.

I Have a Lover Ep 11

Sebelumnya <<<


"Minggir, Ahjussi!" teriak Hae Gang yang saat itu melajukan motornya dengan kecepatan tinggi. Dan, braaak! Hae Gang menabrak koper Jin Eon. Hae Gang langsung memberhentikan motornya. Sebuah water ball music menggelinding ke kaki Hae Gang. Musiknya pun keluar. Hae Gang seperti tersentuh mendengar musiknya. Ia turun dari motornya dan terdiam mendengarkan musik. Jin Eon yang sudah selesai memunguti barang2nya, mendekati Hae Gang.

"Itu punyaku." ucap Jin Eon pada Hae Gang, namun Hae Gang yang masih terbawa suasana diam saja dan terus memperhatikan bola musik itu. Beberapa saat kemudian, ia tersadar, kemudian berdiri dan mengembalikan water ball itu pada Jin Eon. Jin Eon terpana menatap Hae Gang.

"Mu.. musiknya sedih." ucap Hae Gang, kemudian menghapus air matanya.


Hae Gang lalu memberikan kartu namanya, hubungi aku jika kau terluka. Sedangkan Jin Eon?? Ia diam saja. Ia tampak bingung ketika membaca kartu nama Hae Gang.


"Aku minta maaf." ucap Hae Gang lagi, lalu melajukan motornya. Dan Jin Eon?? Berdiri terpaku di tempatnya. Hae Gang memberhentikan motornya dan memikirkan sesuatu. Namun tak lama, Hae Gang kembali melajukan motornya.

Di kantornya, Hae Gang sedang melayani kliennya. Kliennya, seorang pria yang terlihat menyedihkan. Pria itu berkata, dirinya makan di dapur umum hanya sekali dalam sehari dan tidur di taman. Pria itu mengambil pekerjaan apapun yang ia temukan. Ia melakukan itu demi anaknya.


Hae Gang trenyuh, ia lalu bangkit dari duduknya. Baek Seok memanggil Nona Sun Young, asistennya. Ia menyuruh Nona Sun Young membeli beras di restoran depan. Nona Sun Young bingung, karena Baek Seok tidak pernah makan di sana. Baek Seok memberikan kode, kalau beras itu untuk pria itu. Nona Sun Young mengerti dan beranjak pergi.


Hae Gang kembali ke tempat duduknya. Ia menanyakan kabar Hwa Yeon, anak pria itu. Pria itu berkata, jika Hwa Yeon dioperasi, Hwa Yeon bisa hidup normal tapi ia tidak memiliki uang yang cukup untuk biaya operasi. Pria itu menangis dan berkata dirinya hanya bisa membuat putrinya menderita.

"Jika aku kalah dalam pengadilan, aku akan hancur!" teriak pria itu.

"Kami akan melakukan apapun untuk memenangkannya. Jika kami tidak bisa menang secara baik2, kami akan melakukan hal lain." jawab Hae Gang.


"Ya! Ya!" tegur Baek Seok yang tidak setuju dengan kata2 Hae Gang.

"Kami akan memenangkannya. Hwa Yeon akan menjalani operasi." ucap Hae Gang lagi.


Nyonya Hong sangat senang dengan kepulangan Jin Eon. Saking senangnya, ia bahkan sampai menangis. Jin Eon memeluk erat ibunya itu, juga menghapus air mata sang ibu. Sang ibu berkata, hatinya sakit setiap kali merindukan Jin Eon. Ia selalu berharap waktu cepat berlalu, agar Jin Eon pulang. Jin Eon tersenyum dan berjanji tidak akan meninggalkan ibunya lagi.


Jin Ri masuk ke rumah dan terkejut melihat Jin Eon. Jin Eon menyapa Jin Ri, Noona! Sudah lama, ya?

"Ya, Choi Jin Eon! Apa yang kau lakukan disini? Anak yang pergi dari rumah meninggalkan sebuah bom, sekarang kembali membawa bom lain? Tapi dari semua hari yang ada, kenapa kau pulang hari ini?" ucap Jin Ri.

"Memangnya ada apa dengan hari ini?" tanya Jin Eon.


Jin Ri menatap Nyonya Hong dan tersenyum jahil. Sedangkan Nyonya Hong memelototi Jin Ri. Jin Ri pun berkata, kalau hari itu adalah hari kematian. Jin Eon bingung, hari kematian? Memangnya siapa yang mati?
"Seorang kenalan, yang sangat dekat dengan keluarga kita. Seluruh keluarga dalam masa berkabung. Aku tidak tahu apakah kita dapat benar2 berkabung." jawab Jin Ri.

"Seseorang yang dekat dengan kita? Siapa?" tanya Jin Eon.

"Kenalanku." jawab Jin Ri.

"Noona, kalau kau ingin bicara, bicara yang jelas." pinta Jin Eon.

"Baiklah, aku akan bicara dengan jelas." jawab Jin Ri.


