My Golden Life Ep 29 Part 1

Sebelumnya...


Do Kyung :  Maaf. Aku tidak mau menikahi seseorang yang tidak kucintai. Aku tahu kedua keluarga mau kami menikah, tapi sepengetahuanku,  itu hanya akan dilakukan jika kami menyetujuinya.

Nyonya No : Tapi So Ra bilang, dia menyukaimu.

Do Kyung : Tapi aku tidak menyukainya.


Nyonya No : Kenapa? Ada apa dengannya? Dia cantik dan dari keluarga baik-baik. Dia sempurna dalam segala hal. Cukup banyak yang bisa kau sukai setelah menikahinya. Tidak, bertunanganlah dahulu...

Do Kyung : Itu tidak akan terjadi.


Nyonya No pun kesal karena Do Kyung menyela ucapannya. Tuan Choi curiga, kalau Do Kyung menjalin komitmen dengan seseorang diam2. Do Kyung pun tidak mengakuinya. Tuan Choi penasaran, alasan Do Kyung tidak menyukai So Ra.

“Aku tidak menyukainya sebagai seorang wanita.” Ucap Do Kyung.

“Kau sungguh mengira itu bisa menjadi alasan?” protes Nyonya No.

“Haruskah aku menjelaskan lagi jika sudah tidak menganggapnya menarik sebagai seorang wanita?” tanya Do Kyung.

“Kalian berdua bukan orang asing.” Jawab Tuan Choi.

“Kau tidak menyadari ini tidak sesederhana itu? Ini masalah pengembangan perusahaan. Ibu yakin kau menyadari itu juga. Menurutmu, kakekmu akan bilang apa jika dia mengetahuinya? Kau tidak akan menjadi penerus lagi.” Ucap Nyonya No.

“Hidupku sama pentingnya dengan perusahaan. Aku tidak akan menikah kecuali yakin benar.” Jawab Do Kyung.

“Jang So Ra bilang dia mau bertunangan sebelum pergi.” Ucap Nyonya No.

“Aku akan mengurus itu.” Jawab Do Kyung.

“Pikirmu kau siapa sampai melakukan itu? Pernikahanmu bukan hanya bergantung kepadamu. Kau penerus Perusahaan Haesung.” Ucap Nyonya No.


Tuan Choi pun menghela napas, lalu memberitahu Do Kyung kalau mereka akan mengumumkan soal Eun Seok ke publik pada perayaan hari jadi Haesung.

Do Kyung pun terkejut mendengarnya. Tuan Choi bilang, itu keputusan CEO No setelah tahu kalau So Ra sekeluarga akan datang ke hari jadi Haesung.

Tuan Choi :  Di galeri, ibumu bilang dia akan mengumumkan Eun Seok pada hari acara.

Do Kyung :  Orang yang mereka lihat adalah Seo Ji An.

Nyonya No : Kita hanya memperkenalkannya dari jauh. Pimpinan mau kita menepati janji. Jika tidak, mereka akan menganggap kita apa?

Do Kyung tidak setuju. Menurutnya, itu terlalu kejam untuk Ji Soo. Tapi sang ibu malah balik memarahinya yang menolak menikahi So Ra. Do Kyung bertanya lagi, apa Ji Soo setuju berpura2 menjadi Ji An. Nyonya No bilang, akan membuat Ji Soo menyetujuinya.


Di kamar, Tuan Choi dan Nyonya No kembali membahas Do Kyung yang menolak dijodohkan dengan So Ra. Nyonya No yakin, mereka akan berada dalam masalah kalau sampai CEO No tahu soal ini. Tuan Choi pun berkata, akan mencoba bicara dengan Do Kyung.


Beralih ke Ji Soo yang memberitahu Do Kyung kalau Ji An sudah kembali. Ji Soo merasa, ia harus memberitahu Do Kyung soal Ji An karena tahu Do Kyung mengkhawatirkan Ji An. Melihat reaksi Do Kyung yang biasa aja mendengar soal Ji An, Ji Soo pun heran. Do Kyung pun hanya berkata, kalau Ji Soo pasti senang sudah bertemu dengan Ji An. Ji Soo tidak menanggapi perkataan Do Kyung dan memilih kembali ke kamarnya padahal Do Kyung masih ingin bicara.

Sepeninggalan Ji Soo, Tuan Choi menghampiri Do Kyung. Mereka pun bicara di kamar Do Kyung.


Tuan Choi : Katamu kau menyukainya saat kali pertama menemuinya. Ayah tidak mengerti alasanmu bertindak amat gegabah sekarang.

Do Kyung pun mengaku, kalau ia baru menyadari perasaannya setelah bertemu dengan So Ra. Tuan Choi pun minta penjelasan kenapa Do Kyung tidak mau menikahi So Ra. Tuan Choi berkata, keputusan Do Kyung akan mempengaruhi posisi Do Kyung di perusahaan.

“Aku amat menyadari itu.” Jawab Do Kyung.

“Ayah tidak bisa menghentikan Jang So Ra, orang tuanya, dan pasangan pimpinan New World agar tidak datang ke acara itu. Nanti Pimpinan akan memperkenalkan Ji Soo, seolah-olah dia Ji An.” Ucap Tuan Choi.


Tuan Choi juga berkata, CEO No akan berhasil jika sudah bertekad. Terakhir, Tuan Choi bertanya, bisakah Do Kyung mengatasi konsekuensinya. Do Kyung pun terdiam.

Akankah nyali Do Kyung ciut setelah mendengar perkataan sang ayah barusan?


