Makanan jepang? China? Barat?” tanya Do Kyung.

“Aku tidak suka makanan itu.” jawab Ji Soo.

“Katakan padaku, aku akan membelikan apapun yang kau inginkan.” ucap Do Kyung.

“Hanya ada satu orang yang istimewa yang bisa membuatnya.” Jawab Ji Soo.


Hee mengajak Ji An sarapan, tapi Ji An menolak dan memilih minum susu yang kemarin dia beli. Hyuk menyuruh Ji An sarapan.Hyuk bilang, Ji An tak akan memiliki tenaga kalau tidak sarapan. Tapi Ji An tetap menolak. Ia bilang, akan jadi malas kalau kekenyangan. Ji An lalu pamit.


Ji Soo dapat tugas dari Nyonya No untuk menghabiskan 30 ribu dollar dalam sehari. Nyonya No juga menyuruh Ji Soo pergi dengan mobil. Tapi Ji Soo bilang, kalau dia mau pergi bekerja.

“Sampai kapan kau mau bekerja di sana?” tanya Nyonya No.

“Aku akan bekerja di sana selamanya.” Jawab Ji Soo.

“Kau tidak akan punya cukup waktu menghabiskannya setelah bekerja.” Ucap Nyonya No.

“Tidak masalah. Aku harus berangkat.”jawab Ji Soo. Nyonya No pun lagi2 hanya bisa menghela napasnya karena Ji Soo selalu membantahnya.

Hyuk memperkenalkan lingkungan sekitar rumahnya pada Ji An. Hyuk bercerita, kalau dia selalu pergi dengan sepedanya. Tapi jika ia terburu-buru, ia akan pergi dengan mobil. Dan terkadang,  ia juga berjalan kaki. Ji An hanya menjawab sekenanya.

“Kau tidak bertanya apa yang mau kulakukan padamu?” tanya Hyuk.

“Kau bilang, kau akan membuatku melakukan pekerjaan kasar yang sederhana.” Jawab Ji An.


Hyuk membawa Ji An ke tempat dia biasa membuat perabotan. Hyuk memperkenalkan Ji An sebagai pegawai baru.


Ji An pun diajari menggunakan mesin potong. Ji An melakukannya dengan baik.


Ji Soo sampai di toko roti dan melihat Boss Kang sedang minum obat. Ji Soo cemas, kenapa kau selalu saja minum kopi? Tapi Boss Kang bilang, dia tidak apa-apa.


Ji Soo mengantarkan roti ke kafe Hee. Disinilah, Ji Soo memberitahu Hee kalau bossnya tidak bisa minum kopi. Ji Soo bercerita, setelah bossnya minum kopi di kafe Hee, bossnya selalu minum susu untuk menangkan perutnya, dan sekarang bossnya meminum obat sakit perut. Hee pun terkejut, ia tidak tahu kalau Boss Kang tidak bisa minum kopi.


Sambil mengemudi, Do Kyung menghubungi Hyuk dan menanyakan soal Ji An. Ia bertanya, apa Ji An pulang ke rumah dengan baik?

“Jika maksudmu apa dia baik-baik saja,  dia baik-baik saja.” Jawab Hyuk.

“Ponselnya mati. Bagaimana cara agar aku bisa menghubunginya?” tanya Do Kyung.

“Dia tidak punya ponsel.” Jawab Ji An.

“Dia tidak punya? Lalu bagaimana aku bisa menemuinya?” tanya Do Kyung.

“Aku tidak bisa menjawabnya. Aku tidak tahu apa Ji An mau bertemu denganmu atau tidak.” Jawab Hyuk.

“Biarkan aku bertemu dengannya sekali saja.” Pinta Do Kyung.  Hyuk pun diam saja.


Usai bicara dengan Do Kyung, Hyuk langsung pergi menemui Ji An. Hyuk terkejut diberitahu hoobae nya, kalau Ji An belum istirahat sejak tadi. Ji An juga menolak diajak makan siang. Hyuk pun menghampiri Ji An.