Nyonya Hong pun panik. Sebelum Jin Ri membuka mulutnya, ia menyuruh Jin Eon menemui Presdir Choi. Setelah Jin Eon pergi, Nyonya Hong menarik Jin Ri ke dapur. Ia mengomeli Jin Ri. Tapi Jin Ri sama sekali tidak peduli. Ia mengancam akan memberitahu Jin Eon kalau Nyonya Hong tidak bersikap baik dengannya.


Jin Eon masuk ke kamarnya dan mengeluarkan barang2 yang dibawanya. Saat mengeluarkan bola musik itu, ia teringat pertemuannya dengan Hae Gang barusan.

"Kau pikir aku tidak akan mengenalimu? Aku tau itu kau." gumam Jin Eon.


Jin Eon lalu menghubungi kantor Baek Seok. Saat itu, Hae Gang masih melayani pria itu. Baek Seok yang menjawab telepon Jin Eon. Jin Eon berkata ingin bicara dengan Hae Gang. Baek Seok heran dan berkata tidak ada nama Hae Gang di sana. Mungkin Jin Eon salah menelpon. Jin Eon lalu menyebutan nama Yong Gi.

"Aku ingin bicara dengannya. Katakan saja, ini dari Choi Jin Eon. Dia akan tahu." ucap Jin Eon.


Baek Seok memanggil Hae Gang. Namun Hae Gang yang kehilangan ingatannya, tentu saja tidak mengingat Jin Eon. Ia mengaku baru pertama kali mendengar nama itu.

"Suruh dia tinggalkan nomor teleponnya. Aku akan menghubunginya nanti." ucap Hae Gang.

"Nona Yong Gi saat ini sedang melayani klien kami." ucap Baek Seok pada Jin Eon.

"Apa kau mengatakan namaku padanya?" tanya Jin Eon.

"Dia bilang baru kali ini mendengar namamu. Tinggalkan nomor teleponmu, dia akan..."


"Aku akan menghubunginya lagi nanti." ucap Jin Eon, lalu memutuskan teleponnya begitu saja. Baek Seok pun bingung dan bertanya2 siapa Jin Eon???


Jin Eon bingung. Ia memegang dan menatap bola kaca itu, kemudian memikirkan sikap Hae Gang yang aneh.


Manajer Byun meletakkan beberapa kotak obat di meja Tae Seok. Tae Seok membuka salahh satu kotak obat yang ternyata isinya puluhan lembar uang. Tae Seok pun tersenyum puas. Manajer Byun lalu memberikan daftar yang berisi sejumlah nama pada Tae Seok. Entah apalagi yang akan mereka lakukan, Tae Seok berkata ia akan menjatuhkan orang2 itu satu per satu. Apapun yang terjadi, ia harus terpilih menjadi ketua asosiasi dewan farmasi.

"Aku akan pergi ke perpustakaan." ucap Hae Gang pada Baek Seok. Baek Seok ingin mengantar Hae Gang, tapi Hae Gang menolak. Hae Gang lalu membuka lemari dan mengambil pengeras suara. Baek Seok menyuruh Hae Gang membawa pistol setrum untuk berjaga2. Hae Gang pun mengambil pistol setrum itu dari lemari.


Hae Gang keluar dari kantornya. Bersamaan dengan itu, Jin Eon ada di depan kantor Baek Seok. Begitu melihat Hae Gang, Jin Eon langsung berseru memanggil Hae Gang. Tapi Hae Gang yang memakai headset di kupingnya tidak mendengar Jin Eon. Hae Gang menyanyikan lagu yang didengarnya, sambil menari. Jin Eon terpengarah menatap Hae Gang. Ya, seperti tidak mempercayai apa yang dilihatnya. Namun sesekali ia tersenyum melihat tingkah Hae Gang.


Hae Gang terus berjalan, tanpa menyadari ada seseorang yang mengikutinya. Namun langkahnya terhenti melihat seorang pelajar yang membuang sampah bekas makanannya. Jin Eon terus memperhatikan Hae Gang. Hae Gang mengeluarkan alat pengeras suara dari tasnya, kemudian menyoraki anak itu agar anak itu memungut sampahnya dan membuangnya di tempat sampah. Semula anak itu tidak mau menurut, tapi Hae Gang terus menyorakinya. Anak itu pun akhirnya memungut sampahnya dengan wajah malu dan beranjak pergi. Jin Eon tersenyum simpul melihatnya.


Di dalam, Hae Gang bercermin sambil menjulurkan lidahnya yang berwarna kebiru2an. Di belakang, Jin Eon menatap Hae Gang ragu2. Hae Gang terus menjulurkan lidahnya, sampai akhirnya ia menyadari kehadiran Jin Eon. Hae Gang lalu berbalik dan menyapa Jin Eon.


"Ternyata kau, tapi apakah ini sebuah kebetulan kita bertemu disini atau kau sengaja mencariku?" tanya Hae Gang.

Namun Jin Eon diam saja dan terus menatap Hae Gang dengan tatapan bingung.

"Tidak mungkin. Bagaimana kau bisa tahu aku datang ke sini." ucap Hae Gang lagi.

Jin Eon tetap diam dan menatap Hae Gang dengan tajam.

"Kenapa kau menatapku begitu tajam?" tanya Hae Gang lagi, namun Jin Eon tetap diam.