Hyuk datang ke studio saat Ji An masih sibuk mengamplas. Ji An bilang, dia akan pulang setelah menyelesaikan pekerjaannya. Tuan Sun lantas pergi meninggalkan mereka. Setelah ayahnya pergi, Hyuk pun menanyakan soal Do Kyung pada Ji An. Ia penasaran kenapa Do Kyung datang lagi menemui Ji An.

“Aku meninggalkan tasku kali terakhir berada di sana. Dia datang mengembalikannya karena aku tidak mengambilnya.” Jawab Ji An.


Di kamarnya, Do Kyung sedang memikirkan kata2 terakhir sang ayah soal konsekuensi yang akan diterimanya jika membatalkan perjodohannya dengan So Ra.


Paginya, Nyonya No yang baru keluar dari kamar, menyuruh Seketaris Min memanggil Do Kyung. Seketaris Min berkata, kalau Do Kyung sudah pergi sejak tadi. Nyonya No pun terkejut.


Do Kyung menyendiri di tempat minum bir favorit Ji An. Ia mengingat kenangannya bersama Ji An saat ia menemani Ji An minum bir di sana untuk yang pertama kalinya. 


Do Kyung tiba2 tersenyum. Do Kyung kemudian teringat obrolannya dengan Ji An saat mereka menuju ke rumah sehabis minum bir di sana.

“Aku tidak memilih untuk galau, tapi aku galau.” Ucap Ji An.

“Tidak. Kau memilih begitu. Kau tahu alasannya? Kebanyakan orang galau walaupun tahu jawabannya. Apa ini lebih baik atau yang itu lebih baik? Haruskah kulakukan ini atau kulakukan itu? Itu bukan galau. Itu ketamakan. Aku yakin kau mungkin menginginkan sedikit dari hal yang harus kau buang.” Jawab Do Kyung.

Teringat kata2 terakhir pada Ji An saat itu, Do Kyung pun mulai merasa yakin.


Tidak seperti biasanya, Nyonya No membiarkan Ji Soo sarapan dengan dua potong roti, dua telur ceplok dan potongan sosis.


Nyonya No lalu mengajak Seohyun berbelanja di Paris setelah konser kelulusan Seohyun. Tapi Seohyun tidak menanggapi ajakan sang ibu dan meminta Ji Soo datang ke konser kelulusannya. Tuan Choi bilang, Ji Soo juga harus menghadiri perayaan hari jadi Haesung karena mereka akan mengumumkan ke publik bahwa sudah menemukan Eun Seok.


Ji Soo terkejut, apa maksud ayah? Tuan Choi pun mengajak Ji Soo bicara setelah sarapan. Sementara itu, Seohyun penasaran orang tuanya akan memperkenalkan Ji Soo sebagai Ji Soo atau sebagai Ji An. Nyonya No pun langsung marah.

“Seo Hyun, belakangan ini kamu bersikap seenaknya. Beraninya kau mendiskusikan masalah keluarga!”

Seohyun hanya bisa minta maaf.


Usai sarapan, Tuan Choi dan Nyonya No mengajak Ji Soo bicara kamar. Ji Soo terkejut mengetahui dirinya akan diperkenalkan sebagai Ji An. Nyonya No pun menjelaskan, itu karena calon mertua Do Kyung dan Seohyun sudah bertemu dengan Ji An. Nyonya No bilang, jika mereka sampai tahu soal tertukarnya Ji Soo dan Ji An, maka baik Do Kyung maupun Seohyun bisa batal menikah.

“Kenapa pernikahan mereka bisa batal karena itu?” tanya Ji Soo heran.

“Di dunia ini, orang-orang mempertimbangkan sejarah dan status sebuah keluarga.” Jawab Nyonya No.

“Aku tidak ingin diperkenalkan dan tidak ingin menemui orang lain juga. Aku tidak siap hidup sebagai Choi Eun Seok.” Ucap Ji Soo.

“Keadaan kita sulit karena Yang Mi Jung. Jika berita soal penukaran putri kami tersebar, reputasi kakekmu akan tercoreng dan seluruh keluarga akan dicemooh. Kau harus mengikuti Bu Min dan mempelajari tata krama dasar setelah bekerja. Kau hanya perlu tampil beberapa menit. Setelah itu, semua selesai.” Jawab Nyonya No.


Ji Soo pun melirik ayahnya, berharap sang ayah akan mengerti dirinya. Tapi sang ayah malah memberitahunya, kalau itu adalah permintaan sang kakek.

Ponsel Tuan Choi berdering. Telepon dari CEO No yang ingin bicara dengan Ji Soo.


CEO No pura2 batuk saat Ji Soo menerima teleponnya. CEO No mengaku, tidak bisa tidur karena cemas dan meminta Ji Soo menyelamatkan reputasinya. Ji Soo pun kebingungan.


Begitu sampai di atas, Seohyun yang sudah menunggu Ji Soo sedari tadi, langsung menghampiri Ji Soo. Seohyun bertanya, apa Ji Soo diminta berpura2 menjadi Ji An. Ji Soo kaget Seohyun mengetahuinya.

“Aku sudah menduganya. Pernikahanku dan Kak Do Kyung bergantung pada ini. Ini masalah serius. Reputasi Kakek adalah yang terpenting.” Jawab Seohyun.

“Tampaknya orang tua kita juga berpikir begitu.” Ucap Ji Soo.

“Mereka hanya menuruti keinginan Kakek. Di keluarga ini, apa pun yang Kakek katakan, itu selalu benar. Ucapannya mutlak. Ibu, Ayah, dan Kak Do Kyung tidak bisa melawannya. Dia pendiri Perusahaan Haesung. Seseorang bisa kehilangan kesempatan menjadi pimpinan, tergantung dia memberikan sahamnya kepada siapa.” Jawab Seohyun.

