.

I Have a Lover Ep 6 Part 2

Sebelumnya <<<


Keesokan harinya, Chun Yeon Farmasi siap menggelar konferensi pers terkait skandal kecil yang dibuat oleh Jin Ri. Tae Seok naik ke podium dan mengenalkan dirinya sebagai Direktur Eksekutif perusahaan. Atas nama Jin Ri, Tae Seok meminta maaf kepada publik. Ia bahkan sampai berlutut. Tepat saat itu, Presdir Choi datang dan termenung melihat apa yang dilakukan Tae Seok. Sementara para wartawan sibuk mengambil gambar Tae Seok yang sedang berlutut.


Yang dilakukan Tae Seok rupanya membuat Presdir Choi kesal. Sambil beranjak pergi, Presdir Choi berkata kalau ia datang untuk menunduk, tapi malah ia yang dapat tundukan. Kita kembali ke konferensi pers--dimana Tae Seok dihadapkan pada pertanyaan siapa yang membocorkan rekaman video Jin Ri ke publik dan apa motifnya. Tae Seok menjawab singkat, hanya si pelaku yang mengetahuinya.


"Apakah anda akan mencari tahu siapa pelakunya?"

"Tidak. Kami akan menganggap insiden ini sebagai teguran dan pelajaran dari masyarakat dan kami akan memperbaiki kesalahan kami." jawab Tae Seok.


Jin Ri pun datang. Para wartawan langsung mengambil gambar Jin Ri yang duduk di kursi roda dan tangan yang terpasang jarum infus. Tae Seok berbisik pada Jin Ri. Ia berkata cara yang dipakai Jin Ri sudah kuno dan semua orang bisa melihat kalau mereka sedang bersandiwara. Jin Ri pun menjawab dengan berbisik. Ia berkata lebih mudah baginya berpura2 menjadi pasien daripada menjadi orang gila. Tae Seok hendak mendorong kursi roda Jin Ri. Tapi Jin Ri melarang dan berkata kalau kursi rodanya elektrik, jadi Tae Seok tidak perlu repot2 mendorongnya.


Jin Ri mulai menarik tuasnya, tapi karena terlalu kuat kursi rodanya pun melaju dengan kencang. Jin Ri panik dan ketakutan. Ia ingin berteriak, tapi tidak bisa karena banyak wartawan. Kursi roda Jin Ri pun berhenti karena menabrak jendela. Jin Ri dan Tae Seok langsung menarik napas lega.


Nyonya Hong pergi ke Coffee Shop tempat Seol Ri bekerja. Seol Ri yang tidak tahu siapa Nyonya Hong, memperlakukan Nyonya Hong sama seperti pelanggan yang lain. Seol Ri kaget mengetahui wanita di depannya mencari dirinya. Nyonya Hong yang sudah mengetahui gadis yang ada di depannya adalah Seol Ri, menatap Seol Ri dari atas ke bawah dengan tatapan menghina. Seol Ri terkejut saat Nyonya Hong memperkenalkan diri sebagai ibunya Jin Eon.


Hae Gang menemui Ahjussi tetangga Seol Ri. Ia memberikan sejumlah uang pada ahjussi itu. Namun Ahjussi itu protes karena Hae Gang tidak membayarnya sesuai dengan kesepakatan. Hae Gang berkata akan memberikan lebih sebagai uang tutup mulut. Ahjussi itu tersenyum licik dan memberikan sebuah kunci pada Hae Gang.


"Kupikir2 kau lumayan cantik." ucap Nyonya Hong sambil menatap Seol Ri.

Seol Ri menatap Nyonya Hong dengan takut2. Sepertinya ia sudah tahu tujuan kedatangan Nyonya Hong.

"Apa kita pernah bertemu sebelumnya?" tanya Nyonya Hong.

Seol Ri menggeleng dengan wajah tertunduk.

"Aku datang untuk menemuimu. Kau pasti sudah tahu kenapa aku datang mencarimu, kan?" tanya Nyonya Hong lagi.

Seol Ri mengiyakan, masih dengan wajah tertunduk.