"Katakan sesuatu, jadi aku bisa...."

Hae Gang tidak melanjutkan kata2nya melihat Jin Eon yang tetap diam.

"Kalau tidak ada yang mau kau katakan, aku akan masuk ke dalam." ucap Hae Gang lagi. Jin Eon masih diam. Hae Gang pun akhirnya beranjak pergi. Jin Eon menatap kepergian Hae Gang dengan wajah bingung.


Di perpustakaan, Hae Gang tampak serius menyalin sesuatu. Ia kemudian mengambil satu per satu dari tumpukan buku yang ada di hadapannya. Jin Eon terus menatap Hae Gang. Ia teringat kenangannya bersama Hae Gang.

Flashback....


Jin Eon dan Hae Gang berada di perpustakaan. Jin Eon cemberut membaca tulisan yang memang sengaja ditempel Hae Gang diantara tumpukan buku. Hae Gang meminta Jin Eon tidak mengganggunya. Sementara itu, Hae Gang tampak serius menyalin sesuatu. Hae Gang kemudian mengambil satu per satu buku yang ada di hadapannya. Jin Eon tersenyum saat bisa melihat wajah Hae Gang. Jin Eon kemudian tersenyum jahil menatap Hae Gang yang serius menyalin sesuatu dari buku2 itu tanpa sedikit pun melirik Jin Eon. Jin Eon meloncat ke meja dan mencium pipi Hae Gang, membuat Hae Gang dan seisi perpustakaan terkejut.

"Ya!" teriak Hae Gang pada Jin Eon.


Hae Gang kemudian memegangi pipinya dan melempar Jin Eon dengan pulpen. Sedangkan Jin Eon tersenyum menatap Hae Gang. Hae Gang terus memegangi pipinya dan tersenyum malu2 menatap Jin Eon.

Flashback end.....


Jin Eon tersenyum simpul teringat kenangannya bersama Hae Gang. Ia lalu menatap Hae Gang sejenak, kemudian bangkit dari duduknya. Namun tiba2 ia terpengarah melihat Hae Gang memainkan sebuah pulpen. Ia pun kembali teringat kenangannya bersama Hae Gang.


Flashback....


Ketika Hae Gang memainkan sebuah pulpen sambil membaca buku dengan serius. Jin Eon cemberut menatap Hae Gang sambil ikut memainkan sebuah pulpen juga. Saat ia berhasil memutar pulpen itu, ia tersenyum dan memamerkannya pada Hae Gang namun Hae Gang tak sedikit pun melirik ke arahnya.

Flashback end...


Hae Gang mulai mengembalikan buku2 itu ke raknya masing2. Namun langkahnya ditahan oleh Jin Eon. Ia pun terkejut. Untuk sesaat, Jin Eon meminta Hae Gang menatapnya. Hae Gang pun bingung. Jin Eon menatap Hae Gang. Hae Gang menatap Jin Eon heran, kemudian bertanya apa Jin Eon mengenalnya. Jin Eon balik menanyakan pertanyaan yang sama apakah Hae Gang mengenalnya. Hae Gang pun terdiam dengan wajah keheranan. Mereka pun saling menatap.


Tuan Baek mengunjungi Nyonya Kim. Nyonya Kim diam saja, namun wajahnya terlihat kesal. Tuan Baek meminta maaf karena tidak bisa datang di upacara kematian Hae Gang.
"Bagaimana caranya aku menebus dosa2 ini? Aku tidak akan memintamu untuk memaafkanku, tapi setidaknya biarkan aku memastikan keadaanmu baik2 saja." ucap Tuan Baek lagi.


Nyonya Kim tetap diam. Lalu pria muda itu datang mengatakan sudah pukul tujuh. Nyonya Kim pun langsung bangkit dan menyiapkan makanan untuk pria itu. Tuan Baek terdiam dan menghela napas melihat itu. Pria itu kemudian memberikan sepotong daging pada Nyonya Kim.

"Makanku tidak banyak. Apa kau akan membuangnya?" tanya pria itu.

Nyonya Kim pun menggeleng. Pria itu mulai makan. Nyonya Kim kemudian meletakkan sepotong daging ikan ke atas nasi pria itu. Namun pria itu menaruh ikannya di mangkok Nyonya Kim dan berkata tidak suka makan ikan. Nyonya Kim lalu meletakkan sepotong daging yang sangat besar ke mangkuk pria itu. Pria itu lagi2 mengembalikannya pada Nyonya Kim dan berkata ia akan makan daging yang kecil saja.


Jin Ri menghampiri Nyonya Hong yang sedang menyiapkan makan malam. Jin Ri kembali menyebut2 kematian, membuat Nyonya Hong menatapnya sebal. Namun saat teringat ancaman Jin Ri, Nyonya Hong pun langsung tersenyum manis pada Jin Ri. Jin Ri tersenyum puas bisa mengerjai Nyonya Hong. Jin Eon lalu datang.