“Tampaknya kakek baik dan lembut.” Ucap Ji Soo.

“Jika kakak menolak menghadiri acara itu, mungkin kakek akan memilih paman menjadi pimpinan.” Jawab Seohyun.

“Tapi ayah adalah wakil pimpinan.” Ucap Ji Soo.
“Tidak ada hubungannya dengan menjadi menantu tertua. Dia tidak memedulikan sedarah atau tidak. Dia akan memilih yang paling kompeten sampai Kak Do Kyung mewarisi perusahaan.” Jawab Seohyun.

“Tapi kenapa calon mertuamu dan Kak Do Kyung begitu penting?” tanya Ji Soo.

“Keluarga So Ra merupakan bagian dari lingkup kehakiman dan kita membutuhkan New World sebagai partner bisnis. Impian seumur hidupnya adalah menjadi salah satu dari 10 perusahaan termaju.” Jawab Seohyun.

“Kakak tidak memahaminya. Ini hanya perusahaan. Bisa-bisanya mereka menikahkan anak untuk mendapat keuntungan.” Ucap Ji Soo.


Do Kyung sarapan bersama So Ra. Do Kyung mengira So Ra suka bangun pagi. So Ra balik bertanya, kenapa Do Kyung menghubunginya jika Do Kyung berpikir dia mungkin akan tidur larut malam.

“Kurasa kau tidak memikirkanku sampai mengajakku sarapan siang pukul 10.00.” ucap So Ra.

“Terkadang kau ketus.” Jawab Do Kyung.

“Aku berusaha begitu saat ada kesempatan. Selama ini aku selalu berusaha sopan.” Ucap So Ra.

“Kau juga amat jujur.” Ucap Do Kyung.


“Aku tidak begini di hadapan sembarang orang. Sama seperti pepatah, kita tidak boleh memaksakan kehendak.” Jawab So Ra.

“Orang-orang tidak begitu nyaman di dekatku.” Ucap Do Kyung.

Tapi kau orang jujur. Seperti hari ini.” Jawab So Ra.

“Seperti hari ini?” tanya Do Kyung.

“Sarapan siang ini hanya alasan.” Jawab So Ra. So Ra lantas bertanya, apa yang ingin Do Kyung bicarakan.

“Ada yang ingin kusampaikan.” Ucap Do Kyung.


“Berarti dia hanya masa lalu?” tanya So Ra.

“Tidak, ada yang lain.” Jawab Do Kyung, mengejutkan So Ra.

“Aku tidak tahu ingin berselingkuh dengannya atau memutuskan hubungan dengannya. Kau menyadarkanku. Kukira aku bisa menikahimu seperti yang direncanakan. Kukira aku tidak mencintainya sedalam itu. Tapi aku sadar aku salah. Jadi, aku tidak bisa menikahimu, Jang So Ra-ssi.” Ucap Do Kyung.

“Aku tahu kau tidak bisa menikahiku.” Jawab So Ra.

“Kau tahu?” tanya Do Kyung.

“Tapi aku berharap suatu hari kau akan melupakannya.” Jawab So Ra.

“Maafkan aku.” Ucap Do Kyung.


“Kau lebih berani dariku. Tapi mau bagaimana lagi? Aku tidak seberani dirimu. Jadi, aku tidak bisa membantumu. Aku yakin kau belum bisa memberi tahu keluargamu. Maka kau membutuhkan bantuanku. Tapi aku tidak bisa membantumu. Aku tidak bisa memberi tahu orang tuaku, bibiku, pamanku, dan kakekku. Aku tidak bisa bilang tidak menyukaimu.” Jawab So Ra.

“Aku mengerti. Aku tidak berharap kau melakukan itu. Batalkan saja pertunangannya. Serta tolong jangan hadir ke acara perayaan hari jadi kami.” Ucap Do Kyung.

“Jika bisa melakukan itu, aku juga tidak akan memikirkan pertunangan ini.” Jawab So Ra.

“Jika bersedia menikahi pria yang mencintai wanita lain, kau tidak akan mencari tahu tentang aku. Katamu kau tidak ingin menikah jika tidak ada cinta.” Ucap Do Kyung.

“Kenapa tidak sampaikan saja kau mencintai orang lain?” tanya So Ra.

“Aku tidak bisa melakukan itu. Hubungan kami belum jelas.” Jawab Do Kyung.

“Hubungan kalian belum jelas?” tanya So Ra.

“Belum.” Jawab Do Kyung.


Hyuk yang sedang membantu noona nya membuka kafe, menanyakan soal Boss Kang ke noona nya. Hyuk bilang, Boss Kang tahu dia adik noona nya. Hee pun berbohong, dia bilang tidak sengaja memberitahu Boss Kang kalau Hyuk itu adiknya.

“Lantas kenapa dia menyuruhku menanyakan alasan kakak berhenti membeli rotinya?” tanya Hyuk, membuat Hee kebingungan harus menjawab apa.

“Apakah dia si Pak Monster?” tanya Hyuk lagi, membuat Hee kaget.

“Saat di kelas lima, kita pergi ke kebun binatang karena pekerjaan rumahku. Kakak ke sana bersama teman Kakak. Dia menggendongku di bahunya agar aku bisa melihat lebih jelas. Dia tampak menakutkan, jadi, aku memanggilnya Pak Monster.” Jawab Hyuk.

Hee tidak menyangka Hyuk masih mengingatnya.

“Kakak menangis dan bilang tidak bisa menikah. Ibu menangis dan meminta kakak menikahi mantan suami Kakak. Apakah karena Pak Kang?” tanya Hyuk.

Hee pun mengakuinya. Hyuk lantas memberitahu noona nya kalau Boss Kang masih mencintai noona nya.