“Kenapa kau menunda makan siangmu? Kau hanya sarapan dengan segelas susu.” Ucap Hyuk.

“Aku ingin makan sendiri.” Jawab Ji An.

“Choi Do Kyung-ssi ingin bertemu denganmu. Menurutku, kau harus menemuinya setidaknya sekali. Aku menyuruhnya menunggumu di kafe.” Ucap Hyuk.


Do Kyung menunggu Ji An di kafe. Tak lama kemudian, Ji An datang. Do Kyung lega melihat Ji An. Do Kyung lantas mengajak Ji An makan dulu, tapi Ji An menolak dan berkata kalau mereka hanya akan bicara saja.

“Apa kau benar-benar marah padaku?” tanya Do Kyung.

“Aku datang kesini karena kau bilang mau mengatakan sesuatu padaku.” Jawab Ji An.

“Pertama, aku ingin minta maaf padamu. Aku minta maaf karena tidak bisa menepati janjiku.” Ucap Do Kyung.

Ji An pun teringat, Do Kyung pernah berjanji akan memberitahu Tuan Choi dan Nyonya No soal fakta Eun Seok.

“Akulah orang yang tidak menepati janji.” Jawab Ji An.

“Aku minta maaf untuk menghentikanmu dari mengatakan apa yang ingin kau katakan hari itu.” ucap Do Kyung.


“Tidak masalah.” Jawab Ji An.
“Jika aku tahu kau akan mengakui semuanya hari itu, aku akan pulang denganmu.” Ucap Do Kyung.

“Itu masa lalu.” jawab Ji An.

“Aku mengerti kenapa kau marah. “ ucap Do Kyung.

“Aku tidak marah. Itu kesalahan yang dibuat keluargaku dan kau banyak membantu kami.  Aku menghargai usahamu.” Jawab Ji An.

“Kau sudah mendengar kabar orang tuamu? Kau tidak perlu mencemaskan mereka.” Ucap Do Kyung.

“Terima kasih.” Jawab Ji An.


Do Kyung pun bingung karena Ji An sejak tadi hanya memberikan jawaban sekenanya saja. Ji An sudah mau pergi, tapi Do Kyung menahannya. Do Kyung bilang, ingin mendengar banyak hal dari Ji An sebagai gantinya. Ia pun mengaku, sangat mencemakan Ji An saat Ji An pergi.

“Aku tidak peduli semua itu.” jawab Ji An, mengejutkan Do Kyung.


Ji An lalu beranjak pergi. Sebelum pergi, Do Kyung ingin tahu dimana Ji An kerja. Tapi Ji An tidak menjawab dan pergi meninggalkan Do Kyung begitu saja. Do Kyung mengejar Ji An. Tapi Ji An hanya mengucapkan selamat tinggal, lalu pergi. Do Kyung pun semakin bingung dengan sikap Ji An.


Do Kyung mengikuti Ji An. Ia melihat Ji An makan siang hanya dengan sebungkus roti.


Tidak puas dengan jawaban Ji An, Do Kyung minta penjelasan dari Hyuk. Sayangnya, Hyuk tidak mau memberitahu Do Kyung untuk menghormati Ji An. Hyuk hanya bilang, kalau Ji An tinggal dengan kakaknya dan tidak mau pulang ke rumah. Do Kyung terkejut tahu Ji An tidak pulang.

Hyuk kemudian bekata,  kalau Do Kyung tidak punya hak untuk bertanya lebih jauh dan meminta Do Kyung tidak menemuinya lagi.

Gi Jae menghubungi Do Kyung. Setelah itu, Do Kyung langsung menemui Gi Jae di tempat biasa mereka bertemu. Gi Jae kesal karena Ji An tidak datang untuk wawancara di perusahaan pamannya. Do Kyung minta maaf dan berkata, kalau Ji An menolaknya. Gi Jae ingin tahu alasan Ji An menolaknya.