"Jin Eon-ah, kau harus segera menikah. Kalau kalian tidak ingin menikah, kenapa kalian belajar di luar negeri bersama2? Dia begitu ambisius. Kenapa tidak bisa diam dan hanya mendukungmu? Mengapa dia pergi ke London selama 2 tahun?" ucap Nyonya Hong.

Jin Eon tersenyum mendengarnya.

"Dia pergi untuk belajar. Dia anak yang pintar. Karena keterampilannya, dia dicari semua orang." bela Jin Eon.

"Lihat saja dia akan begitu ambisius dan ingin mencapai ke puncak setelah ia mencapai kesuksesan. Kalian harus menikah lebih dulu. Setelah itu, bujuk Seol Ri untuk tinggal di rumah." ucap Nyonya Hong.

"Kita akan sampai ke sana setelah waktunya tiba. Jadi jangan katakan apapun pada Seol Ri." pinta Jin Eon.

"Ibu, dia baru saja bercerai. Bagaimana bisa kau menyuruhnya menikah lagi? Jika itu bisa dilakukannya dengan mudah, maka ia adalah pria brengsek." jawab Jin Ri.

Nyonya Hong mendengus kesal mendengar ucapan Jin Ri.

"Sudahlah, Bu. Dia mengatakan hal yang benar. Sebaiknya sekarang kita makan saja. Kelihatannya ini enak." ucap Jin Eon lalu mulai memakan makanannya. Jin Ri menatap Jin Eon dengan pandangan sebal.


Nyonya Kim melihat Manajer Byun meletakkan banyak kiriman di mejanya. Tae Seok pun menghampiri Nyonya Kim. Tae Seok berkata ini sudah 4 tahun, Nyonya Kim pasti sangat merindukan Hae Gang. Tae Seok kemudian memegang kedua tangan Nyonya Kim dan berkata Hae Gang sudah beristirahat dengan tenang di tempat yang baik bersama Eun Seol. Nyonya Kim tersenyum dan mengangguk. Tae Seok kemudian menanyakan Gyu Seok.

"Aku mau menemui adikku dulu." ucap Tae Seok lagi.

(Oh jadi pria itu adiknya Tae Seok toh, namanya Gyu Seok)


Nyonya Kim mengangguk. Tae Seok pun pergi menemui adiknya dengan membawakan sekotak gingseng. Tinggal lah Nyonya Kim berdua dengan Manajer Byun. Manajer Byun pun menempelkan sebuah kertas di jidatnya.

Saya Manajer Byun Kang Seok. Anda tau kan?

Nyonya Kim diam saja dan tersenyum geli melihatnya. Manajer Byun lalu melabeli kiriman yang dibawanya. Ada beef korea dan berbagai macam makanan lainnya. Setelah itu, Manajer Byun melabeli pipinya dengan tulisan makan itu nikmat, tahun depan akan sangat cerah.



Nyonya Kim lalu menuliskan sesuatu di notesnya dan menunjukkannya pada Manajer Byun.

Aku bisa mendengar, jadi bicaralah.

"Ah, harusnya anda mengatakannya lebih cepat. Jadi aku tidak perlu melakukan hal ini." ucap Manajer Byun malu.

Manajer lalu bertanya kenapa Nyonya Kim tidak mau bicara. Nyonya Kim kembali menulis bahwasanya ia tidak bisa berbicara. Manajer Byun pun merasa malu dan langsung mencopoti label2 yang ia tempel di seluruh wajahnya. Nyonya Kim tersenyum geli melihat Manajer Byun.

(Pasti kematian Hae Gang nih, yang membuat Nyonya Kim tidak bisa berbicara karena syok)


"Jadi kau menghabiskan waktu senggangmu hanya disini?" tanya Tae Seok begitu bertemu adiknya.

"Memangnya kenapa?" Gyu Seok balik bertanya.

"Kenapa? Kau tau kan aku sedang menunggumu tapi kau tidak menunjukkan dirimu di hadapanku. Dasar anak ini." jawab Tae Seok kesal.

"Saat aku masih di Amerika, aku tidak bertemu siapapun ketika hari libur." ucap Gyu Seok.

"Aku membawakanmu obat herbal, jadi minumlah." jawab Tae Seok, sambil memberikan obat itu pada Gyu Seok.

"Aku ini dokter." ucap Gyu Seok sambil menatap kesal Tae Seok.

"Sudahlah minum saja." jawab Tae Seok.

"Hyung, aku ini sudah 34 tahun. Aku bukan 14 tahun lagi." protes Gyu Seok.


"Justru karena itu aku membawakanmu obat. Aku tidak membawakan obat untuk anak2 usia 14 tahun." jawab Tae Seok.

"Kau hanya perlu bersikap sebagai seorang kakak. Tidak perlu lagi bersikap sebagai seorang ayah." ucap Gyu Seok.

"Baiklah dan minum ini sampai habis." suruh Tae Seok.

"Tunggu saja, aku akan membangun rumah sakit untukmu. Rumah sakit mu." ucap Tae Seok lagi.

"Sebaiknya kau pergi. Masih banyak tugas yang harus kuselesaikan." jawab Gyu Seok.

"Baiklah aku tidak akan mengganggumu lagi." ucap Tae Seok lalu memegang bahu Gyu Seok.