“Seharusnya kakak tidak membuka kafe di sini.” Ucap Hee.

“Dia pria baik. Kenapa kakak enggan mengencaninya?” tanya Hyuk.

“Tidak bisa!” jawab Hee.

“Kenapa? Karena dia masih lajang?” tanya Hee.


Hee pun teringat masa lalunya, saat ia dirawat di rumah sakit setelah mengalami KDRT. Dokter mengatakan, bahwa ia keguguran. Dokter juga memvonis dirinya tidak akan bisa hamil lagi.


Hyuk bertanya lagi, apa Boss Kang tidak tahu Hee sudah bercerai. Hee pun memohon, agar Hyuk tidak ikut campur urusannya. Hee bilang, itu hidupnya. Barulah Hyuk diam.

Oalaaah, jadi itu alasannya Hee terus2an menolak Boss Kang.

Di toko roti, Boss Kang dan Ji Soo sama2 terlihat lesu. Ada dua roti tersisa. Boss Kang pun menyuruh Ji Soo membawa pulang dua roti itu karena dia mau menutup tokonya lebih awal. Ji Soo mengerti.

Ponsel Ji Soo berdering. Telepon dari Tuan Seo yang mengajaknya makan siang.


Ji Soo dan Tuan Seo bertemu di taman. Tuan Seo tidak mengerti, kenapa Ji Soo mau bertemu diluar padahal cuaca lagi dingin2nya. Ji Soo bilang, dia hanya keluar sebentar karena ayahnya mengajak bertemu. Tuan Seo lalu menyuruh Ji Soo duduk. Tapi dia kemudian tertegun karena Ji Soo memilih duduk agak berjauhan darinya.

“Ji Soo-ya, mianata. Ayah, ah tidak. Aku minta maaf.” Ucap Tuan Seo.

“Sudah terlambat untuk itu.” Jawab Ji Soo.


“Maaf ayah mengambilmu. 25 tahun lalu, ayah mengambilmu dan menjadikanmu putri ayah. Maafkan ayah atas itu. Seharusnya ayah lebih rasional dan menghubungi polisi. Dengan begitu, kau bisa hidup lebih baik. Maaf hidupmu berubah karena ayah. Entah kau percaya atau tidak, ayah menyayangimu selayaknya putri ayah sendiri. Tapi akhirnya, karena ayah mengambilmu, ayah rasa kau tidak bisa menjadi putri ayah. Ada banyak hal yang ingin ayah sampaikan kepadamu. Tapi ayah rasa semua sudah terlambat. Kini kau sudah pindah ke rumah orang tua kandungmu. Dan Ji An sudah kembali dengan selamat. Ayah rasa orang tua tidak bisa membedakan anak kandungnya.” Ucap Tuan Seo.

“Apa maksud ayah?” tanya Ji Soo.


“Ayah kira kakakmu tewas di suatu tempat. Ayah mengenal Ji An. Itu sebabnya, ayah amat takut putri ayah akan tewas dan tidak memedulikan putri ayah yang lain. Itu salah ayah. Meskipun kalian bersaudara, rasa sakit kalian pasti berbeda. Tapi ayah menilainya dari perspektif ayah dan malah menyakitimu. Ayah sungguh minta maaf.” Jawab Tuan Seo.

“Ayah kemari untuk mengucapkan selamat tinggal?” tanya Ji Soo. Tangis Ji Soo pecah.

“Kini ayah sudah tidak berguna bagi kalian semua.” Jawab Tuan Seo.

“Ayah ingin bertemu untuk mengucapkan selamat tinggal?” tanya Ji Soo.

“Kini kau putri mereka.” Jawab Tuan Seo.

“Itu yang ingin ayah sampaikan? Aku tahu. Kenapa ayah mengatakan hal yang sudah kuketahui?” protes Ji Soo.

“Ayah tidak sempat meminta maaf. Ayah selalu berharap kamu bahagia. Ayah selalu ingin membuatmu bahagia. Bahkan sekarang, ayah ingin kau bahagia, begitu pula di masa depan. Kau terlahir dengan hati yang baik dan polos. Kau akan selalu disayangi, ke mana pun kau pergi. Kini kau harus menerima kasih sayang yang diberikan orang tua kandungmu. Ji Soo-ya, ayah pamit. Jaga dirimu.” Ucap Tuan Seo sembari menahan air matanya.


Tuan Seo pun beranjak pergi. Ji Soo hanya bisa terdiam dan menangis sembari memandangi punggung ayah yang sudah membesarkannya.


Hyuk yang melintas di depan toko roti, melihat Boss Kang yang tertunduk lesu. Hyuk menghela napas, lalu kembali mengayuh sepedanya.


Ji Soo menyusuri jalanan  sembari menangis karena sang ayah meninggalkannya. Dari kejauhan, Hyuk melihat Ji Soo. Ji Soo yang terluka, sampai2 tidak melihat sebuah mobil melaju kencang ke arahnya saat ia mau menyebrang. Melihat itu, sontak Hyuk mencampakkan sepedanya dan berlari untuk menyelamatkan Ji Soo. Ia menarik tubuh Ji Soo ke pinggir. Dalam pelukan Hyuk, Ji Soo menangis sejadi2nya. Ji Soo berkata, kalau tidak ada yang membutuhkannya.

Poor Ji Soo. Seo Eun Soo mengeksekusi perannya dengan baik. Aktingnya juga sama bagusnya dengan Shin Hye Sun. Pas adegan ini, saya ikut kebawa perasaan.