“Dia tidak ingin mendapatkan pekerjaan karena koneksi.” Jawab Do Kyung.

“Ini menarik.” Ucap Gi Jae sembari tertawa.

“Jangan tertawa. Ini bukan sesuatu yang menyenangkan.” Jawab Do Kyung.

“Lalu bagaimana dengan perusahaanku?” tanya Gi Jae.

“Aku sudah bilang, dia tidak mau mendapatkan pekerjaan karena koneksi.” Jawab Do Kyung.


“Kami melakukan rekrutmen terbuka sekarang. Kami membutuhkan lebih banyak karyawan di tim pemasaran, tapi hari ini adalah hari terakhir memasukkan aplikasi. Tanyakan padanya, apa dia tertarik. Tapi aku tidak janji dia akan diterima. Kami tidak pernah mempekerjakan karyawan karena koneksi. “ ucap Gi Jae.

“Kau tidak bisa menunda penutupannya?” tanya Do Kyung.

“Tidak.” Jawab Gi Jae.

“Kenapa kau begitu kaku?” protes Do Kyung.

“Karena kau tidak pernah memberitahuku yang sebenarnya. Kau menyukainya, tapi kau menyangkalnya. Kau terus mengatakan bukan seperti itu, tapi semua yang kau lakukan mengarah ke sana.” Jawab Gi Jae.

“Maafkan aku. Aku akan memberitahumu setelah ulang tahun perusahaan ku selesai.” Ucap Do Kyung.

“Ulang tahun perusahaan? Apa itu artinya keluargamu terlibat dalam hal ini?” tanya Gi Jae yang langsung membuat Do Kyung terdiam.

Gi Jae pun setuju menunggu sampai Do Kyung mengakui semuanya.


Tiba di ruangannya, Do Kyung menyuruh Seketaris Yoo memasukkan lamaran Ji An secara online sesuai dengan data-data Ji An yang dimiliki Haesung. Karena Ji An tidak punya ponsel, Do Kyung akhirnya memberikan nomor Hyuk. Do Kyung juga menyuruh Seketaris Yoo mencari tempat kerja Ji An. Ia yakin, tempat Ji An kerja tidak jauh dari kantor Hyuk.


Boss Kang kembali datang ke kafe Hee. Sesuai saran Ji Soo, Hee memberikan teh yuzu pada Boss Kang. Karena Boss Kang tidak mendengarkannya dan terus saja sibuk melipat kertas, Hee pun kesal dan bertanya apa mau Boss Kang. Kenapa Boss Kang datang setiap hari ke kafenya dan terus melipat kertas seperti itu.

“Kau bilang 1000 burung bangau kertas akan mewujudkan harapanmu.” Jawab Boss Kang.

“Itu masa lalu.” ucap Hee.

“Aku berusia 21 tahun saat itu dan usiamu 22. “ jawab Boss Kang.

“Saat itu, usiaku masih terlalu muda. Kau terlalu tua untuk hal konyol seperti itu.” ucap Hee.


“Aku 39 sekarang dan kau 40.” Jawab Boss Kang.

“Itulah maksudku. Aku sudah 40 tahun. Aku tidak akan luluh dengan burung bangau itu. Aku memutuskan menikah dengan pria kaya saat usiaku 23 tahun. Itulah diriku.” ucap Hee.

“Aku tidak membuat 1000 burung bangau saat itu. Kau menyuruhku membuatnya dengan kertas kecil. Kalau saja aku membuatnya dengan kertas besar seperti ini, aku pasti bisa menyelesaikannya.” Jawab Boss Kang.

“Jadi kau mau datang kesini selama 1000 hari?” tanya Hee.

“Benar.” jawab Boss Kang.


“Kang Nam Goo-ssi!” marah Hee.