"Lihat bahumu ini.. kau tahu kan kau adalah kebanggaanku?" ucap Tae Seok.

"Tau atau tidak, tidak ada yang berubah kan?" jawab Gyu Seok.

Tae Seok lalu pergi, saat Gyu Seok mau mengantarnya ke depan, ia melarang dan menyuruh Gyu Seok belajar saja. Gyu Seok pun kembali duduk dan menghela napas. Sekarang kita ke rumah Baek Seok guys.....


Baek Jo sedang belajar bersama Oppa-nya. Sementara Tuan Baek yang duduk di dekat mereka tampak sedang memikirkan sesuatu. Tak lama kemudian, Hae Gang datang. Hae Gang senang melihat adik2nya sedang mengerjakan pekerjaan rumah. Hae Gang kemudian berkata jangan hanya melakukan pekerjaan rumah, tapi juga harus belajar membuat adik2nya protes.


"Kau pasti lapar kan? Kenapa kau tidak makan?" tanya Tuan Baek pada Hae Gang.

"Baiklah Direktur." jawab Hae Gang.

Hae Gang kemudian bertanya, apakah anda habis memperingati hari kematian?

Tuan Baek mengangguk, lalu masuk ke kamarnya untuk mengganti baju. Baek Seok keluar dari dapur.


"Tega sekali kau membiarkan suamimu ini kelaparan. Apakah kau di perpustakaan selama itu?" ucap Baek Seok.

Hae Gang mengangguk.


"Ya! Ada apa dengan wajahmu? Sepertinya kau sudah jatuh cinta padaku ya? Kalau begitu, mari kita menikah." ucap Baek Seok.

Hae Gang tidak menjawab pertanyaan Baek Seok dan hanya tersenyum geli. Setelah itu mereka makan bersama. Baek Seok lalu berkata sebagai pasangan kekasih, walaupun tidak bisa tidur bersama tapi setidaknya mereka harus makan bersama.


"Bisa makan berdua denganmu, membuat hatiku lega. Jangan pernah merusak kebahagiaanku." ucap Baek Seok.

"Makan saja." jawab Hae Gang mengalihkan pembicaraan.

"Lihatlah dirimu, kau selalu menghindari setiap kali aku mengatakan ini. Aku tidak akan memarahimu karena kau sangat, sangat, sangat cantik." ucap Baek Seok.

Baek Jo pun datang dan menatap tajam Baek Seok.


"Dasar pengkhianat! Kau bilang aku yang tercantik!" ucap Baek Jo kesal.

"Betapa jahatnya diriku. Kenapa aku bisa berubah pikiran secepat itu. Baek Jo kami adalah yang tercantik. Pasti ada yang salah dengan mataku. Sudah jelas, Baek Jo seratus kali lebih cantik dari Yong Gi Eonni. Di mataku pasti ada kacang polong." jawab Baek Seok.


"Tidak ada kacang polong dimata mu." ucap Baek Jo.

"Disini, pasti ada disini." jawab Baek Seok sambil menunjuk matanya.

Baek Jo pun melihat mata Baek Seok, aku melihatnya. Aku melihat Yong Gi Eonni.

"Ya, kacang polongnya adalah Yong Gi Eonni." jawab Baek Seok, lalu tertawa.

Hae Gang tertegun, dan teringat saat dirinya dan Jin Eon saling bertatapan di perpustakaan.

Flashback....


"Hanya untuk 30 detik, tataplah mataku." pinta Jin Eon.

Hae Gang bingung, apa kau mengenalku?

Jin Eon pun mengajukan pertanyaan yang sama.

Flashback end.... 

Hae Gang memegangi dadanya. Ia merasakan perasaan yang aneh. Pikiran Hae Gang ttg Jin Eon pun buyar ketika Baek Seok menegurnya. Baek Seok geer, mengira Hae Gang seperti itu karena dirinya. Baek Jo kemudian pergi meninggalkan mereka. Baek Seok kembali mengajak Hae Gang menikah. Hae Gang lagi2 menolaknya. Baek Seok tidak menyerah, ia berkata akan menunggu Hae Gang.


Jin Eon sedang minum dengan Tae Seok. Tae Seok bertanya pada Jin Eon, posisi apa yang diinginkan Jin Eon. Jin Eon tersenyum dan berkata Tae Seok tidak perlu melakukan itu. Ia akan mempelajari dulu ttg perusahaan, baru setelah itu memutuskan langkah selanjutnya. Tae Seok pun setuju.


"Orang itu... dimana orang itu sekarang?" tanya Jin Eon, membuat Tae Seok bingung.

"Hae Gang." jawab Jin Eon, membuat Tae Seok kaget.

"Memangnya kenapa?" tanya Tae Seok kaget.

"Aku hanya ingin mengetahui dia ada dimana sekarang." jawab Jin Eon.

"Dia ada di China sekarang. Sejauh yang aku tau, dia belum kembali." ucap Tae Seok dengan raut muka yang tegang.

"Bisakah kau memberiku alamatnya?" pinta Jin Eon.

"Aku akan mencarikannya untukmu." jawab Tae Seok.