Hyuk lalu membawa Ji Soo ke sebuah kafe. Ji Soo masih terisak. Dia duduk sendirian menunggu Hyuk. Tak lama kemudian, Hyuk datang membawa dua cangkir cokelat panas. Hyuk bilang, Ji Soo membutuhkan sesuatu yang manis karena Ji Soo sedang sedih. Ji Soo minta maaf karena sudah merepotkan Hyuk.

“Kita sudah lama berteman. Ini sama sekali tidak merepotkan.” Jawab Hyuk.

Hyuk lalu menyuruh Ji Soo minum cokelat panas itu.

“Selama ini kau selalu ceria. Kau pasti amat kesulitan.” Ucap Hyuk.

“Aku tahu. Aku tidak percaya hal seperti ini menimpaku.” Jawab Ji Soo.

“Aku pendengar yang baik. Wanita biasanya merasa lebih baik setelah menceritakan masalah mereka. Ceritakan kepadaku jika kau butuh pendengar. Aku akan membuka telinga dan menutup mulutku. Aku juga pandai menjaga rahasia.” Ucap Hyuk.


Hyuk lalu menunjuk seorang pria yang duduk di belakang Ji Soo. Hyuk bilang, pernah melihat pria itu di kafe. Dia terus menulis dan menghapus surat pengunduran dirinya sambil menangis.

Hyuk juga menceritakan tentang kenalannya yang tak bisa melupakan seseorang.

“Dia naik ke gunung di malam hari untuk mati.” Ucap Hyuk.

“Kenapa dia ingin bunuh diri di sana?” tanya Ji Soo.

“Dia sungguh ingin mati.” Jawab Hyuk.

“Astaga. Pasti dia amat menderita. Memikirkan kematian saja membuatku takut.” Ucap Ji Soo.

“Kau tidak separah itu, bukan?” tanya Hyuk.

“Tentu saja tidak.” Jawab Ji Soo.

“Syukurlah kalau begitu.” Ucap Hyuk sembari tersenyum.


“Omong-omong, dia tidak mati, bukan? Bagaimana dia bertahan hidup? Keadaannya sekarang baik-baik saja?” tanya Ji Soo penasaran.

“Dia beruntung. Kini, dia berusaha hidup lebih baik.” Jawab Hyuk.

“Baguslah.” Ucap Ji Soo.

“Jika dipikirkan, semua orang punya kisah masing-masing.” Jawab Hyuk.

“Tapi kau tidak punya.  Kau selalu percaya diri dan tampak bahagia. Kau selalu tampak santai.” Ucap Ji Soo.

“Aku memang terlihat seperti itu. Aku juga punya kisah sendiri. Tapi melupakannya adalah bagian dari hidup. Aku hanya menunggu waktu sampai bisa melewatinya.” Jawab Hyuk.

“Melupakan rasa sakit adalah bagian dari hidup, jadi, kau harus menunggu.” Ucap Ji Soo.

Ji Soo lalu berterima kasih karena Hyuk sudah membuatnya merasa lebih baik.


Akhirnya scene yang saya tunggu2 nongol juga... Ji An berdiri di minimarket, menunggui ramennya siap. Tiba2, Do Kyung nongol disampingnya dan mengaku sangat membenci musim dingin. Do Kyung juga berkata, kalau ia bisa makan bersama Ji An seperti itu. Ji An diam saja. Ia berusaha sebisa mungkin untuk tidak menanggapi Do Kyung.

“Kau memandangku seakan-akan aku anjing liar.” Ucap Do Kyung lagi. Ji An tetap diam dan terus menyeruput ramennya.

“Aku sudah bilang akan kembali. Aku tidak makan banyak saat sarapan siang.” Oceh Do Kyung.

Do Kyung pun mulai menyantap ramennya dan memuji rasanya. Do Kyung lantas mengoceh lagi pada Ji An. Ia menyuruh Ji An berteriak memarahinya karena ia datang lagi. Tapi Ji An tetap diam dan terus menyeruput ramennya.


Singkat cerita, Ji An sudah selesai makan dan langsung pergi. Do Kyung yang baru mau mulai makan pun terpaksa membuang ramennya dan bergegas menyusul Ji An.

“Aku datang hari ini untuk memperingatkanmu bahwa aku akan terus datang. Aku sungguh akan terus datang. Kau tidak ingin tahu alasannya? Kau tidak penasaran? Aku sungguh akan datang terus.” Ucap Do Kyung.

“Kau sudah menemui Nona Jang. Kenapa kau melakukan ini?” protes Ji An.

Do Kyung pun senang Ji An tahu dirinya sudah menemui So Ra. Ia pikir, Ji An penasaran pertemuannya dengan So Ra.
“Lantas bagaimana kau tahu? Kau menanyai Seohyun?” tanya Do Kyung.


“Kenapa kau terus datang?” protes Ji An.

“Karena aku merindukanmu. Kurasa aku akan terus merindukanmu.” Jawab Do Kyung.

“Kau akan terus datang setiap merindukanku?” tanya Ji An.

“Ya.” Jawab Do Kyung.

“Tapi aku tidak menyukaimu.” Ucap Ji An.


“Tidak sekarang. Tapi perlahan kau akan senang melihatku.” Jawab Do Kyung.

“Kau suka berkhayal.” Ucap Ji An.

“Aku tidak suka berkhayal. Aku punya harapan.” Jawab Do Kyung.

“Aku tidak ingin terlibat dalam permainan cintamu. Aku mengenal keluargamu.” Ucap Ji An.

“Aku tahu kau takut.” Jawab Do Kyung.

“Berhenti berkhayal dan sadarlah. Kau sungguh salah paham, Pak Choi.” Ucap Ji An.

“Aku tidak sebodoh itu sampai tidak memahami perasaanku.” Jawab Do Kyung.