“1000 hari kemudian, setelah aku selesai melipat 1000 burung bangau, aku akan melihat apakah harapanku benar-benar akan menjadi kenyataan. Selama 18 tahun, harapanku tidak pernah berubah. Aku akan menunggu dan melihat apakah harapanku akan menjadi kenyataan.” Jawab Boss Kang.

“Impianmu tidak akan terwujud! Aku tidak menyukaimu! Aku tidak suka Kang Nam Goo!” ucap Hee, lalu merobek bangau kertasnya.

“Ucapkan itu 1000 tahun lagi.” Jawab Boss Kang lalu pergi.

Hee pun tertegun dan menatap sobekan bangau kertasnya.


Ji Soo pergi ke toko baju biasa di pasar milik kenalannya. Teman Ji Soo pun terkejut saat Ji Soo bilang akan membeli semua bajunya.

Masih di lokasi yang sama, Ji Soo pergi ke toko sepatu.

Nyonya No pasti ngamuk nih kalau tahu Ji Soo belanja di toko baju biasa, bukan di butik terkenal.


Malam harinya, saat lagi makan di kaki lima, Ji Soo menerima pesan dari Nyonya Yang yang mengatakan kalau ia tidak pernah membedakan Ji Soo dan Ji An. Nyonya Yang juga bilang, sangat merindukan Ji Soo dan mengajak Ji Soo bertemu.

Tapi Ji Soo menganggap semua yang dikatakan Nyonya Yang adalah kebohongan.


Selesai makan, Ji Soo menyumbangkan uangnya untuk amal.


Di rumah, Tuan Choi heran sendiri karena Ji Soo masih belum pulang padahal department store sudah tutup dari tadi.


Tak lama kemudian, Ji Soo pulang dengan membawa tas besar di kedua tangannya. Seketaris Min mau membantu Ji Soo membawa barang2 tapi Ji Soo melarang. Ji Soo bilang, dia mau langsung ke atas. Nyonya No memanggil Ji Soo dan menyuruh Seketaris Min mengambil barang2 Ji Soo.

Semua terkejut saat Ji Soo bilang dia belanja di pasar Dongdaemun. Nyonya No lalu menyuruh Seketaris Min mengeluarkan semua belanjaan Ji Soo, serta meminta nota pembeliannya.

Ji Soo bingung, untuk apa?

“Jika ibu bilang itu tugas, maka ibu akan memeriksanya.” Jawab Seohyun.


Ji Soo pun mengerti dan mengeluarkan banyak nota dari kantong kiri dan kanannya. Semua pun tercengang. Dan makin tercengang setelah melihat belanjaan Ji Soo.

“Kenapa kau belanja di pasar, bukan ke department store?” tanya Nyonya No.

“Aku sudah terbiasa belanja disana.” Jawab Ji Soo.


“Benang di pakaian ini tidak rapi.” Ucap Seohyun sambil menunjukkan benang di baju biru Ji Soo.

“Aku akan memotongnya dan memanaskannya dengan pemantik.” Jawab Ji Soo.


Tuan Choi pun sontak menahan tawanya.

“Tapi apa semua ini 30.000 dollar?” tanya Seohyun.

“Tidak. Ini hanya 2.800 dollar. Sisanya aku sumbangkan ke organisasi amal.” Jawab Ji Soo.

“Kenapa kau melakukan itu? Aku memberimu uang untuk membeli barang-barang yang kau butuhkan.” Ucap Nyonya No.


“Bukankah itu uang itu sudah menjadi milikku? Aku mendonasikannya karena aku mau menghabiskannya hari ini.” jawab Ji Soo.

Nyonya No kesal dan makin kesal karena Ji Soo terus saja menjawabnya saat ia meminta Ji Soo menyesuaikan diri dengan keluarga mereka. Ia tidak mengerti kenapa Ji Soo dan Ji An bisa begitu berbeda.