"Menjauhlah dari putraku sebelum aku menyingkirkanmu. Gelar doktornya sudah hampir selesai. Jangan hancurkan masa depan putraku." ucap Nyonya Hong.

Seol Ri diam saja.


"Berapa yang kau inginkan? Jangan pernah berharap menjadi menantuku! Kau sudah tahu kan apa yang bisa dilakukan orang sepertiku? Kau masih muda, carilah pria yang baik. Kembalikan putraku pada keluarganya. Dan kau carilah pria yang sepantaran denganmu. Jangan putraku. Jika kau mengabaikan peringatanku dan akhirnya melabeli putraku sebagai tukang selingkuh maka aku tidak akan tinggal diam. Kau akan hidup seperti di neraka sebelum ajalmu tiba." ancam Nyonya Hong.

Seol Ri terlihat syok.


Sementara itu, Hae Gang sudah berada di dalam rumah Seol Ri. Hae Gang terkejut melihat isi rumah Seol Ri. Hae Gang lalu memeriksa barang2 Seol Ri. Dan ia menemukan sebuah laporan hasil uji klinis yang dilakukan Seol Ri, lengkap dengan obatnya. Hae Gang pun mengambil obat itu. Hae Gang lalu berjalan ke tempat lain. Namun langkahnya terhenti saat ia melewati kamar mandi. Hae Gang melongok ke kamar mandi dan syok melihat sikat gigi Jin Eon di wastafel. Emosinya pun datang. Ia menyumbat lubang wastafel, kemudian membuka krannya dan beranjak pergi.


Sekarang kita ke kantor Baek Seok. Terlihat nenek Yong Gi sedang duduk menunggu Baek Seok. Nenek Yong Gi tampak kesakitan dan menelan obatnya. Baek Seok datang dengan terburu2. Baek Seok minta maaf karena datang terlambat. Ia baru saja dari rumah sakit menyerahkan kartu namanya dan bertemu dengan pria korban malpraktik. Baek Seok terus mengoceh hingga akhirnya ia menyadari nenek Yong Gi yang sedang kesakitan.

"Apa nenek sakit?" tanya Baek Seok cemas.

"Tidak. Aku tidak apa2." jawab nenek Yong Gi, bohong.

"Apa nenek mau minum?" tanya Baek Seok.

"Aku minta air putih saja." jawab nenek Yong Gi.

Baek Seok pun langsung berdiri mengambilkannya. Sambil mengambil air, Baek Seok bertanya apa nenek Yong Gi sudah mendapatkan informasi tentang pemilik baru rumah sewanya? Nenek Yong Gi menggeleng.

"Agen perumahan tidak mau memberitahuku. Pemilik lama juga pura2 tidak tahu." jawab nenek Yong Gi.


"Biar aku yang pergi kesana. Akan kukatakan pada mereka kalau aku adalah pengacara nenek. Jika aku menyuruhnya menunjukkan surat kontrak, mereka harus mau." ucap Baek Seok.

"Apa mereka akan melakukannya?" tanya nenek penuh harap.

"Paling tidak mereka tahu kalau aku pengacaramu. Aku juga akan menemui pemilik yang lama." jawab Baek Seok.

"Apa yang harus kulakukan untuk membayar kebaikanmu?" tanya nenek Yong Gi tak enak.

"Tidak usah, Nek. Aku senang melakukannya. Nenek adalah klien pertamaku. Nenek sangat berarti buatku." jawab Baek Seok.

"Kau masih muda, tapi hatimu sangat baik." puji nenek.

"Tapi, Nek. Mengenai hak paten... ada yang disebut dengan istilah rentang paten. Aku sudah melihatnya. Dan itu lamanya 20 tahun. Ini sudah lebih dari 20 tahun. Jadi berarti...."

"Artinya paten itu tidak berarti apa2 selain selembar kertas? Jadi aku harus membuang kertas itu ke tempat sampah?" tanya nenek sedih.

Baek Seok pun mengangguk. Nenek Yong Gi menghela napas sedih.