“Kenapa kau berusaha agar aku dipekerjakan? Kenapa kau mendaftarkanku untuk pekerjaan itu? Karena aku adikmu, kau merasa terikat denganku dan kasihan kepadaku? Bukan itu alasan sebenarnya. Kau melakukan itu agar merasa lebih baik. Kau tidak melakukannya demi aku. Kau melakukan itu agar merasa lebih baik. Kau seperti itu. Kau hanya mau menolong jika tidak akan merugi. Perlakuanmu kepadaku di hari terakhir itu adalah buktinya.” Ucap Ji An.

“Jadi? Kau tidak memercayaiku?” tanya Do Kyung.

“Maksudku, kau hidup di dunia yang benar-benar berbeda. Sama dengan perasaanmu. Jika takut atau berubah pikiran, kau akan langsung melarikan diri. Jadi, berhenti berkhayal dan mengganggu hidupku.” Jawab Ji An.

“Aku seperti itu karena tidak bisa melakukannya.” Ucap Do Kyung.

“Itu masalahmu.” Jawab Ji An.


“Kau seperti ini karena tidak bisa memercayaiku, bukan?” tanya Do Kyung.

“Kau melakukannya lagi. Aku sudah muak denganmu. Sudah kubilang berkali-kali. Tapi kau masih mengira aku tidak serius. Kau memang searogan itu. Pikirmu aku akan menerima tanganmu setiap kamu mengulurkannya. Kau sungguh angkuh.” Jawab Ji An.

Tapi yang dimarahi malah tersenyum. Ji An pun heran dan penasaran kenapa Do Kyung tersenyum.

“Karena aku menyukainya. Ji An-ni, Seo Ji An, kau benar-benar sudah kembali. Kau memarahiku lagi. Masih belum sepenuhnya, tapi kau hampir kembali normal.” Ucap Do Kyung.


“Kini kau amat licik. Bisa-bisanya kau tersenyum.” Protes Ji An.

“Entahlah. Aku tidak bisa berhenti. Aku harus bagaimana?” tanya Do Kyung sembari tertawa.

“Astaga, ini gila.” Jawab Ji An.

“Sudah cukup untuk hari ini. Kau harus kembali bekerja. Aku akan menemuimu lagi. Dah.” Ucap Do Kyung lalu beranjak pergi.


Nyonya No cemas. Ia takut kalau2 Do Kyung pergi menemui Nyonya Son untuk membatalkan pernikahan dengan So Ra. Karena itulah, ia menghubungi Nyonya Son untuk mengeceknya. Nyonya Son berkata, kalau So Ra pergi sarapan bersama Do Kyung. Nyonya Son juga bilang, akan pergi berbelanja baju yang akan dipakai ke perayaan Haesung. Nyonya Son bilang, So Ra tidak boleh memakai sembarang baju.


Hyuk lagi sama ayahnya di studio. Saat tidak ada orang, barulah mereka bersikap sebagai ayah dan anak. Tuan Sun protes karena Hyuk membutuhkannya hanya saat bekerja. Hyuk bilang, ia membutuhkan sang ayah sebagai tukang kayu.


Tak lama kemudian, Ji An datang dan mereka pun kembali bersikap seperti atasan dan bawahan.

“Kamu makan siang sendiri. Kenapa lama?” tanya Hyuk.

“Aku menghabiskan waktu sendiri.” Jawab Ji An. Ji An lalu bertanya, apa yang sedang Hyuk lakukan.

“Aku memilih bahan untuk sudut interior.” Jawab Hyuk.

Hyuk lantas menunjukkan desainnya dan menyuruh Ji An membuat lampu meja. Ji An pun penasaran, kenapa harus dia yang membuatnya.

“Dahulu kau ingin menjadi pemahat kayu.” Jawab Hyuk.

“Tapi sudah lama aku tidak melakukannya.” Ucap Ji An.

“Jadi? Kau tidak mau mencoba?” tanya Hyuk.

“Kau ingin aku membuat sampel, bukan? Untuk melihat apakah kau bisa menjualnya.” Ucap Ji An.

“Tergantung dari caramu membuatnya. Aku amat ketat jika berkaitan dengan kualitas.” Jawab Hyuk.

Sontak, semangat Ji An terpacu. Ia pun ingin bersaing dengan Hyuk.


Ji Soo akhirnya mendatangi tempat belajarnya. Di sana, ia bertemu Bu Yang yang dulu pernah mengajari Ji An juga. Bu Yang membungkukkan badannya, memperkenalkan diri sebagai mentor Ji Soo. Ji Soo pun ikut melakukan hal yang sama.

“Anda tidak seharusnya membungkuk. Cukup mengangguk saja. Anda tidak boleh membungkuk kepada pegawai Anda.” Ucap Bu Yang.

“Kenapa tidak boleh?” tanya Ji Soo.

“Itu kebiasaan orang dari kelas atas. Anda menghabiskan uang untuk sesuatu yang Anda dapatkan.” Jawab Bu Yang.

“Jadi apa yang akan kupelajari?” tanya Ji Soo.


Ji Soo pun mulai diajari semuanya. Dari cara berjalan, cara duduk sampai cara memberi salam pada orang lain.

Setelah itu, Ji Soo latihan pidato dibawah arahan Seketaris Min. Tapi Ji Soo terus melakukan kesalahan sampai harus mengulang2 beberapa kali.


Tuan Seo yang duduk di kamar Ji An dan Ji Soo, teringat kembali masa lalunya.

Flashback...


Saat itu, Tuan Seo dan Nyonya Yang baru saja kembali ke rumah dari acara pernikahan. Nyonya Yang menggandeng Ji Soo kecil dan Tuan Seo menggandeng Ji An kecil. Nyonya Yang mengaku hampir menangis saat upacara penyambutan tadi.