Tuan Choi pun menengahi mereka dan menyuruh Ji Soo masuk kamar.


Ji Soo sendiri sangat bahagia karena punya banyak baju baru.


Di restoran, Nyonya Yang mengambil sebuah kotak dari dalam kulkas. Ia lalu memasukkan uang yang didapatnya dari bekerja di restoran ke dalam plastic hitam dan memasukkannya ke dalam kotak. Di kotak itu, sudah banyak plastic hitam yang berisi uang.

Ji An keluar dari rumah Hyuk dan menuju tempat kerjanya. Tanpa ia sadari, Seketaris Yoo mengikutinya di belakang.

Tuan Seo yang kembali berkeliaran di jalan mencari Ji An, ditelpon oleh Tuan Choi.


Berdasarkan informasi dari Seketaris Yoo, Do Kyung mendatangi tempat kerja Ji An. Pada pemilik tempat itu, Do Kyung mengaku ingin bertemu dengan Ji An.

Ji An yang tengah memotong kayu, menatap Do Kyung dengan tatapan kosong. Mereka lalu bicara di luar.

“Apa yang membawamu kesini?” tanya Ji An.


Do Kyung mengajak Ji An bicara di tempat lain. Ji An menolak. Ia bilang, sudah mendengar semua yang dikatakan Do Kyung kemarin. Do Kyung pun marah Ji An bekerja di tempat itu. Do Kyung bilang, ia sudah menemukan pekerjaan untuk Ji An. Tapi Ji An bilang, apapun yang ia lakukan bukan urusan Do Kyung.

“Tidak seharusnya kau berada disini dan memotong kayu.” Ucap Do Kyung.

“Itu bukan urusanmu.” Jawab Ji An.

“Aku juga tidak ingin terlibat sepanjang kau baik-baik saja.” Ucap Do Kyung.


Ji An pun tertawa kesal mendengarnya. Lebih lanjut Do Kyung berkata, mereka pernah menjadi kakak adik. Itulah alasannya mengkhawatirkan Ji An. Do Kyung bilang, Ji An tidak pantas hidup menderita.


Do Kyung pun memberikan aplikasi lamaran Ji An. Do Kyung bilang, sudah memasukkan lamaran  Ji An berdasarkan data Ji An yang tertinggal di Haesung.

“Lamaran ini kutemukan di situs pencari kerja. “ ucap Do Kyung.

Tapi lagi2 Ji An tidak terlalu menanggapinya.

“Ini pasti sulit buatmu. Aku yakin, kau ingin mati saja. Tapi kau kembali. Kau harus kuat.” Ucap Do Kyung.

“Aku akan mempertimbangkannya.” Jawab Ji An.

“Terima kasih.” Ucap Do Kyung.

“Apa kau selalu melakukan semua yang kau inginkan?” tanya Ji An, mengejutkan Do Kyung.

“Aku harap ini kali terakhir kita bertemu.” Ucap Ji An, lalu pergi meninggalkan Do Kyung yang terpaku menatapnya.


Beralih ke Tuan Choi yang berterimakasih karena Tuan Seo sudah mengurus Eun Seok dengan baik selama ini.  Tuan Choi lalu mengaku sudah mengirim orangnya untuk memeriksa tempat dimana Tuan Seo dan Nyonya Yang menemukan Eun Seok. Tuan Choi lantas mengatakan kalau ia mengerti kenapa Tuan Seo berpikir Eun Seok ditelantarkan.

“Aku ayahnya Ji Soo. Sekarang, aku ayahnya Eun Seok. Kami akan mengurusnya, jadi kau bisa mengurus Ji An. Dia juga pasti sama bingungnya.” Ucap Tuan Choi.

“Dia masih belum pulang ke rumah.” Jawab Tuan Seo.

Tuan Choi pun kaget mendengarnya.