"Sudah lewat tengah malam, tapi gadis ini belum pulang. Dia bahkan tidak menjawab ponselnya." ucap Hae Gang resah karena Baek Ji yang belum pulang. Sementara Baek Jo sudah tertidur pulas. Hae Gang pun memeriksa meja Baek Jo. Disana, ia menemukan sebuah dompet. Dompet milik Jin Eon. Hae Gang terkejut, kemudian membuka dompet Jin Eon. Dan ia menemukan foto Jin Eon yang tengah menggendong Eun Seol. Hae Gang mengeluarkan foto yang sudah tidak utuh itu. Melihat foto Jin Eon, ia teringat pertemuannya dengan Jin Eon di depan rumah Jin Eon. Ia juga teringat ketika mereka saling menatap di perpustakaan.

"Chan Baek Ji, kau...." gumam Hae Gang kesal. Hae Gang kemudian memasukkan foto itu kembali ke dalam dompet, namun tiba2 ia merasakan sesuatu melihat foto itu. Baek Ji datang. Ia masuk kamarnya dengan mengendap2. Ia lalu terkejut melihat Hae Gang memeriksa mejanya. Sementara Hae Gang masih terpaku pada foto itu. Baek Ji merebut dompet itu, membuat Hae Gang kaget.


 "Apa kau gila? Kenapa kau memeriksa mejaku Dokgo Yong Gi-ssi!" ucap Baek Ji tak sopan.

"Jelaskan padaku apa yang terjadi." pinta Hae Gang.

"Apa pedulimu? Kenapa kau ikut campur! Aku sudah bilang kan jangan campuri urusanku!" jawab Baek Ji.

"Kau mencurinya?" tanya Hae Gang.

"Kalau aku mencurinya, memangnya kenapa? Apa yang akan kau lakukan!" jawab Baek Ji.


Hae Gang menarik napas kesal, lalu berdiri dan meminta dompet itu pada Baek Ji. Baek Ji menolaknya. Baek Ji berkata, kenapa ia harus memberikannya pada Yong Gi. Siapa Yong Gi? Apa Yong Gi ibunya? Apa Yong Gi kakaknya?
"Kau orang asing!" ucap Baek Ji lagi.

"Berikan padaku." pinta Hae Gang.

Baek Jo yang tadinya tidur pun terbangun. Namun ia pura2 tidak mendengar.

"Kau sangat menjengkelkan!" dengus Baek Ji kesal, lalu beranjak pergi.

"Beraninya kau pergi!" bentak Hae Gang.

Tepat saat itu, Baek Seok pun datang. Langkah Baek Ji terhenti di depan pintu.

"Ada apa dengan kalian? Apa yang terjadi?" tanya Baek Seok.


Hae Gang lantas mendekati Baek Ji dan meminta dompet itu pada Baek Ji.

"Kau bahkan tidak tahu siapa dia. Bagaimana caramu mengembalikannya? Apa kau akan melaporkanku ke polisi? Baiklah. Lakukanlah! Sekolah atau penjara, mereka sama saja bagiku. Silahkan laporkan aku ke polisi. Pergilah!" teriak Baek Ji.

"Foto di dalam dompet itu pasti sangat berharga untuknya." jawab Hae Gang.

Baek Ji semakin memberontak. Ia merobek foto itu. Hae Gang kaget.

"Foto yang sangat berharga sekarang sudah menjadi sampah!" ucap Baek Ji.

Dan,,, PLAAAAK! Hae Gang menampar Baek Ji. Baek Seok terkejut melihatnya. Hae Gang menyesal sudah menampar Baek Ji. Baek Ji marah dan melemparkan dompet itu ke tubuh Hae Gang. Baek Seok pun marah pada Baek Ji.

"Apa yang bagus darinya! Saat ingatannya kembali, dia akan membuangmu! Itulah kenapa dia tidak bisa menerimamu! Dia akan membuangmu! Kau tahu, tapi kau bersikap seolah2 tidak tahu. Semua orang disini bodoh! Semua anggota keluarga ini pecundang!" teriak Baek Ji, lalu beranjak pergi.


Baek Seok dan Hae Gang sama2 terdiam mendengarnya, terutama Hae Gang. Ia terluka. Baek Seok mendekati Hae Gang, kemudian memeluknya. Sementara Hae Gang diam saja di pelukan Baek Seok dengan wajah terluka.


Tae Seok sedang menonton wawancara Seol Ri di televisi. Seol Ri diwawancarai terkait obat anti kanker yang berhasil ditemukan Jin Eon. Jin Ri datang membawakan Tae Seok secangkir kopi. Saat melihat wawancara Seol Ri itu, Jin Ri pun berubah kesal.


Sementara itu, Jin Eon ditemani Hyun Woo sedang membereskan apartemen yang nantinya akan ditinggali Seol Ri. Jin Eon kemudian menceritakan ttg Yong Gi. Jin Eon berkata yakin Yong Gi adalah Hae Gang, tapi anehnya Hae Gang tidak mengenalinya. Hyun Woo yakin wanita yang dilihat Jin Eon bukan lah Hae Gang. Hae Gang tidak mungkin pura2 tidak mengenali Jin Eon.