“Tentu saja. Aku amat bangga kepada mereka. Aku tidak akan bisa merelakan mereka untuk menikah.” Jawab Tuan Seo.

“Ayah, menikah itu apa?” tanya Ji Soo.

“Dasar bodoh. Kau tidak tahu? Menikahi pria yang kau cintai.” Jawab Ji An.

“Maka aku akan menikahi ayah.” Ucap Ji Soo.

“Ayah akan menikah denganku.” Jawab Ji An.

“Tidak, aku!” ucap Ji Soo, lalu melepaskan pegangan tangan Tuan Seo dari Ji An.

“Ayah mau menikah denganku, bukan?” tanya Ji An.

“Aku akan memberimu gaun dan mahkota putriku.” Jawab Ji Soo.

“Aku tidak membutuhkan itu.” Ucap Ji An.

“Kau pasti senang. Banyak gadis yang ingin menikahimu.” Jawab Nyonya Yang.

Ji Soo lalu menangis dan menyuruh Ji An menikahi Ji Tae saja. Tuan Seo pun langsung menggendong Ji Soo. Melihat Ji Soo digendong sang ayah, Ji An ikutan menangis. Tuan Seo pun tertawa geli melihat tingkah kedua putrinya.

Flashback end...


Beralih ke Ji Tae dan Soo A yang langsung memasak makan malam begitu tiba di rumah. Mengira tak ada sang ayah di rumah, Ji Tae dan Soo A pun memutuskan memasak untuk mereka berdua saja. Tapi saat hendak mulai makan, Tuan Seo turun ke bawah.

Begitu sampai di bawah, Tuan Seo langsung ke dapur untuk memasak ramen. Ji Tae dan Soo A menyuruh Tuan Seo memakan makanan mereka saja tapi Tuan Seo menolak. Tuan Seo juga menyindir Ji Tae dan Soo A yang selama ini selalu makan dan melakukan semuanya di kamar kecuali mandi.


Ji Tae kesal dan langsung mengajak Soo A makan diluar. Di luar, mereka bertemu Nyonya Yang yang baru pulang. Soo A terkejut karena Nyonya Yang pulang cepat. Nyonya Yang berkata, itu karena ia mengkhawatirkan Tuan Seo. Ji Tae lalu memberitahu ibunya kalau Ji Ho sudah menemui Ji An. Ji Tae juga menyebut ayahnya sebagai ayah yang aneh.

“Ada apa dengannya?” tanya Nyonya Yang heran. Ji Tae tidak menjawab dan bergegas pergi.


Sampai di dalam, Nyonya Yang mendapati suaminya lagi makan ramen. Nyonya Yang menyuruh suaminya makan omelet buatan Ji Tae dan Soo A. Tapi Tuan Seo diam saja dan mulai melahap ramennya. Tapi belum sempat ramen itu ditelannya, ia pun kembali ingin muntah.

“Kau tidak makan seharian, jadi kau tidak boleh makan ramen!” teriak Nyonya Yang.


Sekembalinya dari kamar mandi, Tuan Seo mau menyantap ramennya lagi. Tapi gak jadi karena perutnya yang terasa sakit. Nyonya Yang menyuruh Tuan Seo makan makanan yang sudah dimasak Ji Tae dan Soo A. Tuan Seo menolak dan berkata tak ingin makan masakan Ji Tae dan Soo A.

Nyonya Yang ingin membuatkan bubur, tapi Tuan Seo menolak dan melarang istrinya melakukan sesuatu untuknya.


Soo A kesal karena mereka berakhir di warung mie udon. Ji Tae langsung sewot, ia bilang mereka tidak mungkin membiarkan ayahnya makan ramen sementara mereka enak2 makan nasi.

“Memangnya dia tidak bisa makan ramyeon?” protes Soo A.

“Bukan tidak bisa. Tapi ini giliran kita memasak dan kita memakai semua nasinya.” Jawab Ji Tae.

“Tapi ayahmu kan diam saja.” Ucap Soo A.

“Tetap saja itu memalukan.” Jawab Ji Tae.

“Tidak perlu repot-repot. Kita hanya akan meminta Ibu menyiapkan makan malam untuk Ayah juga.” Ucap Soo A.

Omo.... ternyata Soo A sama aja kayak Ji Tae.. tadinya sy pikir, Soo A bisa jadi pendingin Ji Tae saat Ji Tae berdebat dengan Tuan Seo.. tapi ternyata sy salah... dia malah lebih egois dari Ji Tae.


Saat Tuan Seo lagi mencuci piring, Nyonya Yang diam2 memeriksa ponsel Tuan Seo. Ia mencari nomor Ji An di daftar kontak, tapi tidak menemukannya. Saat memeriksa kotak masuk, ia menemukan pesan dari Ji An. Nyonya Yang pun heran Tuan Seo tidak menyimpan nomor Ji An.


Do Kyung ke kantor Gi Jae. Tak lupa, ia membawakan makan siang untuk Gi Jae. Gi Jae bisa menebak tujuan Do Kyung datang ke kantornya. Do Kyung pun mengaku kalau dia sudah bilang ke orang tuanya tidak akan menikahi So Ra.

“Mereka mengusirmu?” tanya Gi Jae.

“Mereka tidak mempercayaiku atau mereka mungkin mengira aku bisa mengendalikan perasaanku.” Jawab Do Kyung.

“Kau sudah menyatakan perasaanmu pada Ji An? Dia menyuruhmu meninggalkan keluargamu?” tanya Gi Jae.

“Tidak. Aku bahkan tidak sempat memberitahunya.” Jawab Do Kyung.