Do Kyung dan Seketaris Yoo yang sedang menunggu pintu lift terbuka, tanpa sengaja melihat Tuan Seo yang saat itu baru turun dari lift. Do Kyung pun langsung menyusul Tuan Seo. Namun, Tuan Seo tiba2 jatuh dan pingsan. Do Kyung hendak melarikan Tuan Seo ke rumah sakit. Tapi Seketaris Yoo melarang. Seketaris Yoo bilang, biar dia saja yang membawa Tuan Seo ke rumah sakit.


Di ruangannya, Tuan Choi ikutan cemas memikirkan Ji An. Tuan Choi lalu teringat saat ia menuduh Ji An sudah menipu. Tuan Choi juga ingat saat dia memukul Tuan Seo.

Tuan Seo curiga, Ji An melihat ia memukul Tuan Seo.


Seketaris Yoo mendampingi Tuan Seo di rumah sakit. Dokter menjelaskan, kalau Tuan Seo mengalami stress dan kelelahan. Dokter juga bilang, Tuan Seo terkena malnutrisi dan memiliki nyeri dada.


Seketaris Yoo pun melaporkan hal itu pada Do Kyung. Do Kyung menyuruh Seketaris Yoo mengantar Tuan Seo pulang, tapi Seketaris Yoo bilang Tuan Seo mau ke kantor polisi. Do Kyung terkejut dan langsung menyusul mereka.


Di kantor polisi, Tuan Seo mencoba mencari informasi tentang jasad Ji An. Ya, Tuan Seo berpikir, Ji An sudah meninggal. Do Kyung yang sudah tiba di kantor polisi, terkejut mendengarnya.


Terpaksa lah Do Kyung memberitahu Tuan Seo kalau ia melihat Ji An di Yeonnam-dong. Do Kyung meyakinkan Tuan Seo kalau Ji An akan segera menghubungi Tuan Seo dan menyuruh Tuan Seo menunggu di rumah.


Tuan Seo pergi ke Yeonnam-dong. Ia sekalian mampir ke toko roti Ji Soo yang letaknya juga di daerah itu. Tapi Tuan Seo hanya berdiri diluar, melihat Ji Soo sedang bekerja.  Tuan Seo lantas menghubungi Ji Soo. Tuan Seo bertanya, apa Ji An menghubungi Ji Soo. Ji Soo bilang tidak. Tuan Seo meminta Ji Soo segera menghubunginya jika Ji An menelpon Ji Soo.

Sehabis dari toko Ji Soo, Tuan Seo pun menyusuri sepanjang jalan Yeonnam-dong.


Sementara itu, Ji An disuruh istirahat oleh pemilik tempatnya bekerja. Sang pemilik cemas, karena Ji An seharian ini terus bekerja dan menyuruh Ji An mencari udara segar sejenak.


Ji An menurut dan pergi jalan2. Tapi baru saja keluar dari tempatnya bekerja, ia bertemu dengan ayahnya.

Sang ayah tersenyum dan ingin mendekat, tapi Ji An melangkah mundur. Tuan Seo terdiam. Sementara mata Ji An tampak berkaca-kaca menatap sang ayah.



Ji An salah paham lagi sama Do Kyung. Padahal niatan Do Kyung baik, tapi Ji An selalu saja menyalahartikan kebaikan Do Kyung itu. Ia menganggap Do Kyung selalu berbuat sesukanya. Padahal mah disini, yang harusnya marah Do Kyung karena ibunya Ji An sudah menipu keluarganya. Tapi ini malah kebalik, Ji An menganggap Do Kyung terus2an mengganggunya.

Saya gak ngerti, apa alasan Ji An membenci Do Kyung… ataukah Ji An sebenarnya bukan membenci Do Kyung, tapi dia merasa terbebani karena Do Kyung bagian dari Haesung dan ibunya sudah membohongi Keluarga Haesung mentah2??

0 Comments:

Post a Comment