Di gudang, Yong Gi tampak serius memeriksa beberapa file. Ia menandai setiap tulisan yang dirasanya penting. Tak hanya itu, ia juga mencari sesuatu di internet. Tiba2, Mi Ae datang bergerombol. Yong Gi pun langsung mematikan laptopnya dan menyembunyikan file2 yang sedang diperiksanya.

"Mau apa kalian?" tanya Yong Gi kaget.

"Kami akan memeriksa mejamu. Ini perintah Manajer Byun. Maaf." jawab Mi Ae dingin, lalu mulai memeriksa meja Yong Gi.


Yong Gi marah. Ia protes, tapi Mi Ae dan yang lainnya tidak mempedulikan protesnya. Mereka terus memeriksa meja Yong Gi. Mi Ae pindah ke meja lain dan memeriksa file2 yang ada di sana. Salah seorang rekan Yong Gi berkata kenapa Yong Gi harus mengadukan kesalahan yang dibuat Manajer Byun ketika sedang mabuk?

Yong Gi pun kesal.

"Bagaimana bisa melecehkan seseorang terus menerus disebut sebagai sebuah kesalahan?"

"Istrinya sudah sakit selama 7 tahun belakangan ini! Begitulah caranya melepas stress."

Yong Gi pun tertawa tidak percaya mendengar jawaban temannya itu.

"Jadi apakah masalah membaik setelah kau melaporkannya? Lingkungan kantor memburuk, dan aku harus melakukan pekerjaan seperti ini, semua ini gara2 kau!"

"Orang itu... menyentuh dada Mi Ae!" teriak Yong Gi.

Mi Ae yang tadi serius memeriksa file2 Yong Gi, jadi terdiam mendengarnya.

"... dia menyentuh bokongnya! Karena Mi Ae cuma pekerja kontrak, karena jika Mi Ae mengatakan sesuatu, maka dia bisa memecatnya! Apa itu kesalahan? Itu kekerasan dan perbuatan jahat!" teriak Yong Gi lagi.

"Tapi tetap saja kau tak perlu melaporkan rekan kerjamu sendiri. Apa kau tahu? Aku membelikan putraku sepotong daging dengan uang yang mestinya kugunakan untuk klien kita! Apa kau juga akan melaporkannya! Apa kau satu2nya orang bersih dan kami semua kotor! Apakah dada dan bokongnya lebih penting dari pekerjaan kita! Berhentilah membuat masalah! Kau membuat repot orang2 di sekitarmu!"


Mi Ae yang mendengar itu tak kuasa menahan tangisnya. Ia pun beranjak pergi. Yong Gi menghela napas dan tertawa heran melihat kelakuan teman2nya. Jelas2 itu salah, tapi teman2nya tetap membiarkannya. 

Baek Seok keluar dari kantor agen properti. Setibanya diluar, ia melihat sesuatu di ponselnya. Sebuah dokumen tanda kepemilikan properti. Ia pun heran dan bertanya2 kenapa Perusahaan Farmasi Chun Yeon membeli rumah nenek Yong Gi? Baek Seok lalu melihat sertifikat hak paten yang dimiliki nenek Yong Gi.

"Apa ini hanya kebetulan?" ucapnya mencurigai sesuatu.


Manajer Byun menghubungi Tae Seok dan melaporkan bahwa ia sudah selesai dengan tugasnya membuat Yong Gi menderita. Tae Seok yang sedang makan siang di ruangannya menyuruh Manajer Byun untuk terus membuat Yong Gi menderita. Tiba2, Yong Gi menerobos masuk ke ruangan Manajer Byun. Yong Gi menatap Manajer Byun dengan tajam. Manajer Byun berkata pada Tae Seok kalau ia akan terus membuat Yong Gi menderita.

Selesai bicara dengan Manajer Byun, Tae Seok diberitahu seketarisnya tentang kedatangan Baek Seok. Baek Seok ingin bertemu dengan Tae Seok. Tapi Tae Seok menolak bertemu Baek Seok. Seketaris Tae Seok lalu mengingatkan kalau Tae Seok ada pertemuan dengan produsen obat2an.