“Bukankah seharusnya sebaliknya? Kau seharusnya mengencaninya dahulu baru memberi tahu orang tuanya. Walaupun itu tidak berhasil.” Ucap Gi Jae.

“Ji An bahkan tidak mau menatap mataku.” Jawab Do Kyung.

“Kau ahli waris Perusahaan Haesung. Walaupun bilang kau membutuhkannya dan mogok makan 100 hari, kau tidak akan direstui.” Ucap Gi Jae.

“Aku jahat kepada Ji An dan mengkhawatirkannya saat dia tidak ada. Bahkan saat melihatnya, kukira aku akan menempuh hidupku sendiri. Setelah tahu dia baik-baik saja dan bahkan setelah mencarikannya pekerjaan yang stabil, kukira aku akan menempuh hidupku sendiri. Kukira aku bisa. Tapi aku tidak bisa melakukan itu. Aku tidak bisa berbalik meninggalkannya.” Jawab Do Kyung.

“Aku sudah lama tahu kau agak berbeda. Kami masih punya simpanan, tapi kau tidak sejak dijodohkan dengan So Ra. Kencani Ji An diam-diam seperti kami. Kau bisa berhenti kapan saja. Kau melempar bom bahkan sebelum mulai berkencan? Bagaimana kau akan mengatasi itu?” tanya Gi Jae.

“Ji An tahu aku harus menikahi So Ra. Kecuali kuakhiri hubunganku dengan So Ra, aku tidak bisa memulai hubungan dengan Ji An. Terlebih lagi, aku amat jahat kepadanya hanya untuk melindungi statusku.” Jawab Do Kyung.

“Choi Do Kyung, sebesar apa tekadmu?” tanya Gi Jae.

Bukannya menjawab, Do Kyung malah bertanya balik darimana Ji An bisa tahu dia sudah menemui So Ra. Gi Jae pun hanya bisa menghela nafas melihat nasib cinta sahabatnya itu.


Di studio, Ji An meminta bantuan Hyuk karena ada bagian perabotnya yang tersangkut. 
Hyuk : Kau bertekad menyelesaikannya hari ini? Kau tidak lihat ini pukul berapa?

Ji An lalu melirik jam, ia tidak menyangka hari sudah mulai larut.


Tak lama kemudian, Ji An menyadari sesuatu. Ia lalu berkata pada Hyuk, kalau pernah menggambar lampu meja itu di kelas seni kayu.

Flashback...

Saat masih sekolah, Ji An menunjukkan sketsanya di hadapan teman2nya dan berkata akan membuat salah satunya. Hyuk melihat desain Ji An dan memilihkan desain lampu meja untuk diikut sertakan dalam kompetisi.

Ji An kemudian mengambil paksa buku desain Hyuk dan melihat desain kotak musik Hyuk. Mereka lalu berjanji akan membuatkan produk untuk satu sama lain.

Flashback end...


“Aku masih menyimpan kotak musik yang kamu berikan kepadaku. Aku memastikan menyimpannya setiap kali pindah. Tapi aku belum membuatkanmu lampu.” Ucap Ji an.

“Pada hari pertama kelas dua, aku terkejut mendengar kau pindah.” Jawab Hyuk.

“Aku menyadari kau terus membangkitkan kembali semua kenanganku yang hilang.” Ucap Ji An.

Hyuk tersenyum, lalu pamit pergi untuk menjemput kakaknya.

Saat hampir tiba di kafe kakaknya, ia melihat Boss Kang masuk ke kafe kakaknya. Hyuk pun tidak jadi masuk dan memilih pergi.


Boss Kang datang untuk menanyakan dimana Hee menyimpan bangau kertas yang dibuangnya. Ia tidak percaya saat Hee bilang sudah membuangnya.

Yakin dengan perasaannya, Boss Kang beranjak ke dapur Hee. Dan ia menemukan bangau kertas itu di bawah meja kasir.

“Berhentilah melakukan ini dan tinggallah denganku. Bisakah kau tinggal denganku saja? Tolong tinggallah denganku, Sunwoo Hee. Aku tidak masalah dengan apa pun. Aku bisa menghadapi apa pun. Aku hanya membutuhkanmu.” Pinta Boss Kang.

Tapi Hee malah berlari pergi meninggalkan Boss Kang di kafenya.


Ji An hampir sampai di rumah dan melihat Do Kyung sedang berdiri kedinginan menunggunya, tapi ia tak peduli dan terus berjalan. Do Kyung pun mengaku, kalau ia datang karena penasaran darimana Ji An tahu ia bertemu dengan So Ra.

“Katamu kalian akan bertemu saat dia berkunjung di musim dingin. Kau juga bilang kamu akan menikahinya, jadi, aku berasumsi, kau sudah menemuinya sekarang.” Jawab Ji An.

“Itu saja?” tanya Do Kyung.


“Haruskah kularang lagi kau datang?” tanya Ji An.

“Jangan. Karena aku akan datang.” Jawab Do Kyung.

“Lantas, aku akan menghubungi Bu No. Menyuruhnya menghentikanmu.” Ancam Ji An.

Do Kyung pun protes, Hei! Seo Ji An...

“Kau salah jika mengira aku tidak bisa melakukannya.” Ucap Ji An.

“Hei, dia akan mengusirku dari rumah jika begitu.” Jawab Do Kyung.

Ji An tak peduli dan beranjak masuk ke rumah Hyuk. Do Kyung tersenyum dan berteriak, sampai jumpa.


Saat berbalik, dia dikejutkan dengan Hyuk yang sudah berdiri di belakangnya. Hyuk lantas mengajak Do Kyung bicara.

0 Comments:

Post a Comment