Di ruangannya, Tae Seok membicarakan ttg temuan Jin Eon bersama Produser Kim. Sepertinya ia berniat membeli lisensi obat itu. Tae Seok lalu menanyakan ttg Yong Gi. Ia berkata mereka harus secepatnya menyingkirkan Yong Gi.


Jin Eon dan Seol Ri sedang di perjalanan. Seol Ri melihat bajunya dan merasa baju yang dipakainya tidaklah pantas. Ia mengejak Jin Eon pulang dulu ke apartemen agar dirinya bisa mengganti baju. Ia ingin terlihat bagus di depan ayah Jin Eon di hari pertama mereka bertemu.

"Kau bisa menggantinya di kamarku nanti." jawab Jin Eon.

Seol Ri pun menurut. Seol Ri lalu menanyakan ponsel Jin Eon yang hilang, apa Jin Eon sudah menemukannya? Jin Eon menggeleng. Seol Ri pun berkata Jin Eon pasti frustasi karena ponselnya hilang. Jin Eon berkata tidak sampai seperti itu. Seol Ri cemberut.

"Tidak bisa menelpon orang yang kau cintai." ucap Seol Ri, lalu menghela napas.

"Ya baiklah. Choi Jin Eon tidak pernah mencemaskan Kang Seol Ri. Dia tidak pernah marah." sindir Seol Ri dgn wajah kecewa.


Jin Eon diam saja. Ia melirik sekilas ke arah Seol Ri dgn wajah membenarkan pernyataan Seol Ri. Sementara itu Hae Gang berdiri di depan rumah Jin Eon. Tangannya memegang dompet Jin Eon. Begitu mobil Jin Eon datang, ia langsung menyingkir. Jin Eon turun dari mobil, tanpa menyadari keberadaan Hae Gang. Hae Gang ingin menghampiri Jin Eon namun langkahnya terhenti begitu melihat Seol Ri. Jin Eon dan Seol Ri pun masuk ke dalam tanpa menyadari ada Hae Gang disana.


"Sudah lama ya. Kau semakin cantik." puji Nyonya Hong begitu bertemu Seol Ri.

"Ibu juga cantik." balas Seol Ri.

"Walaupun kau berbohong, tapi aku tetap berterima kasih." jawab Nyonya Hong.

"Aku tidak berbohong. Ibu benar2 cantik. Iya kan, Sunbae?" ucap Seol Ri, lalu melirik Jin Eon.


Jin Eon langsung menatap ibunya dan berkata jahil kalau Seol Ri berbohong. Tiba2, bel rumah Jin Eon berbunyi. Jin Eon terkejut mengetahui Hae Gang yang datang. Jin Eon terus terpaku menatap wajah Hae Gang di layar bel. Seol Ri naik ke atas. Setelah Seol Ri naik ke atas, Nyonya Hong mendekati Jin Eon. Nyonya Hong bertanya siapa yang datang. Tapi Jin Eon diam saja dan terpaku menatap Hae Gang. Saat Nyonya Hong melihat ke layar, layar pun mati. Jin Eon berkata akan melihat keluar.


Karena pintu tak kunjung dibuka, Hae Gang pun pergi. Jin Eon menyusul keluar. Hae Gang yang tak sadar Jin Eon sudah keluar, terus berjalan. Jin Eon mengejar Hae Gang. Ia mencengkram tangan Hae Gang dan bertanya siapa Hae Gang. Hae Gang terkejut dan meminta Jin Eon melepaskan tangannya.

"Katakan padaku, siapa dirimu." pinta Jin Eon.


Tiba2, Hae Gang cegukan. Jin Eon pun melepaskan tangan Hae Gang. Hae Gang memencet hidungnya dan menahan napas. Tapi cegukannya tidak berhenti juga. Hae Gang lalu memencet hidungnya dan berputar2 sebanyak 10 kali. Jin Eon heran melihatnya. Setelah 10 kali, Hae Gang meneguk air. Barulah cegukannya hilang.


Presdir Choi sedang menandatangani berkas2nya. Seol Ri pun masuk ditemani Nyonya Hong. Presdir Choi diam saja menatap Seol Ri. Seol Ri kemudian memperkenalkan dirinya secara formal. Tak hanya itu, ia juga menanyakan kesehatan Presdir Choi dan berkata Jin Eon sangat mencemaskan Presdir Choi.

"Pergilah." jawab Presdir Choi dingin. Seol Ri kaget.

"Kau menggangguku. Jadi pergi saja." ucap Presdir Choi lagi.

"Yeobo, kenapa kau bersikap seperti itu. Dia akan menjadi menantu kita. Berhentilah bekerja dan duduklah di sofa bersamanya. Aku akan mengambilkan teh untuk kalian." tegur Nyonya Hong.

Setelah Nyonya Hong pergi, Presdir Choi menyibukkan dirinya dgn berkas2nya. Tak sedikit pun ia memperhatikan Seol Ri.