"Kalau kau ingin terus protes, maka duduklah Nona Dokgo Yong Gi, juara keadilan." ucap Manajer Byun pada Yong Gi. Tapi Yong Gi diam saja dan tetap berdiri di tempatnya. Manajer Byun pun berdiri dan menyuruh Yong Gi duduk. Yong Gi menghela napas dan meminta Manajer Byun mengembalikan laptop dan file2nya.

Manajer Byun menolak. Manajer Byun bertanya apa yang mau dilakukan Yong Gi dengan laptop itu karena Yong Gi tidak bekerja. Lagipula laptop itu milik perusahaan. Yong Gi pun menghela napas kesal. Manajer Byun kemudian bertanya apa Yong Gi sudah mendapatkan pengacara? Manajer Byun juga memperlihatkan surat tuntutan yang ditulis oleh rekan2 kerja Yong Gi.

Yong Gi melirik Mi Ae. Mi Ae menggeleng dan menatap Yong Gi dengan khawatir. Manajer Byun lalu berkata kalau kuasa hukum perusahaan sedang berusaha keras untuk memenjarakan Yong Gi.
"Tapi siapa yang akan merawat anakmu jika kau melahirkan di penjara? Ayah saja dia tak punya." ucap Manajer Byun lagi.

"Tidak peduli apa yang akan terjadi, aku tidak akan menyerah." tantang Yong Gi.

"Sebaiknya begitu. Karena ini masih jam kerja, jadi kembali lah ke kursimu dan jangan ganggu rekan2mu." suruh Manajer Byun.


Yong Gi pun duduk di meja lamanya. Tapi Manajer Byun dengan sengaja melempari Yong Gi dengan kertas. Yong Gi sudah tidak tahan lagi. Ia pun menggebrak meja dengan keras.


Seketaris Tae Seok memberitahu Baek Seok bahwa Tae Seok sedang tidak ada di kantor. Baek Seok mengangguk2, lalu berjalan ke sisi lain. Sebuah replika obat yang terpajang tak jauh dari meja resepsionis menyita perhatiannya. Baek Seok pun mendekat dan melihat replika itu. Di replika itu tertulis tahun pembuatan obat, 1982. Baek Seok memikirkan sesuatu dan kembali melihat sertifikat hak paten itu.

"Dokgo Ji Hoon, 10 Mei 1981." ucap Baek Seok curiga.


Yong Gi pergi ke kantor pusat. Tanpa disadarinya, anak buah Tae Seok mengikutinya. Saat berjalan menuju lobby, Yong Gi merasakan sakit di perutnya. Di sisi lain, Tae Seok yang hendak naik lift tanpa sengaja mendengarkan pembicaraan Baek Seok dengan resepsionisnya. Tae Seok kaget mendengar pertanyaan Baek Seok. Baek Seok bertanya tentang salah satu obat yang dikembangkan oleh Chun Yeon Farmasi.

"Kau bisa melihatnya di keterangan. Disana sudah dijelaskan semuanya." ujar resepsionis.

"Tapi penjelasannya tidak masuk akal. Disana disebutkan pimpinan perusahaan ini mengembangkannya tahun 1982, tapi saya tahu orang yang mengembangkannya setahun sebelumnya." jawab Tae Seok.

Tae Seok pun kaget mendengarnya. Tepat saat itu, pintu lift terbuka. Tae Seok pun kaget melihat sosok Yong Gi. Yong Gi tampak menahan sakit sambil memegangi perutnya. Tae Seok termenung, ia ingat siapa Yong Gi. Lamunan Tae Seok pun buyar saat Yong Gi menegurnya. Yong Gi bertanya apa Tae Seok tidak mau masuk. Tae Seok pun mengangguk, lalu masuk ke lift.


 "Apa yang membawamu ke kantor pusat Nona Dokgo Yong Gi?" tanya Tae Seok dingin.

Yong Gi kaget, apa kau mengenalku? Bagaimana kau bisa tahu namaku?"

Tae Seok menatap Yong Gi, lalu menunjuk name tag Yong Gi. Yong Gi pun menarik napas lega. Tae Seok lantas memperkenalkan dirinya sebagai Direktur Eksekutif tempat Yong Gi bekerja. Yong Gi pun langsung bersikap formal. Ia meminta maaf karena tidak mengenali Tae Seok. Tae Seok tersenyum ramah dan berkata tidak masalah. Tae Seok lalu melirik ke perut Yong Gi dan bertanya anak laki2 atau perempuan. Yong Gi menjawab anak yang dikandungnya perempuan.

"Baguslah, aku punya kedua2nya, seorang putra dan seorang putri, dan anak perempuan jauh lebih baik. Dia lebih ramah dan sangat menggemaskan." ucap Tae Seok.

"Begitu ya." jawab Yong Gi diiringi senyuman.

"Tapi kenapa kau pergi ke lantai 9? Hanya ada kantor dewan direktur dan public relation disana." tanya Tae Seok.

"Aku ada urusan dengan Divisi Public Relation." jawab Yong Gi.


Yong Gi lalu terhenyak menyadari siapa Tae Seok. Ia teringat saat Produser Kim membaca susunan organisasi perusahaan. Pintu lift pun terbuka. Yong Gi beranjak pergi dengan muka cemas, tapi baru beberapa langkah ia kembali menghampiri Tae Seok. Ia ingin mengajak Tae Seok bicara. Tae Seok menyarankan agar mereka mencari tempat yang tenang untuk bicara. Tae Seok pun mengajak Yong Gi ke lantai atas. Namun baru beberapa langkah, Yong Gi merasakan sakit di perutnya dan jatuh pingsan.


Sekarang, Yong Gi yang jatuh pingsan ada di mobil Tae Seok. Tae Seok membawanya pergi !!!

Jin Eon yang sedang bekerja di lab tiba2 termenung. Ia teringat saat Hae Gang menampar Seol Ri. Lamunan Jin Eon buyar karena mendengar Hyun Woo yang sedang marah2 dengan dua rekannya.

"Apa kau ingin membakar diri dalam asam sulfur dan hidroklorik?Satu ledakan kemarin, dan satu lagi hari ini. Kalian tidak menyaksikan berita! Berapa kali harus kuberitahukan agar kalian membaca katalog dan menyimpannya dalam botol reagen!" teriak Hyun Woo.

Tiba2, Jin Eon bangkit dari duduknya dan beranjak pergi. Hyun Woo teriak memanggil Jin Eon, tapi Jin Eon tidak mempedulikannya. Wajahnya terlihat cemas. Ya, ia takut kalau Hae Gang melukai Seol Ri.


Seol Ri yang sedang bekerja di kafenya, diserang oleh Nyonya Kim. Teman Seol Ri datang dan berusaha menjauhkan Nyonya Kim dari Seol Ri. Seol Ri syok, tapi lucunya dia menawari Nyonya Kim air dingin. Emosi Nyonya Kim memuncak. Ia kembali menyerang dan memaki Seol Ri. Tepat saat itu, Jin Eon datang. Jin Eon kaget melihat Seol Ri diserang dan langsung menjauhkan Nyonya Kim dari Seol Ri. Nyonya Kim syok melihat yang dilakukan menantunya. Tapi walau begitu Nyonya Kim masih membujuk menantunya pulang. Nyonya Kim bahkan sampai memohon agar Jin Eon ikut pulang bersamanya.

"Maafkan aku ibu. Aku tak bisa melakukannya." ucap Jin Eon, lalu mengajak Seol Ri pergi.

Nyonya Kim syok dan terduduk lemas.


Jin Eon mengantarkan Seol Ri pulang. Seol Ri pun kembali dibuat syok saat melihat rumahnya yang sudah dipenuhi air. Seol Ri melihat ke kamarnya. Air matanya pun tumpah saat melihat baju2nya sewaktu masih bayi terendam air. Jin Eon masuk ke kamar Seol Ri dan memunguti baju2 bayi itu. Sedangkan Seol Ri diam di depan pintu. Jin Eon menemukan sebuah surat yang juga sudah terendam air. Namun sepenggal tulisan disurat itu masih bisa dibaca. Jin Eon terkejut membacanya. Jin Eon lalu memberikan surat itu pada Seol Ri.