Diluar, Nyonya Hong marah2 karena sikap dingin Presdir Choi itu. Jin Ri lalu datang menanyakan Jin Eon. Kemana Jin Eon? Apa mereka bertengkar?

"Siapa yang bertengkar? Hubungan mereka baik2 saja." jawab Nyonya Hong sedikit sewot.

"Lalu kenapa mereka tidak bersama kalau saling mencintai?" tanya Jin Ri.

"Tolonglah jangan bersikap seperti ini." pinta Nyonya Hong.


Sementara di dalam, Presdir Choi masih bersikap dingin pada Seol Ri. Seol Ri bangkit dari duduknya dan mengatakan sesuatu.

"Abonim, aku tahu aku memiliki banyak kekurangan. Aku juga tahu kau tidak menyukaiku. Tapi aku akan berusaha sekeras mungkin agar kau menerimaku." ucap Seol Ri.

"Sekuat apapun kau berusaha, kau tidak akan bisa memenangkan hatiku." jawab Presdir Choi, lalu menyuruh Seol Ri pergi.


Setibanya diluar, Jin Ri memanggil Seol Ri. Jin Ri menyindir Seol Ri ttg wawancara di TV. Seol Ri berkata dia melakukan itu karena Jin Eon tidak ingin melakukannya. Jin Ri pun berkata kalau Jin Eon tidak mau melakukannya, maka Seol Ri juga tidak boleh melakukannya.

"Apa kau ingin menjadi seperti Do Hae Gang? Memiliki nama besar dan posisi bagus, kau bisa menjadi seperti Do Hae Gang nanti." ucap Jin Ri.

Seol Ri diam saja.

"Dulu dia juga seperti ini. Dia merasa cocok dan bersedia menunggunya. Tapi ia tidak tahu tragedi yang akan terjadi padanya." ucap Jin Ri lagi.

"Apa maksudmu?" tanya Seol Ri.

"Kau pikir karena apa Jin Eon dan Hae Gang putus? Karena kau? Bukan. Karena Eun Seol. Karena kematian Eun Seol, mereka berpisah. Itu karena keserakahan, karena ambisi. Sama seperti kau, Do Hae Gang mencoba tidak melewatkan kesempatan dalam hidupnya, berambisi untuk mencapai puncak." jawab Jin Ri.
"Apa yang terjadi dengan Eun Seol?" tanya Seol Ri.

"Do Hae Gang dengan kejamnya menjebloskan seorang pria ke dalam penjara. Karena Do Hae Gang, semua ini terjadi. Begitu pria itu bebas, ia mencoba menabrak Do Hae Gang. Tapi yang tertabrak Eun Seol. Eun Seol tertabrak saat ia mencoba menghampiri ibunya." jawab Jin Ri.
 
Seol Ri pun kaget.

"Jadi jangan serakah. Hiduplah dengan baik. Kenapa kau mencoba memiliki semuanya? Sekali lagi, kau tidak punya apa2. Kau ingin uang atau menikah?" ucap Jin Ri lagi.

Seol Ri diam saja, ya ia masih kaget.


Sementara itu, Jin Eon dan Hae Gang duduk di taman. Hae Gang mengembalikan dompet Jin Eon. Jin Eon terkejut dompetnya ada di Hae Gang. Jin Eon membuka dompetnya dan mengeluarkan foto Eun Seol yang sudah disatukan kembali oleh Hae Gang.

"Itu pasti foto yang sangat berharga untukmu. Bagaimana caranya aku menggantinya? Aku minta maaf." ucap Hae Gang.

Jin Eon terkejut. Jelas saja!

"Adikku, dompetmu.. ah tidak, adikku yang mencuri dompetmu." ucap Hae Gang.

"Adikmu?" tanya Jin Eon kaget.

"Aku akan mengganti semua uang mu. Tapi tolong jangan laporkan adikku. Aku mohon padamu." pinta Hae Gang.

"Ayo kita selesaikan ini sekarang juga Nona Dokgo Yong Gi." jawab Jin Eon.

Jin Eon lalu berdiri.....

"Aku tidak bisa menyelesaikan ini seperti ini denganmu. Aku benar2 minta maaf dan berharap kau tidak melaporkan adikku ke polisi. Kau harus menandatangani surat perjanjian." ucap Hae Gang.

"Apa? Surat perjanjian?" kaget Jin Eon.

"Ya, kau harus menandatanganinya." ucap Hae Gang.


Hae Gang pun mengeluarkan dokumen surat perjanjian dari tasnya. Ia menyuruh Jin Eon menandatanganinya. Tak hanya itu, ia juga meminta rekening Jin Eon agar bisa mengganti uang Jin Eon yang telah hilang. Hae Gang memohon pada Jin Eon. Jin Eon pun mengalah. Ia menandatangani surat perjanjian itu.

"Jadi namamu Choi Jin Eon." gumam Hae Gang.

Jin Eon pun terpaku.

"Choi Jin Eon." gumam Hae Gang lagi. Lalu tiba2, Hae Gang terpengarah.

"Choi Jin Eon." ucap Hae Gang lagi, sambil berpikir.


Bersambung ke episode 12

Post a Comment

0 Comments