Tolong urus anak ini. Dia anak yang malang.

Tangis Seol Ri pun pecah membaca suratnya. Di sisi lain, Hae Gang duduk termenung di kamar Jin Eon. Hae Gang menatap kasur yang biasa ditiduri Jin Eon dengan pandangan kosong.

Ahjussi tetangga Seol Ri yang ternyata pemilik rumah yang ditempati Seol Ri terkejut melihat rumahnya yang dipenuhi air. Ahjussi itu pun berteriak menyuruh Seol Ri keluar. Jin Eon keluar, disusul oleh Seol Ri. Jin Eon meminta maaf atas nama Seol Ri. Ia berkata Seol Ri lupa menutup kran airnya dan berjanji akan mengganti kerugiannya.

"Omong kosong apa yang kau bicarakan? Aku kemari tadi siang dan tidak ada apa2 disini." ucap si pemilik rumah.

Jin Eon kaget, apa?

"Dia sengaja melakukannya, itu sebabnya perempuan gila itu meminta kuncinya." ucap si pemilik rumah.

Jin Eon dan Seol Ri kaget. Dari ekspresinya, mereka sudah bisa menduga kalau pelakunya Hae Gang. Tapi Jin Eon yang tidak mau asal tuduh, menanyakan ciri2 perempuan itu pada si pemilik rumah. Ternyata si pemilik rumah diam2 memotret Hae Gang. Jin Eon dan Seol Ri syok melihat foto Hae Gang di ponsel si pemilik rumah.


Rumah Seol Ri sudah bersih kembali. Jin Eon lah yang membantu membersihkannya. Sedangkan Seol Ri duduk di kamar sambil menenggelamkan wajahnya. Jin Eon mendekati Seol Ri. Digenggamnya tangan Seol Ri erat2, seperti memberikan kekuatan pada Seol Ri. Seol Ri menatap Jin Eon dengan pandangan terluka. Jin Eon pun mengajak Seol Ri ke suatu tempat.

Malam harinya, Hae Gang duduk termenung di teras rumahnya. Hujan deras pun turun. Namun Hae Gang membiarkan air hujan membasahi tubuhnya.


Di sisi lain, Jin Eon dan Seol Ri kehujanan. Mereka berlari sambil menutupi kepala mereka menuju ke sebuah penginapan.

Hae Gang masih tak beranjak dari posisinya. Ia menangis!


Episode ini diakhiri dengan Jin Eon dan Seol Ri yang tidur bersama dan Hae Gang yang menangis sesunggukan.

Bersambung ke episode 7

Komentar :

No comment ah tentang hubungan Hae Gang-Jin Eon-Seol Ri. Gue udah kehabisan kata2 membahas mereka......

Tentang Perusahaan Farmasi Chun Yeon, gue makin ya kalau Presdir Choi bersahabat dengan ayah si kembar, Dokgo Ji Hoon... mereka melakukan penelitian bersama, tapi yang menemukan hasilnya adalah Ji Hoon. Presdir Choi gelap mata, lalu entah bagaimana caranya dia berhasil merebut klaim atas temuan Ji Hoon.... Mungkinkah dia juga yang membunuh Ji Hoon?

Satu lagi yang juga membuat gue penasaran, kata2 Nyonya Kim pada Presdir Choi. Nyonya Kim berkata cukup sekali dia membuat dosa pada ayah anak2nya. Hubungan seperti apa yang mereka miliki?

Yong Gi mau dibawa kemana tuh??

Post a Comment

1 Comments

  1. Hae Gang adalah wanita yang tegar. entah kesalahan apa yang diperbuat oleh Hae Gang, bagaimanapun.. Ga ada pembenaran untuk yang namanya selingkuh.. pergi ajja lah si Jin Eun.. cuman Hae Gang yg mati2an pertahankan keluarga mereka

    ReplyDelete